Rupiah Melemah, Rokhmin Dahuri Tawarkan Solusi Ini

Kamis, 06 September 2018 - 06:00 WIB
Rupiah Melemah, Rokhmin Dahuri Tawarkan Solusi Ini
Pakar ekonomi kelautan Rokhmin Dahuri dalam kuliah umum di Aula Barat ITB. Foto: ISTIMEWA
A A A
BANDUNG - Pakar Ekonomi Kelautan dan guru besar Fakultas Perikanan dan Kelautan Institut Pertanian Bogor (IPB) Rokhmin Dahuri menawarkan solusi untuk mengatasi pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD).

Rokhmin mengatakan, penyebab utama nilai tukar rupiah selalu melemah dibawah dolar AS adalah karena defisit neraca perdagangan. Indonesia merupakan negara yang lebih banyak mengimpor daripada mengekspor.

“Itu terjadi karena sebagian masyarakat Indonesia konsumtif, bukan produktif. Fakta tersebut terlihat dari komposisi produk domestik bruto bangsa kita atau pertumbuhan ekonomi, 60% dari sektor konsumsi,” kata Rokhmin saat kuliah umum bertema “Pembangunan Ekonomi Kelautan Berbasis Industri-4.0 untuk Mewujudkan Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia” di Aula Barat ITB, Bandung, Rabu (5/9/2018).

Dia mengemukakan, jika Indonesia ini ingin maju, rumus pertumbuhan ekonominya adalah fungsi dari investasi, ekspor, konsumsi, dan impor. “Jadi kalau negara ingin maju, investasi atau industrialisasi atau penanaman modal plus ekspor harus lebih besar dari impor dan konsumsi,” ujar duta besar kehormatan untuk Jeju Island, Korea Selatan itu.

Menurut dia, bangsa ini (Indonesia) harus tangan di atas jangan di bawah. Harus menjadi bangsa produktif. "Jurusnya harus cerdas, teknologi, riset dan development. Itulah jangka panjang yang harus segera dilakukan agar hasilnya nanti bisa dirasakan lima tahun ke depan,” tutur Rokhmin.

Dalam konteks jangka panjang, ungkap Rokhmin, penting bagi pemerintah untuk fokus dalam meningkatkan kapasitas dan kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia. Sedangkan untuk jangka pendek, pemerintah harus melakukan pembatasan keran impor, terutama barang konsumtif.

Selain itu, perlu dukungan penuh pemerintah seperti akses permodalan dan bunga bank yang rendah pada sektor ekonomi riil yang mampu menyerap lebih banyak tenaga kerja.

“Jangka pendeknya, beri akses modal untuk sektor-sektor yang bisa menciptakan lapangan kerja, teknologinya sederhana, dan modal usaha kecil seperti perikanan budidaya, UKM, dan lain-lain,” tutur Rokhmin.
(awd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
artikel/ rendering in 0.6016 seconds (0.1#10.140)