Persiapan Soekarno Menghadapi Kematian

Minggu, 05 Juli 2015 - 05:05 WIB
Persiapan Soekarno Menghadapi Kematian
Persiapan Soekarno Menghadapi Kematian
A A A
KEMATIAN merupakan satu hal yang pasti. Namun kapan dan bagaimana kematian datang tidak ada yang tahu, kecuali orang-orang yang tebal keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT.

Dari sedikit orang yang tahu akan dijemput sang Pencipta Alam Semesta itu adalah Soekarno. Jauh hari sebelum Yang Maha Kuasa menjemput, Soekarno telah banyak berbicara tentang kematian.

Dalam setiap kesempatan berbicara di muka umum dan kepada para sahabatnya, Soekarno kerap meyinggung tentang kematian. Dia seperti mendapatkan bisikan gaib tentang ajalnya yang sudah dekat.

Para kerabat dan sahabatnya yang tidak mengerti bisikan itu mengeluh kepada Soekarno. Namun sebagai orang yang ke-Islamannya tebal, justru sejak itulah Soekarno mulai bersiap menghadapi maut.

"Sadar atau tidak, aku mempersiapkan mereka dan diriku sendiri untuk menghadapi momen yang (sangat) menentukan itu," ucap Soekarno kepada sahabatnya, Cindy Adams suatu ketika.

Sebagai seorang Muslim yang taat, Soekarno percaya bahwa setiap laku perbuatannya dicatat malaikat dan jika saatnya tiba, amal dan perbuatannya lah yang akan menentukan dia masuk surga atau neraka.

Saat mengingat hal itu, Soekarno merasa sangat sedih. Dia takut segala dosanya tidak dimaafkan. Apalagi pada masa itu, banyak dari kalangan umat Islam tidak menyukainya dan ingin menggulingkannya.

Sebagai manusia biasa yang banyak melakukan kesalahan, Soekarno merasa daftar kejahatannya sangat panjang dan menakutkan, sehingga malaikat di kanan dan kirinya pun tidak bisa menolongnya.

Bahkan, jasa-jasa Soekarno terhadap bangsa ini pun dirasakan akan kalah banyak dengan rentetan perbuatan jahatnya. Dalam hal ini, Soekarno teringat dengan cerita seorang uskup Irian Barat.

Cerita itu dimulai dengan kehadiran artis cantik dan sexy Sophia Loren yang ingin masuk pintu surga, dan dengan tipu dayanya berhasil mengecoh St Petrus. Soekarno mengganggap dirinya sebagai St Petrus.

"Aku Sophia Loren. Dapatkah Anda mengizinkan aku masuk surga?" katanya, membuka pembicaraan dengan St Petrus, sambil mengerutkan alisnya dengan penuh teka-teki dan sangat menggoda.

Dengan segera, St Petrus melihat daftar nama penghuni surga, tetapi dia tidak dapat menemukan nama Sophia Loren. Lalu dia menjawab dengan wajah dingin, "Maaf, nama Anda tidak ada!" katanya tegas kepada Loren.

"Tolonglah, St Petrus yang baik hati, izinkan aku masuk," timpal Sophia Loren seraya memohon. St Petrus pun kasihan dan memberikan Loren satu kesempatan yang menurutnya mustahil bisa dia lakukan.

"Ya, aku orang yang adil. Aku kasih tahu apa yang harus kau lakukan. Kalau kau lulus ujian, maka kau boleh masuk," demikian St Petrus memberikan jalan kepada Sophia Loren untuk bisa masuk surga.

Dia melanjutkan, "Di sana ada danau dengan sebuah titian yang sangat kecil terentang di atasnya. Kalau engkau berhasil selamat sampai meniti ke seberang, maka engkau akan diterima," sambung St Petrus.

Loren pun bertanya, "Tetapi apa kesulitannya untuk menyebrang?" katanya. Dan langsung dijawab St Petrus seraya berbisik, "Orang-orang yang punya dosa tidak akan berhasil, (mereka) selalu jatuh ke air," jelasnya.

Maka, keduanya pun berjalan meniti jembatan. Sophia Loren yang cantik dan memiliki tubuh sangat menggairahkan memakai baju yang sangat ketat. Dia lalu berjalan di depan St Petrus.

Saat berjalan, Sophia Loren menggoyang-goyangkan pantatnya hingga menimbulkan birahi. St Petrus yang berada di belakangnya, diam-diam tergoda dan memperhatikan goyangan Sophia Loren.

Saat Sophia Loren sampai di ujung jembatan dan berhasil menyebrang masuk surga, terdengar suara debur keras di belakangnya. Ternyata, St Petrus jatuh ke dalam air. Demikian cerita Uskup Irian Barat itu.

Kembali kepada Soekarno, dia merasa St Petrus saja yang suci bisa jatuh ke dalam air, bagaimana dengan dirinya yang dikatakan sejak awal banyak dosa. "Boleh jadi Soekarno tenggelam!" demikian katanya.

Namun begitu, Soekarno tidak mau membayangkan masuk neraka dan terlalu berharap dirinya akan masuk surga. Semua diserahkan kepada Allah SWT. Dia hanya berharap, kematiannya berlangsung cepat.

Soekarno tidak mau meninggal seperti ibu mertuanya di Ende, Flores, saat berada di pembuangan yang harus melewati masa kritis selama lima hari. Masa-masa itu dirasakannya sangat berat dan menyiksa.

Soekarno berharap, kematiannya akan mudah dan singkat, secepat dia menutup mata. Dan setelah meninggal, dia ingin dimakamkan di bawah pohon rindang yang dikelilingi alam yang sangat indah berada di pinggir sungai.

"Aku ingin beristirahat di antara bukit-bukit yang berombak, di tengah ketenangan. Benar-benar keindahan Tanah Air ku tercinta dan kesederhanaan di mana aku berasal, di Priangan yang sejuk," pintanya.

Priangan atau Bandung merupakan tempat Soekarno pertama kali bertemu dengan petani Marhaen. Permintaan ini disampaikan Soekarno kepada kerabat dan sahabat dekatnya saat dia masih hidup.

Dia juga sempat berpesan agar peti matinya diselimuti dengan panji Muhammadiyah. Namun, permintaan Soekarno ini dikeluhkan teman-temannya yang juga ingin menaruh panji-panjinya.

Pesannya yang lain adalah upacara pemakamannya harus menurut agama Islam dan tulisan di batu nisannya agar cukup dituliskan: Di Sini Beristirahat Bung Karno, Penyambung Lidah Rakyat Indonesia.

Soekarno mungkin tidak meminta-minta segala dosanya kepada sahabat dan teman-temannya dimaafkan agar dia bisa masuk surga. Namun, dalam hati sebagian mereka, dosa-dosa manusia Soekarno telah dimaafkan.

Kemana Soekarno akan pergi selanjutnya? Generasi penerus bangsa tentu berharap Soekarno dan para pejuang kemerdekaan Indonesia lainnya masuk surga dan dimaafkan segala dosa-dosanya.

Demikian ulasan singkat Cerita Pagi tentang Soekarno Masuk Surga ini diakhiri dengan sama-sama membaca doa, semoga para pahlawan kita mendapatkan tempat yang layak di sisi-Nya.
(san)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.2836 seconds (0.1#10.140)