Purun, Jadikan Pendamaran Kota Tikar

Minggu, 15 Maret 2015 - 09:58 WIB
Purun, Jadikan Pendamaran Kota Tikar
Purun, Jadikan Pendamaran Kota Tikar
A A A
PALEMBANG - Rumah penduduk yang didominasi berbentuk panggung, mayoritas di bawah rumah ada aktifitas menganyam tikar purun, tikar buatan masyarakat Pedamaran sudah dipasarkan sampai ke kota-kota besar di luar Sumsel.

Seiring kemajuan zaman, kini para kelompok perajin tikar mulai dilatih memproduksi kerajinan lain seperti tas, sandal, kotak tisu, tudung nasi dan jenis kerajinan lainya. Fatma, salah seroang perajin tikar purun Pedamaran menuturkan, membuat tikar purun harus melalui beberapa tahapan. Purun yang merupakan rumput liar panjang yang tumbuh di lebak, diambil dan dikeringkan dengan cara dijemur selama dua hari. Kemudian ditumbuk sampai pipih dengan antan (alat penumbuk purun). Setelah itu, dianyam menjadi sebuah tikar.

“Untuk menghasilkan satu helai tikar dibutuhkan waktu sekitar satu hari bagi mereka yang sudah mahir. Bagi pemula, bisa dua sampai tiga hari. Hasil dari anyamannya ini kemudian dijual ke pengepul dengan harga Rp6.000/tikar,” katanya saat dibincangi KORAN SINDO PALEMBANG, baru-baru ini. Saat ini para perajin tikar Purun Pedamaran terkendala bahan baku yang hampir tidak tersedia lagi di wilayah Pedamaran.

“Kerjainan ini sudah dilakukan turun-menurun. Karena itu, Pedamaran dikenal dengan Kota Tikar. Para perajin didominasi kaum ibu, tapi sayangnya kian hari perajin tikar khas di sini mulai berkurang,” kata Apriansyah, warga Desa Pedamaran 6. Menurut dia, terdapat sejumlah alasan yang membuat sebagian warga Pedamaran meninggalkan kerajinan tersebut.

Misalnya, harga jual tikar ke pengepul sangat rendah yaitu hanya Rp6.000 /helai. Bahan baku purun sulit didapatkan. Bahkan nyaris tidak ada. ”Dulu purun diambil dari lebak di Desa Pedamaran, yang disebut lebak purun. Tapi lebak purun ini sudah tidak ada. Sudah berganti menjadi perkebunan kelapa sawit.

Akibatnya bahan purun didatangkan warga dari daerah lain, seperti Tulung Selapan dan Pangkalan Lampam,” katanya. Camat Pedamaran, Kabupaten OKI, Hercules, mengakui saat ini perajin tikar di Kecamatan ‘Urang diri” mulai berkurang akibat kurangnya bahan baku. ”Dulu lebak purun Pedamaran sangat luas. Saat di panen masyarakat sebanyak mungkin membuat tikar tidak akan pernah habis. Tetapi sekarang bahan baku itu sudah berkurang,” katanya.

Dia berharap, Disperindag dan dinas terkait membuat langkah strategis agar kerajinan purun di Pedamaran tidak hilang karena kehabisan bahan baku. ”Kami sangat bersyukur saat ini masih ada beberapa kelompok perajin tikar yang sudah berkembang. Tidak hanya menganyam tikar saja, tetapi bisa membuat kerajinan tas, sandal, kotak tisu, sangkek dan lain-lain yang dianyam dari bahan baku purun,” terangnya.

M rohali
(bhr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7852 seconds (0.1#10.140)