25 Nakes RSUD Moewardi Solo Reaktif COVID-19, Ini Respon Ganjar

Minggu, 12 Juli 2020 - 06:50 WIB
loading...
25 Nakes RSUD Moewardi Solo Reaktif COVID-19, Ini Respon Ganjar
Gubernur Ganjar Pranowo saat pemberian santunan bagi ahli waris tenaga medis yang gugur di Poltekes Semarang, Sabtu (11/7/2020). Foto/Dok/Humas Pemprov Jateng
A A A
SEMARANG - Kabar tenaga kesehatan baik dokter maupun perawat di RSUD Moewardi Solo yang positif COVID-19 dibenarkan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.

Ganjar mengatakan, hasil rapid test menyebut ada 25 tenaga medis di rumah sakit tersebut yang reaktif COVID-19. (Baca juga: RSUD Moewardi Solo Perluas Ruang Perawatan COVID-19 )

"Hari ini sudah dirapid test, dan ada yang reaktif. Saya minta dilakukan PCR dan hasilnya belum tahu. Laporan yang masuk, ada 25 tenaga kesehatan yang di-rapid dan ada reaktif. Sekarang kami sedang melakukan tindakan," kata Ganjar ditemui usai pemberian santunan bagi ahli waris tenaga medis yang gugur di Poltekes Semarang, Sabtu (11/7/2020).

Dari hasil pengecekan awal, Ganjar mendapat laporan bahwa diduga penularan COVID-19 di RSUD Moewardi terjadi dari luar rumah sakit. Justru, tenaga medis yang bertugas menangani COVID-19 semuanya aman, karena prosedurnya sangat ketat.

"Dugaannya tertular dari luar, kalau yang menangani ini (COVID-19) malah aman. Tapi yang mesti hari-hati ketika berada di luar. Kalau kemudian dari luar tertular, terus dibawa masuk ke rumah sakit, tidak sadar berhubungan dengan banyak orang, maka potensi itu bisa terjadi," kata dia.

Terhadap kasus itu, Ganjar memastikan bahwa pihaknya sudah mengambil langkah-langkah perbaikan. Selain memperketat tracing kontak, rumah sakit juga mengurangi karyawan non medis sebanyak 50% dan mengurangi jumlah kunjungan pasien.

"Kami juga meminta kapasitas pendidikan dokter muda dan residen juga diurangi. Kami minta protokol kesehatan dilakukan makin ketat termasuk membatasi karyawan dan jumlah pengunjung," kata dia.

Terkait langkah yang akan diambil pada 25 tenaga kesehatan di RSUD Moewardi itu, Ganjar masih menungu hasil PCR.

"Ini kan dokter semua, sudah pasti paham, apakah nanti dirawat atau diisolasi. Kalau mereka nanti dengan gejala, pasti harus dirawat tapi kalau tanpa gejala, bisa dilakukan treatment dengan cara-cara yang tepat," kata dia.

Kejadian adanya tenaga kesehatan yang tertular COVID-19 membuat Gubenur meminta masyarakat serius. Bahwa tidak hanya di pemerintahan, masyarakat maupun industri, rumah sakit juga bisa menjadi tempat penularan.

"Maka kenormalan baru itu jangan hanya sekedar diomongkan tanpa kita bisa berdisiplin diri. Sekarang, COVID ini menularnya jauh lebih cepat, bahkan ada yang mengatakan itu sudah airbone meskipun harus dipastikan dulu," pungkas dia.
(nth)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1115 seconds (0.1#10.140)