Kisah Prabu Kuncung Putih dan Alas Nusawiru

Senin, 12 Desember 2016 - 05:00 WIB
Kisah Prabu Kuncung Putih dan Alas Nusawiru
Kisah Prabu Kuncung Putih dan Alas Nusawiru
A A A
Nama Prabu Kuncung Putih seringkali disebut-sebut dalam kitab kuno Kacijulangan atau Babad Kacijulangan. Dalam babad tersebut diungkapkan jika Prabu Kuncung Putih merupakan salah satu tokoh yang membuka alas atau pembuka daerah Nusawiru dari hutan belantara menjadi permukiman masyarakat.

Konon alas Nusawiru dihuni oleh bangsa jin sehingga terkenal keangkerannya. Keangkeran mengenai alas Nusawiru pun seringkali diceritakan dari mulut ke mulut contohnya saat terjadi kecelakaan pesawat Cesna 172 S milik Bandung Pilot Academy (BPA) di Bandara Nusawiru Kecamatan Cijulang, Kabupaten Pangandaran yang terjadi beberapa waktu lalu.

Warga setempat menilai waktu terjadinya kecelakaan itu merupakan hari Tatar Galuh. Salah satu penyebab terjadinya insiden pesawat Cessna yang dipiloti warga Bandung Rudi Herwin Cahyadi itu dipercaya akibat teguran mahluk gaib.

Selain itu kemunculan ular King Kobra di Desa Kondangjajar, Kecamatan Cijulang tepatnya di pohon dahon yang meresahkan warga setempat.

Namun diyakini raja bangsa jin yang tinggal di alas Nusawiru tunduk terhadap Prabu Kuncung Putih. Sehingga alas Nusawiru berhasil ditempati sebagai areal pemukiman.

Nama Prabu Kuncung Putih seringkali juga dikaitkan dengan nama Prabu Siliwangi. Dimana Prabu Kuncung Putih merupakan salah satu gelar dari Prabu Siliwangi yang berarti dalam mengawasi keadaan negara atau kerajaannya selalu terjun langsung ke lapangan ke tengah rakyat tanpa mengandalkan para pejabat lainnya.

Menurut Abah Kundil salah satu tokoh masyarakat Kacijulangan, Prabu Kuncung Putih adalah salah salah satu Raja Padjajaran yang sakti mandraguna yang juga salah satu tokoh ajaran Sunda Wiwitan. Sunda Wiwitan merupakan kepercayaan pemujaan terhadap kekuatan alam dan arwah leluhur (animisme dan dinamisme) yang dianut oleh masyarakat tradisional Sunda dahulu kala.

“Dalam kitab Kacijulangan ada lima tokoh yang dikultuskan dan disakralkan oleh masyarakat diantaranya Janglangas, Sembah Jagadiwiru, Amangkurat Mangkurasa, Prabuwaseh dan Prabu Kuncung Putih,” papar Abah Kundil.

Konon Prabu Kuncung Putih pernah mengadu kesaktian dengan salah satu ulama besar yang hendak menyiarkan Islam di wilayah Kacijulangan. Dalam pertarungan tersebut konon dimenangkan oleh Prabu Kuncung Putih sehingga sang kiai tersebut terpaksa angkat kaki dari tanah Kacijulangan.

Penyebaran Islam di wilayah Pangandaran baru bisa dilakukan oleh Sembah Agung yang merupakan keturunan Raja Mandala, setelah Prabu Kuncung putih tidak ada.

Prabu Kuncung Putih diyakini oleh sebagian warga Kacijulagan menghilang di pertemuan Sungai Ci Beet dengan Ci Gerentis.

Dalam amanatnya suatu saat nanti akan ada pemerintahan dari keturunannya orang Sunda yang akan mampu memimpin Negeri dengan penuh keadilan dan kemakmuran serta membawa rakyatnya kepada ketenangan dan ketentraman dan penuh dengan cinta damai.

Tempat petilasan Prabu Kuncung Putih ditemukan di wilayah Bandara Nusawiru. Namun saat ini petilasan Prabu Kuncung Putih rusak lantaran lokasinya berbatasan dengan benteng Bandara Nusawiru.

Rusaknya patilasan sejarah tersebut terjadi sejak tahun 1997 saat Bandara Nusawiru dikembangkan, waktu itu para kasepuhan (tokoh adat) tidak ada yang berani mengeluarkan pendapat dan protes lantaran takut ada intimidasi dari pemerintah Orde Baru.

“Para kasepuhan hanya bisa saling curhat dan berbicara dari mulut ke mulut mengeluarkan angan-angan kesedihan lantaran salah satu patilasan tergusur oleh aktivitas Bandara,” kata Abah Kundil.

Sementara Kepala Bidang Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) BPLH Pangandaran Erik Krisnayudha Astrawijaya Saputra mengatakan pihaknya akan segera koordinasi dengan Bidang Kebudayaan untuk melakukan penataan dan perawatan petilasan tersebut.

“Petilasan ini harus dilestarikan oleh pemerintah sehingga masyarakat mengetahui akar sejarah masa lalu dan mencintai daerahnya,” kata Erik.

Sumber:
- wikipedia dan diolah dari berbagai sumber
(sms)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3455 seconds (0.1#10.140)