Pendidikan dan Pola Asuh Jadi Pemicu Stunting di Sigi Sulteng
loading...
A
A
A
SIGI - Rendahnya pendidikan serta minimnya pengetahuan pola asuh anak yang baik menjadi faktor pemicu stunting di Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah (Sulteng).
Wakil Bupati Sigi Samuel Yansen Pongi mengatakan, permasalahan stunting ini bersifat multidimensial. Artinya bukan sebatas perihal kurang makan atau kurang gizi.
"Namun banyak determinan faktor seperti kemiskinan, pendidikan, akses terhadap pangan, pola asuh , bahkan sanitasi termasuk air bersih," ucap Samuel Yansen Pongi, Rabu (21/12/2022).
Diketahui, prevalensi stunting di Kabupaten Sigi berdasarkan survei Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (PPGBM), pada tahun 2019 kasus stunting 20,2 persen, tahun 2020, sebesar 16,5 persen, 2021 sebanyak 14,4 persen.
Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak usia di bawah lima tahun. Salah satu faktor penyebabnya akibat kekurangan gizi kronis terutama dalam 1.000 hari pertama kelahiran.
Pemerintah Kabupaten Sigi, kata Samuel, telah membentuk lokasi fokus meliputi 25 desa sebagai lokus penanganan stunting di sembilan kecamatan meliputi Kecamatan Sigi Biromaru, Nokilalaki, Palolo, Dolo Selatan, Marawola Barat, Kulawi, Gumbasa, Dolo Selatan dan Dolo.
Untuk mengoptimalkan penanganan dan pencegahan stunting, Samuel mengatakan seluruh organisasi perangkat daerah, pemerintah kecamatan dan pemerintah desa, dibantu oleh badan usaha dan media/pers, serta masyarakat harus bekerja sama.
Penanganan dan pencegahan, kata dia, harus memperluas intervensi melalui kegiatan yang tidak hanya terfokus pada pemenuhan gizi semata.
Lihat Juga: Aktivis Perempuan: Program Posyandu Keluarga Sitti Rohmi Berhasil Turunkan Angka Stunting di NTB
Wakil Bupati Sigi Samuel Yansen Pongi mengatakan, permasalahan stunting ini bersifat multidimensial. Artinya bukan sebatas perihal kurang makan atau kurang gizi.
"Namun banyak determinan faktor seperti kemiskinan, pendidikan, akses terhadap pangan, pola asuh , bahkan sanitasi termasuk air bersih," ucap Samuel Yansen Pongi, Rabu (21/12/2022).
Diketahui, prevalensi stunting di Kabupaten Sigi berdasarkan survei Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (PPGBM), pada tahun 2019 kasus stunting 20,2 persen, tahun 2020, sebesar 16,5 persen, 2021 sebanyak 14,4 persen.
Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak usia di bawah lima tahun. Salah satu faktor penyebabnya akibat kekurangan gizi kronis terutama dalam 1.000 hari pertama kelahiran.
Pemerintah Kabupaten Sigi, kata Samuel, telah membentuk lokasi fokus meliputi 25 desa sebagai lokus penanganan stunting di sembilan kecamatan meliputi Kecamatan Sigi Biromaru, Nokilalaki, Palolo, Dolo Selatan, Marawola Barat, Kulawi, Gumbasa, Dolo Selatan dan Dolo.
Untuk mengoptimalkan penanganan dan pencegahan stunting, Samuel mengatakan seluruh organisasi perangkat daerah, pemerintah kecamatan dan pemerintah desa, dibantu oleh badan usaha dan media/pers, serta masyarakat harus bekerja sama.
Penanganan dan pencegahan, kata dia, harus memperluas intervensi melalui kegiatan yang tidak hanya terfokus pada pemenuhan gizi semata.
Lihat Juga: Aktivis Perempuan: Program Posyandu Keluarga Sitti Rohmi Berhasil Turunkan Angka Stunting di NTB
(don)