Merek Genteng Godean Disalahgunakan Pengusaha, Perajin Gulung Tikar

Minggu, 31 Maret 2019 - 13:00 WIB
Merek Genteng Godean Disalahgunakan Pengusaha, Perajin Gulung Tikar
Perajin genteng Berjo Wetan, Sidoluhur, Godean, Sleman saat menproduksi genteng di tempat usahanya, Sabtu (30/3/2019). FOTO/SINDOnews/PRIYO SETYAWAN
A A A
SLEMAN - Merek genteng Godean yang telah mengantongi sertifikat Hak Kekayaan Intelektual (HKI) belum banyak digunakan oleh para perajin di Kabupaten Sleman. Merek genteng tersebut malah kerap digunakan para pengusaha nakal untuk melabeli genteng dari daerah lain.

Kondisi ini menyebabkan banyak perajin genteng asli Godean gulung tikar lantaran produknya tidak terjual di pasaran. Dari 1.500 perajin genteng Godean yang tergabung dalam Asosiasi Sembada Manunggal Sejahtera saat ini tinggal 700 orang yang bertahan.

"Ya saat ini banyak perjain genteng di Godean yang gulung tikar dan alih profesi karena kalah bersaing di pasaran," kata wakil Ketua Asosiasi Perajin Genteng Godean Sembada Manunggal Sejahtera di tempat usahanya, Berjo Wetan, Sidoluhur, Godean, Sleman, Suroto, Sabtu (30/3/2019).

Menurut Suroto, tindakan para pengusaha mengambil genteng dari luar daerah dan memakai label Godean untuk mendapatkan untung berlipat. Sebab, harga genteng dari luar daerah di bawah Rp1.000 per biji. Dengan dilabeli genteng Godean, harganya menjadi di atas Rp1.000 per biji.

"Tindakan ini bukan hanya merugikan dari sisi bisnis tapi juga nama dari produksi genteng Godean itu sendiri. Sebab kualitasnya di bawah genteng Godean, genteng-genteng itu tidak sekuat genteng Godean, yaitu mudah pecah, sehingga akan membawa dampak negatif merek genteng Godean," ujarnya.

Menanggapi mengapa para perajin tidak memakai nama genteng Godean yang sudah dipatenkan, Suroto menjelaskan, pencetakan merek genteng Godean masih menunggu alat yang sedang dipesan. Untuk itu, saat ini para perajin masih memakai merek lama.

"Sebenarnya ada perbedaan, antara produk genteng Godean dengan daerah lain, yaitu dari warnanya. Untuk genteng Godean warnanya orange," ujarnya.

Masalah lain yang dihadapi perajin genteng Godean, yakni bahan baku. Sumber bahan baku tanah yang ada di daerah Godean saat ini banyak akan digunakan untuk lokasi perumahan. Termasuk juga harus bersaing dengan genteng modern yang bahannya bukan dari tanah dan tentunya permodolan serta tenaga kerja. .

"Untuk bahan baku, selain menipis juga ada yang mengambil untuk kebutuhan pembangunan perumahan. Modal semakin kurang karena omzet penjualan turun hingga 50%. Tenaga kerja, banyak yang memilih kerja di tempat lain. Untuk itu, kami minta adanya kebijakan pemerintah untuk mengatasi permasalahan ini," katanya.

Menurut Suroto, sebenarnya untuk masalah genteng ini Pemkab Sleman sudah melakukan pendampingan dan pembinaan, termasuk mematenkan merek genteng Godean dan kerja sama akan memakai genteng Godean untuk proyek pembangunan.

Kepala Dinas Perindustian dan Perdagangan (Disperindag) Sleman Tri Endah Yitnani mengatakan, sebenarnya untuk melindungai para perajin genteng di Sleman, pematenan genteng Godean bertujuan untuk melindungi para perajin genteng di Sleman. Para perajin genteng, baik yang ada Godean maupun wilayah lain dapat memakainya untuk kepentingan pemasaran. Produk mereka juga sudah dilindungi. Sebab yang akan mencontoh sudah tidak bisa. Apalagi produk genteng Godean merupakan produk yang sudah lama ada dan berkembang secara turun-temurun..

"Kami juga sudah melakukan sosialisasi, sehingga namanya akan familiar, baik di kalangan pelaku usaha genteng maupun masyarat luas. Diharapkan dengan langkah ini, genteng Godean dapat bersaing dengan produk genteng dari daerah lain yang sudah memiliki nama. Namun begitu, para perajin genteng di Godean tetap harus memperhatikan kualitas produksinya," kata mantan Kepala Dinas Pasar Sleman itu.
(amm)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 3.9081 seconds (0.1#10.140)