BMKG Bandung Keluarkan Peringatan Dini Ancaman Bencana Kekeringan
A
A
A
BANDUNG - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Bandung mengeluarkan peringatan dini bencana kekeringan di Jawa Barat menyusul selama Juni, Juli, hingga awal Agustus 2019 ini di sebagian besar daerah di provinsi tak diguyur hujan.
Daerah yang selama 60 hari berturut-turut tak diguyur hujan antara lain Kabupaten Bogor, Bekasi, Karawang, Subang, Purwakarta, Sumedang, Indramayu, Cirebon, Majalengka, Garut, Bandung, Cianjur, dan Sukabumi.
"Waspada terjadi potensi kekeringan, akibat berkurangnya sumber air, sungai, waduk, danau dan lain-lain. Berdasarkan hasil monitoring di seluruh wilayah di Jabar, hingga dasarian III Juli 2019, tidak ada hujan di Provinsi Jabar," kata Kepala BMKG Bandung Toni Agus Wijaya, Kamis (8/8/2019).
Agus mengemukakan, prakiraan curah hujan di Dasarian I Agustus 2019 awal bulan ini di Provinsi Jawa Barat umumnya masuk dalam kategori curah hujan rendah (0-10mm). Curah hujan dengan intensitas rendah diprediksi dapat terjadi.
"Peluang hujan di Dasarian I Agustus ini, berpeluang terjadi di seluruh wilayah Jabar dengan kategori rendah. Prediksi ini dicapai pada kisaran 90 persen," ujar Agus.
Diketahui, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jabar mencatat bencana kekeringan meluas di Jawa Barat. Data yang dihimpun BPBD Jabar, sebanyak 374 desa yang tersebar di 171 kecamatan di 20 kota dan kabupaten di Jabar mengalami dampak kekeringan selama musim kemarau berlangsung.
Jumlah warga terdampak sebanyak 166.957 kepala keluarga (KK). Mereka kesulitan untuk mendapatkan air bersih. Selain menyebabkan masyarakat kesulitan air bersih, kemarau juga mengakibatkan 20.621,58 hektare lahan pertanian mengalami kekeringan.
20 kabupaten dan kota yang terdampak kekeringan itu adalah Kabupaten Bekasi, Bogor, Kota Bogor, Kabupaten Bandung Barat, Karawang, Sukabumi, dan Kota Tasikmalaya. Kemudian Kabupaten Sumedang, Bandung, Purwakarta, Subang, Kota/Kabupaten Cirebon, Kuningan, Indramayu, Cianjur, Tasikmalaya, Ciamis, Majalengka, dan Garut.
Wilayah yang terdampak paling parah adalah Kabupaten Cianjur. Di kabupaten ini 30 kecamatan terdampak. Sementara itu, untuk wilayah lahan pertanian yang terdampak paling parah di Kabupaten Indramayu. Di Indramayu terdapat 12.503 hektare lahan pertanian terdampak yang tersebar di 21 kecamatan.
Daerah yang selama 60 hari berturut-turut tak diguyur hujan antara lain Kabupaten Bogor, Bekasi, Karawang, Subang, Purwakarta, Sumedang, Indramayu, Cirebon, Majalengka, Garut, Bandung, Cianjur, dan Sukabumi.
"Waspada terjadi potensi kekeringan, akibat berkurangnya sumber air, sungai, waduk, danau dan lain-lain. Berdasarkan hasil monitoring di seluruh wilayah di Jabar, hingga dasarian III Juli 2019, tidak ada hujan di Provinsi Jabar," kata Kepala BMKG Bandung Toni Agus Wijaya, Kamis (8/8/2019).
Agus mengemukakan, prakiraan curah hujan di Dasarian I Agustus 2019 awal bulan ini di Provinsi Jawa Barat umumnya masuk dalam kategori curah hujan rendah (0-10mm). Curah hujan dengan intensitas rendah diprediksi dapat terjadi.
"Peluang hujan di Dasarian I Agustus ini, berpeluang terjadi di seluruh wilayah Jabar dengan kategori rendah. Prediksi ini dicapai pada kisaran 90 persen," ujar Agus.
Diketahui, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jabar mencatat bencana kekeringan meluas di Jawa Barat. Data yang dihimpun BPBD Jabar, sebanyak 374 desa yang tersebar di 171 kecamatan di 20 kota dan kabupaten di Jabar mengalami dampak kekeringan selama musim kemarau berlangsung.
Jumlah warga terdampak sebanyak 166.957 kepala keluarga (KK). Mereka kesulitan untuk mendapatkan air bersih. Selain menyebabkan masyarakat kesulitan air bersih, kemarau juga mengakibatkan 20.621,58 hektare lahan pertanian mengalami kekeringan.
20 kabupaten dan kota yang terdampak kekeringan itu adalah Kabupaten Bekasi, Bogor, Kota Bogor, Kabupaten Bandung Barat, Karawang, Sukabumi, dan Kota Tasikmalaya. Kemudian Kabupaten Sumedang, Bandung, Purwakarta, Subang, Kota/Kabupaten Cirebon, Kuningan, Indramayu, Cianjur, Tasikmalaya, Ciamis, Majalengka, dan Garut.
Wilayah yang terdampak paling parah adalah Kabupaten Cianjur. Di kabupaten ini 30 kecamatan terdampak. Sementara itu, untuk wilayah lahan pertanian yang terdampak paling parah di Kabupaten Indramayu. Di Indramayu terdapat 12.503 hektare lahan pertanian terdampak yang tersebar di 21 kecamatan.
(zik)