Aktivis Lingkungan Solo, Tolak Reklamasi Teluk Benoa

Minggu, 05 April 2015 - 12:59 WIB
Aktivis Lingkungan Solo, Tolak Reklamasi Teluk Benoa
Aktivis Lingkungan Solo, Tolak Reklamasi Teluk Benoa
A A A
SOLO - Puluhan aktivis lingkungan yang berasal dari berbagai wilayah di Solo dan sekitarnya menggelar aksi damai menolak rencana reklamasi Teluk Benoa. Aksi tersebut dilakukan di areal Solo Car Free Day yang digelar di Jalan Slamet Riyadi, Minggu (5/4/2015) pagi.

Koordinator acara, Nunung, menyebutkan aksi yang dilakukan tersebut merupakan sebuah gerakan untuk menolak rencana reklamasi laut yang ada di Teluk Benoa.

Pasalnya jika rencana itu direaliasikan, maka akan sangat merusak lingkungan dan kehidupan makhluk hidup yang ada di sekitar Teluk Benoa.

Menurutnya biota-biota laut akan mati dan nelayan-nelayan sekitar akan kehilangan mata pencaharian secara permanen.

Dia juga mengatakan, reklamasi itu juga akan menyebabkan abrasi pantai yang akhirnya akan merusak struktur tanah yang ada di sekitar Teluk Benoa.

Bahkan menurutnya selain merusak kondisi pantai, reklamasi dan membuat pulau baru itu juga akan menyebabkan banjir di sekitar wilayah Bali Selatan.

"Efeknya itu sangat luar biasa bagi kehidupan sosial masyarakat, maka lebih baik rencana reklamasi batal dilakukan," timpalnya.

Pihaknya mengatakan dengan berbagai aspek tersebut, maka lebih baik Pemerintah membatalkan Peraturan Presiden No15/2014 tentang reklamasi Teluk Benoa. Menurutnya pembatalan itu semua demi kepentingan rakyat Bali dan juga rakyat Indonesia.

Pihaknya berharap agar rencana reklamasi itu dialihkan untuk pengembangan Bali di sektor lainnya yang lebih membutuhkan.

Selain itu pengembangan di wilayah Bali Utara saat ini juga penting, agar wilayah Bali Selatan tidak semakin parah dan rusak.

"Wilayah Bali Selatan dahulu terkenal asri dan Indah, namun seiring banyaknya pembangunan, semua itu berubah dan saat ini kondisi Bali Selatan cukup memprihatinkan, maka jangan sampai diperparah dengan proses reklamasi," tegasnya.

Sementara itu aktivis pecinta lingkungan lainya, Rina Fatimah, sangat menyayangkan hal tersebut.

Menurutnya lebih baik Bali dijaga keaslian dan alamnya. Dengan seperti itu justru akan semakin menjadi daya tarik untuk wisatawan. Apalagi sejak lama, Bali dikenal
dengan keindahan alamnya.

"Bali itu lebih bagus kalau hijau dan asri, kekayaan alam Bali sudah luar biasa, tidak perlu melakukan pembangunan sampai harus melakukan reklamasi," tandasnya.
(sms)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4696 seconds (0.1#10.140)