Jejak Pangeran Timur di Masjid Kuno Kuncen
A
A
A
SEJARAH berdirinya Masjid Kuno Kuncen di Madiun, Jawa Timur, masih menjadi misteri. Konon masjid tua itu dibangun di era pemerintahan Pangeran Timur. Seperti apa ceritanya?
Masjid Kuno Kuncen yang berada di Kelurahan Kuncen, Kecamatan Taman, Kota Madiun, Jawa Timur, termasuk masjid tua yang yang ada di sana. Kebanyakan warga Kota dan Kabupaten Madiun dan sekitarnya sangat mengenal masjid tersebut.
Meski telah berusia ratusan tahun, Masjid Kuno Kuncen masih terlihat kokoh. Bahkan, empat tiang utama dari kayu jati berukuran besar masih terlihat sangat kuat. Ukirannya pun tak rusak dimakan usia.
Nama Masjid Kuno Kuncen Taman memang lebih populer dibandingkan dengan nama Masjid Nur Hidayatullah yang disematkan para pengurus masjid sejak tahun 1970-an.
Lantas, kapan masjid itu didirikan? Menurut Siamunir, koordinator pengelola Masjid Kuno Kuncen Taman, diperkirakan masjid tersebut dibangun pada akhir abad 16, sekitar tahun 1575, tepatnya di zaman adipati Pangeran Timur. Itu pun bukan berasal dari literatur resmi, namun berdasarkan keterangan sesepuh dan ulama sebelumnya.
Pangeran Timur yang dimaksud kakek berusia 67 tahun tersebut putra Sultan Trenggono, adik ipar Sultan Hadiwijaya alias Jaka Tingkir atau Mas Karebet.
Pangeran Timur pada 18 Juli 1568 diangkat sebagai bupati Madiun oleh Sunan Bonang yang mewakili para wali. Pangeran Timur kemudian lebih dikenal sebagai Panembahan Ronggo Jumeno memerintah Kabupaten Madiun selama 18 tahun, sejak 1568 hingga 1586.
Di tengah masa pemerintahannya, beliau memindahkan pusat pemerintahan dari Kelurahan Sogaten ke wilayah Kuncen, yang dahulu bernama Wonorejo.
Dari situ dapat disimpulkan selama menjalankan pemerintahan, Pangeran Timur membawa misi untuk menyebarkan agama Islam. Hal itu dapat dilihat dari pembangunan pusat pemerintahan yang berada di sekitar masjid.
Makam Pangeran Timur sendiri berada di sekitar Masjid Kuno Kuncen. Kini, Masjid Kuno Kuncen menjadi tujuan wisata religi, terlebih di bulan Ramadhan seperti sekarang ini.
Di siang hari, jamaahnya kebanyakan masyarakat sekitar. Jika malam hari, saat Salat Tarawih, khususnya di sepuluh malam terakhir, banyak dijumpai jamaah dari luar kota.
Masjid Kuno Kuncen yang berada di Kelurahan Kuncen, Kecamatan Taman, Kota Madiun, Jawa Timur, termasuk masjid tua yang yang ada di sana. Kebanyakan warga Kota dan Kabupaten Madiun dan sekitarnya sangat mengenal masjid tersebut.
Meski telah berusia ratusan tahun, Masjid Kuno Kuncen masih terlihat kokoh. Bahkan, empat tiang utama dari kayu jati berukuran besar masih terlihat sangat kuat. Ukirannya pun tak rusak dimakan usia.
Nama Masjid Kuno Kuncen Taman memang lebih populer dibandingkan dengan nama Masjid Nur Hidayatullah yang disematkan para pengurus masjid sejak tahun 1970-an.
Lantas, kapan masjid itu didirikan? Menurut Siamunir, koordinator pengelola Masjid Kuno Kuncen Taman, diperkirakan masjid tersebut dibangun pada akhir abad 16, sekitar tahun 1575, tepatnya di zaman adipati Pangeran Timur. Itu pun bukan berasal dari literatur resmi, namun berdasarkan keterangan sesepuh dan ulama sebelumnya.
Pangeran Timur yang dimaksud kakek berusia 67 tahun tersebut putra Sultan Trenggono, adik ipar Sultan Hadiwijaya alias Jaka Tingkir atau Mas Karebet.
Pangeran Timur pada 18 Juli 1568 diangkat sebagai bupati Madiun oleh Sunan Bonang yang mewakili para wali. Pangeran Timur kemudian lebih dikenal sebagai Panembahan Ronggo Jumeno memerintah Kabupaten Madiun selama 18 tahun, sejak 1568 hingga 1586.
Di tengah masa pemerintahannya, beliau memindahkan pusat pemerintahan dari Kelurahan Sogaten ke wilayah Kuncen, yang dahulu bernama Wonorejo.
Dari situ dapat disimpulkan selama menjalankan pemerintahan, Pangeran Timur membawa misi untuk menyebarkan agama Islam. Hal itu dapat dilihat dari pembangunan pusat pemerintahan yang berada di sekitar masjid.
Makam Pangeran Timur sendiri berada di sekitar Masjid Kuno Kuncen. Kini, Masjid Kuno Kuncen menjadi tujuan wisata religi, terlebih di bulan Ramadhan seperti sekarang ini.
Di siang hari, jamaahnya kebanyakan masyarakat sekitar. Jika malam hari, saat Salat Tarawih, khususnya di sepuluh malam terakhir, banyak dijumpai jamaah dari luar kota.
(zik)