Dispernakan KBB Kembangkan Sapi Langka Jenis Pasundan

Senin, 16 Desember 2019 - 17:35 WIB
Dispernakan KBB Kembangkan Sapi Langka Jenis Pasundan
Sapi potong di UPT Pembibitan Ternak, Dispernakan, KBB. UPT di Kampung Jambuhala, Desa Celak, Kecamatan Gununghalu ini juga mengembangkan sapi Pasundan. Foto/Dok.UPT Pembibitan Ternak
A A A
BANDUNG BARAT - Pemda Kabupaten Bandung Barat (KBB) melalui UPT Pembibitan Ternak, Dinas Perikanan dan Peternakan (Dispernakan) di Kampung Jambuhala, Desa Celak, Kecamatan Gununghalu, sedang mengembangkan Sapi Pasundan (Bos Sundaicus).

Sapi asli Jawa Barat yang tergolong langka ini diyakini memiliki banyak keunggulan dibandingkan dengan sapi lainnya, sehingga dengan pembibitan yang baik varietas ini diharapkan jadi sapi unggulan dan berkontribusi kepada penambahan populasinya yang mulai berkurang.

Kepala UPT Pembibitan Ternak, Dispernakan, KBB, Iip Kusyaman menerangkan, pengembangan Sapi Pasundan ini sudah dilakukan sejak tahun 2018. Saat ini di UPT baru memiliki sepasang sapi betina dan jantan yang diperoleh dari pesisir pantai selatan, tepatnya daerah Sancang, Kabupaten Garut. Targetnya dari sepasang Sapi Pasundan ini bisa berkembang biak menjadi banyak.

"Sudah dari tahun 2018 kami coba kembangkan Sapi Pasundan yang tergolong langka, karena baru di kembangkan di balai bibit Disnak Provinsi Jabar. Alasannya karena jenis sapi ini cukup adaptif terhadap cuaca dan tidak gampang sakit," kata Iip, Senin (16/12/2019).

Sapi Pasundan ini memiliki ciri seperti memiliki garis punggung, warna tubuh didominasi merah bata, bagian mata dan hidung berwarna hitam, serta ujung ekor hitam dengan gradiasi warna putih pada bagian pelvis dan kaki.

Kelebihan lainnya selain adaptif terhadap cuaca adalah tahan terhadap penyakit tropis, pemeliharaannya mudah, daya reproduksi tinggi, memiliki kualitas daging yang sangat baik, dan bobotnya bisa mencapai 700 kg.

Menurutnya, kondisi cuaca di kawasan Gununghalu relatif cocok untuk pengembangbiakan Sapi Pasundan. Apalagi kawasan selatan KBB sudah ditetapkan menjadi zona sentra sapi potong, karena di wilayah utara (Lembang) brandnya sudah menjadi sentra kawasan sapi perah. Guna mendukung pengembangan sapi potong di selatan, pihaknya berharap bisa memperluas lahan untuk tanaman rumput hijau bagi pakan sapi.

"Perhitungannya satu hektare lahan rumput itu cukup bagi 10 ekor sapi, maka jika di UPT Pembibitan Ternak, Dispernakan, KBB, saat ini ada 70 ekor sapi maka idealnya lahan rumput yang ada adalah 7 hektare," sebutnya.

Pihaknya tidak terlalu khawatir untuk perluasan lahan mengingat lahan di selatan masih sangat luas. Apalagi dengan banyaknya binaan kelompok ternak yang tersebar di Cihampelas, Cililin, Sindangkerta, Cipongkor, hingga Rongga, maka kebutuhan perluasan lahan untuk pakan sangat diperlukan.

Termasuk untuk pengembangan farmentrepreneur dan agrowisata yang berdasarkan kajian dari Unpad serta rekomendasi Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan Daerah (Bapelitbangda) KBB, sangat cocok diterapkan.

"Kami ingin keberadaan UPT Pembibitan ini dirasakan dan dimanfaatkan betul oleh masyarakat, karena UPT juga punya tanggung jawab sebagai pemberi edukasi bagi masyarakat peternak, penerapan teknologi dan inovasi, serta penyumbang PAD. Alhamdulilah sudah banyak masyarakat yang konseling soal ternak ataupun yang magang seperti dari Universitas Garut Fakuktas Peternakan, Unpad, dan SMK 5 Peternakan Pangalengan," sebutnya.
(awd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 1.3514 seconds (0.1#10.140)