Keuskupan Agung Semarang Ajak Masyarakat Terus Berdoa Atasi Corona

Senin, 06 April 2020 - 11:00 WIB
Keuskupan Agung Semarang...
Ketua Komisi Hubungan Antaragama dan Kepercayaan Keuskupan Agung Semarang, Rm Eduardus Didik Chahyono SJ mengajak masyarakat Indonesia terus berdoa kepada Sang Maha Kuasa untuk membantu mengatasi pandemi virus corona. FOTO/Dok. Pribadi
A A A
SEMARANG - Dalam sejarah perjalanan kehidupan di dunia, pandemi, wabah atau orang menyebutnya sebagai pagebluk, sudah beberapa kali terjadi. Masyarakat pernah mengalami wabah cacar, wabah flu Babi, kematian hitam, HIV, SARS, MERS, flu burung, dan kini virus corona jenis baru, Covid-19.

Ketua Komisi Hubungan Antaragama dan Kepercayaan Keuskupan Agung Semarang, Rm Eduardus Didik Chahyono SJ berpandangan wabah tersebut telah memakan banyak korban. Menurutnya, wabah-wabah itu kemungkinan belum berlalu dalam kehidupan masa kini.

"Namun yang menarik, wabah-wabah itu telah memaksa manusia untuk belajar sesuatu. Wabah-wabah tersebut memunculkan kesadaran baru dan cara hidup yang baru yang harus diperhatikan oleh manusia pada fase berikutnya," kata Romo Didik kepada SINDOnews, Minggu (5/4/2020).

Ia mengungkapkan bahwa wabah-wabah itu menjadikan manusia memperhatikan perilaku hidupnya, terkait makanan, kebersihan, relasi dengan orang lain, dan banyak pembelajaran hidup berharga lainnya. Manusia juga terdorong untuk mencari obat penawarnya atau menemukan vaksin.

"Dalam kitab suci agama-agama mungkin terdapat kisah-kisah tokoh-tokoh suci berhadapan dengan masyarakat yang mengalami sakit," tuturnya.

Dari Kitab suci agama Kristiani, lanjut dia, sejak Perjanjian Lama hingga Perjanjian Baru terdapat banyak kisah masyarakat yang sedang mengalami sakit. Bahkan Yesus Kristus, dalam Injil banyak dikisahkan mengadakan penyembuhan-penyembuhan. "Maka sebagai orang beriman, kita perlu yakin bahwa Yang Ilahi akan terlibat membantu manusia untuk mengalami penyembuhan," ujarnya.

Romo Didik menuturkan, masyarakat dengan latar belakangnya masing-masing perlu berperan dalam mengatasi hal ini. Selain upaya medis, sosial ekonomi, tentunya usaha spiritualitas atau kerohanian perlu juga dilakukan.

"Sebagai insan beragama, kita meyakini ada sosok yang Maha Kuasa yang dapat membantu mengatasi permasalahan hidup kita. Kita perlu bersikap rendah hati dan berserah diri kepada Tuhan. Upaya berdoa tetap perlu dilakukan," kata Kepala Paroki Santa Theresia Bongsari Semarang ini.

"Mengingat situasi penyebaran yang mudah terjadi, maka di rumah masing-masing kita perlu untuk melakukan usaha doa bersama. Dari pihak agama Katolik, beberapa kali ada ajakan doa bersama secara serempak seluruh dunia," katanya.

Misalnya pada 27 Maret 2020, Paus Fransiskus mengajak umat Katolik seluruh dunia untuk berdoa bersama sebelum memberikan berkatnya biasa dikenal dengan berkat "Urbi et Orbi".

"Berdasarkan informasi, entah kebetulan atau tidak, dilaporkan bahwa ada kesembuhan yang terjadi setelah doa bersama tersebut. Masyarakat Indonesia perlu terus-menerus berdoa kepada Sang Maha Kuasa untuk membantu kita mengatasi situasi sulit ini. Sekali lagi, cara-caranya harus bijak dan tidak malah menambah merebaknya penyakit," katanya.

Untuk itu, manusia perlu yakin mampu mengatasinya. Sejarah telah membuktikan bahwa kehidupan manusia di bumi ini belum binasa sekali pun korban yang berjatuhan sangat banyak.

Saat ini, untuk menghindari jatuh korban jiwa yang semakin banyak, manusia perlu bersikap secara bijak. Anjuran dari para tim medis, aparatur pemerintah, tokoh masyarakat dan tokoh agama untuk memutus penyebaran rantai penyakit ini harus diperhatikan semua pihak.

"Masyarakat tidak perlu panik yang berlebihan. Bahwa kita memiliki kecemasan dan kekhawatiran itu pasti ada, tapi hendaknya hal itu membuat kita waspada. Dengan kerja sama semua pihak secara kompak, kita pasti bisa mengatasi masalah ini. Dunia kita semakin modern, maka kita diharapkan semakin dapat mengatasi hal ini dengan lebih cepat," katanya.
(amm)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 0.9052 seconds (0.1#10.140)