MAJT Bentuk Paguyuban Pengelola Rumah Ibadah Lintas Agama

Minggu, 26 Mei 2019 - 07:30 WIB
MAJT Bentuk Paguyuban Pengelola Rumah Ibadah Lintas Agama
Sejumlah tokoh lintas agama berfoto bersama usai dialog buka bersama di Aula MAJT, Sabtu (25/5/2019). FOTO/IST
A A A
SEMARANG - Beragam upaya dilakukan untuk menjalin hubungan baik antarumat beragama di Kota Semarang dan Jawa Tengah pada umumnya. Hal yang ditempuh di antaranya dengan membentuk paguyuban takmir (pengelola) rumah ibadah lintas agama.

"Saya punya gagasan adanya paguyuban takmir (Pengelola) rumah ibadah lintas agama. Jika para tokoh lintas agama yang hadir di sini setuju, nanti bisa kita wujudkan setelah Lebaran," ucap Ketua Dewan Pelaksana Pengelola (DPP) Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT), Noor Achmad saat membuka acara dialog buka bersama tokoh lintas agama di Aula MAJT, Sabtu (25/5/2019) sore.

Mantan Rektor Universitas Wahid Hasyim (Unwahas) Semarang itu menuturkan, upaya untuk menjalin kerukunan antarumat beragama terus dilakukan MAJT. Menyambut bulan Ramadhan 1440 H, pihaknya juga bekerja sama dengan Gereja IFGF Semarang menggelar bakti sosial bazar peket sembako murah kepada masyarakat.

"Ada 3.000 paket sembako yang disediakan, per paket seharga Rp100.000, pengunjung cukup membayar separonya, yakni Rp50.000. Hari ini, kita gelar buka bersama tokoh lintas agama, inilah salah satu cara kita merekatkan hubungan harmonis komunikasi lintas agama," katanya.

Sekretaris Dewan Pertimbangan MUI Pusat ini menambahkan, kegiatan seperti ini rutin dilakukan tiap tahun untuk menyemarakkan bulan suci Ramadhan. "Tahun lalu sudah kita laksanakan, ke depan akan terus kita gelar kegiatan positif ini," ujarnya.

Kepala Campus Ministry Unika Soegijapranata Semarang, Romo Aloysius Budi Purnomo, Pr mengapresiasi gagasan pengurus DPP MAJT yang menyelenggarakan buka bersama lintas agama di MAJT.

"Ini menunjukkan sikap moderat para pengurus (MAJT). Saya sangat mengapresiasi inisiatif ini. Bahkan, muncul gagasan untuk membentuk paguyuban para pengurus rumah Ibadah lintas agama. Ini bagus, perlu kita dukung," ucap Romo Budi.

Romo yang pernah mengemban tugas sebagai Ketua Komisi Hubungan Antaragama dan Kepercayaan Keuskupan Agung Semarang (Kom HAK KAS) itu melanjutkan, puasa tidak hanya dilakukan oleh muslim. Puasa sebenarnya menjadi bagian dari ungkapan iman semua agama.

Menurutnya, puasa dalam agama Katolik sendiri dilaksanakan 40 hari mulai Rabu Abu hingga Sabtu Suci, sesudah wafat Isa Almasih. Masa puasa disebut Masa Prapaskah. Ungkapan iman ini juga diikuti dengan perwujudan iman melalui Aksi Puasa Pembangunan (APP).

"APP diintensifkan untuk karitatif dan pemberdayaan kaum KLMTD (Kecil, Lemah, Miskin, Tersingkir dan Difabel). Semua dimaksudkan untuk semakin mengasihi Tuhan, sesama dan semesta," katanya.

Ketua Perkumpulan Boen Hian Tong, Harjanto Halim mengatakan, buka bersama lintas agama yang dipelopori MAJT bagus sekali, ini menunjukkan bahwa rumah ibadah umat muslim (,asjid) di Indonesia, utamanya MAJT yang berada di Kota Semarang ini sangat terbuka.

"Semua tokoh agama lintas agama diundang, kita bisa saling berbagi, bisa saling bercerita, merefleksikan makna puasa bagi agamanya masing-masing. Saya juga berharap gerakan yang bagus ini, diikuti para pengelola rumah ibadah yang lain bisa membuka diri, mau menerima terhadap umat agama yang lain," ucapnya.
(amm)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.0532 seconds (0.1#10.140)