Sumsel Masih Kekurangan Dokter Spesialis Anak

Senin, 25 Agustus 2014 - 16:59 WIB
Sumsel Masih Kekurangan Dokter Spesialis Anak
Sumsel Masih Kekurangan Dokter Spesialis Anak
A A A
PALEMBANG - Provinsi Sumsel masih kekurangan dokter spesialis anak bahkan di beberapa kota dan kabupaten tidak memilikinya. Sehingga pelayanan kesehatan terhadap anak tidak optimal karena hanya dilayani oleh dokter umum.

Menurut Gubernur Sumsel H Alex Noerdin, masih perlu adanya kerjasama yang lebih ditingkatkan lagi antara Kementerian kesehatan, Dinas Kesehatan dan Perguruan tinggi dalam penempatan dan distribusi dokter spesialis anak sehingga pelayanan kesehatan anak di rumah sakit dapat berjalan optimal.

Hal ini diungkapkan Gubernur H Alex Noerdin disela pembukaan Kongres Nasional Ilmu Kesehatan Anak (KONIKA XVI), Minggu malam 24 Agustus 2014 di Palembang Sport and Convention Center (PSCC).

Kongres Nasional ini dibuka langsung Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi. Hadir juga Ketua umum Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Badriul Hegar, serta para peserta KONIKA XVI se- Indonesia.

"Diharapkan melalui Kongres Nasional ini dapat memberikan kontribusi dalam peningkatan pengetahuan dan kompetensi teknis dokter spesialis anak untuk membantu program pemerintah untuk menurunkan angka kematian anak di Indonesia khususnya di Provinsi Sumsel, " kata gubernur disela acara.

Alex juga menegaskan banyak tantangan yang dihadapi dalam mengurangi angka kematian anak dan berbagai upaya juga telah dilakukan seperti melalui intervensi penyebab, pendekatan, dan penguatan sistem kesehatan.

Untuk itu harus dilakukan upaya terpadu oleh semua pihak baik Pemerintah Pusat, Daerah, Swasta, dan Masyarakat.

Alex Noerdin mengimbau kepada masyarakat Provinsi Sumsel untuk memberikan pengawasan terhadap anak diantaranya dengan menghindari bahaya makanan dan minuman yang berbahaya di lingkungan sekolah.

Menurut H Alex Noerdin, makanan anak-anak sekolah dasar yang dijual oleh pedagang pada waktu istirahat di sekola-sekolah di daerah-daerah hampir semuanya tidak layak konsumsi.

Banyak yang mengandung formalin, bahan pengawet tekstil, menggunakan minyak goreng yang sudah sering di pakai dan berbagai bahan berbahaya lainnya.

"Untuk itu mohon perhatian kita semua untuk memberikan pengawasan kepada anak untuk menghindari bahaya makanan dan minuman yang berbahaya di lingkungan sekolah, " imbuhnya.

KONIKA XVI yang bertema "Menuju dunia kesetaraan dalam MDGs prestasi berkelanjutan melalui pelayanan kesehatan yang komprehensif untuk semua anak Indonesia".

Ini merupakan pertemuan anggota organisasi dokter anak dari seluruh Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan kesejahteraan anak serta untuk mengembangkan Ilmu kesehatan anak.

Gubernur Alex Noerdin menjelaskan, Pemerintah Provinsi Sumsel sampai saat ini terus melakukan upaya dengan tidak hanya mengobati orang yang sakit tetapi juga berupaya untuk menjaga agar jangan menjadi sakit diantaranya dengan melakukan razia makanan yang berbahaya ke berbagai sekolah-sekolah.

Sementara Menteri Kesehatan RI Nafsiah Mboi mengatakan, jumlah dokter spesialis anak di Indonesia hingga saat ini masih minim.

Selain minim, sebaran dokter spesialis anak tidak merata ke kabupaten/kota hingga tingkat kecamatan atau puskesmas.

”50 tahun lalu belum banyak dokter anak, tetapi sekarang jumlahnya sekitar 3 ribu dokter. Namun saat ini banyak kabupaten/kota masih minim yang belum sampai disana," timpalnya.

Menurut Nafsiah Mboi, peran profesi kesehatan dan keluarga khususnya dokter spesialis anak sangat penting untuk menurunkan angka kematian bayi dan balita saat ini masih tinggi.

"Berdasarkan capaian penurunan angka kematian ibu di Indonesia pada 2013 sebanyak 359, sementara stand world health 190, dimana target 2015 nanti bisa ditekan sekitar 102 dan Insya Allah bisa tercapai," ujarnya.
(sms)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5634 seconds (0.1#10.140)