Wisnuwardhana, Sosok Penguasa yang Berhasil Satukan Kediri dan Singasari

Selasa, 17 Januari 2023 - 05:04 WIB
loading...
Wisnuwardhana, Sosok...
Kerajaan Singhasari memiliki riwayat konflik internal yang cukup parah. Pertikaian internal Kerajaan Singasari atau yang biasa disebut Tumapel tidak lepas dari keberadaan Daha yang kini Kediri. Foto ilustrasi
A A A
JAKARTA - Kerajaan Singhasari memiliki riwayat konflik internal yang cukup parah. Pertikaian internal Kerajaan Singasari atau yang biasa disebut Tumapel tidak lepas dari keberadaan Daha yang kini Kediri. Namun, keduanya bisa disatukan oleh Wisnuwardhana.

Sejarah mencatat, perpecahan Kerajaan Tumapel berawal dari terbunuhnya Ken Arok atau Sri Rajasa Sang Amurwabhumi pada 1227. Sejak peristiwa itu, Daha menjadi kota kedua setelah Kutaraja ibu kota Tumapel atau Singasari.

Profesor Slamet Muljana dalam buku "Pemugaran Persada Sejarah Leluhur Majapahit", menjelaskan bahwa saat itu Daha di bawah kekuasaan Bhatara Parameswara atau Mahisa Wong Teleng tak mau tunduk kepada Tumapel yang dipimpin oleh Anusapati.

Bahkan saudara-saudara Mahisa Wong Teleng atau Bhatara Parameswara juga turut membelot dan membela Mahisa Wonga Teleng dari Tumapel. Fakta ini juga terungkap melalui prasasti Mula Malurung yang menjelaskan bahwa Guning Bhaya dan Tohjaya, kemudian berturut-turut menggantikan Mahisa Wonga Teleng.

Lantas pada 1248, sepeninggal Tohjaya yang berkuasa di Kediri, kedua kerajaan ini akhirnya berhasil disatukan oleh Sri Jayawisnuwardhana Sang Mapanji Seminingrat.

Namun kesuksesan penyatuan ini tidak lepas dari peran Mahisa Cempaka dan Ranggawuni yang dalam Pararaton ternyata sebagai Sang Pamegat di Ranu Kebayan yang mendorong usaha penyatuan Kediri dengan Tumapel.

Berkat sokongannya dan dukungan para pembesar lainnya di Kerajaan Kediri, Wisnuwardhana berhasil kembali menggabungkan Kediri dengan Tumapel yang telah dikuasai sepeninggal Anusapati pada 1248.

Selanjutnya, Sang Apanji Patipati mengabdi kepada Sri Kertanagara, yang sejak tahun 1254 menurut Nagarakretagama diangkat sebagai raja di daerah Kediri.

Nama Ranggawuni tidak pernah disebut pada Prasasti Maribong dan Prasasti Mula Malurung. Pada kedua prasasti ini yang disebut ialah nama Seminingrat. Pada Prasasti Maribong jelas bahwa nama Jayawisnuwardhana adalah nama abhiseka.

Sang Mapanji Seminingrat jelas adalah nama garbhopati Jayawisnuwardhana. Namun tidak diketahui penggubah Pararaton hingga memperoleh nama Ranggawuni.

Kebalikannya nama Seminingrat tidak pernah disebut dalam Pararaton. Tetapi Pararaton menyajikan panjang lebar tentang persekutuan Ranggawuni dan Mahisa Campaka, putra Mahisa Wonga Teleng.

Setelah berhasil mengalahkan Tohjaya, yang kemudian menyingkir ke Katang Lumbang, Ranggawuni lantas naik tahta di Kerajaan Tumapel, dengan mengambil nama abhiseka Wisnuwardhana, sedangkan Mahisa Campaka dijadikan ratu angabhaya bergelar Narasinga.
(don)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2324 seconds (0.1#10.140)