7 Kitab Kuno Jawa Kerajaan Kediri, Nomor 2 Kisah Penculikan Putri Cantik Prabu Bismaka
loading...
A
A
A
KERAJAAN Kediri mencapai kejayaan di bawah kepemimpinan Prabu Jayabaya , mulai dari segi pemerintahan, persenjataan hingga kesejahteraan rakyatnya.
Bukan itu saja, pada zaman itu karya sastra juga menjadi perhatian besar Kerajaan Kediri, terbukti ada tujuh karya sastra besar selama Kerajaan Kediri berkuasa.
Sederet nama pujangga besar di Kerajaan Kediri di antaranya Mpu Panuluh, Mpu Sedah dan Mpu Monaguna yang menulis kitab-kitab kuno Jawa pada zaman itu.
Ada yang mengisahkan tentang keperkasaan prajuritnya dalam peperangan, kejayaan, silsilah kerajaan, amarah hingga percintaan. Berikut 7 kitab kuno Jawa dalam Babad Tanah Jawi yang ditulis Soedjipto Abimanyu.
1. Bharatayuddha
Kitab terkenal pada masa Kerajaan Kediri adalah Bharatayuddha karya Mpu Sedah dan Mpu Panuluh.
Kakawin Bharatayuddha ini merupakan salah satu karya sastra Jawa kuno yang termahsyur. Kakawin ini menceritakan tentang peperangan antara kaum Kurawa dan Pandawa yang disebut peperangan Bharatayuddha.
Karya sastra yang digubah oleh Mpu Sedah dan belakangan diselesaikan oleh Mpu Panuluh ini dipersembahkan bagi Prabu Jayabaya pada 1135-1157 Masehi.
Kitab ini ditulis pada sekitar akhir masa pemerintahan Raja Daha tersebut dan baru selesai pada 6 November 1157.
2. Hariwangsa
Kitab kedua yang ditulis Mpu Panuluh adalah Kakawin Hariwangsa, yang ditulis saat Prabu Jayabaya memerintah pada tahun 1135-1157 Masehi. Kata hariwangsa secara harfiah berarti silsilah atau garis keturunan Sang Hari atau Wisnu.
Cerita yang dikisahkan dalam bentuk kakawin ini adalah cerita ketika sang Prabu Kresna, titisan Batara Wisnu, ingin menikah dengan Dewi Rukmini dari negeri Kundina, putri Prabu Bismaka. Prabu Kresna ingin menculik Dewi Rukmini.
Pada saat malam sebelum pesta pernikahan dilaksanakan, Kresna datang ke Kundina dan membawa lari Rukmini.
Prabu Bismaka sangat murka hingga dia langsung berdiskusi dengan raja-raja lainnya yang sedang bertamu. Saat itu, para tamu dari negeri-negeri lain banyak yang sudah datang.
3. Gatotkaca
Kitab lain yang dihasilkan pujangga Mpu Panuluh adalah Kakawin Gatotkaca Sraya adalah kitab gubahan Panuluh selain Hariwangsa dan Bharatayuddha.
Raja yang disebut dalam kitab Gatotkaca Sraya bernama Prabu Jayabaya. Menurut tulisan batu, memang pada zaman Kediri ada seorang raja bernama Kertajaya, yang bertahta sekitar tahun 1110 Saka atau 1188 Masehi.
Raja Kertajaya adalah raja pengganti Prabu Jayabaya.
4. Smaradhana
Salah satu pujangga lain yang ada di era Kerajaan Kediri adalah Mpu Dharmaja.
Kitab yang dihasilkan yakni Kakawin Smaradhana mengisahkan terbakarnya Batara Kamajaya. Nama Smaradhana berasal dari kata asmara dan dhana. Asmara adalah nama dewa percintaan, sedangkan Dhana berasal dari kata Dahana yang berarti api.
Nama Asmaradana berkaitan dengan peristiwa hangusnya Dewa Asmara oleh sorot mata ketiga Dewa Siwa.
Pada Kitab Smaradhana, disebut nama Raja Kediri Prabu Kameswara, yang merupakan titisan Dewa Wisnu, yang ketiga kalinya dan berpermaisuri Sri Kirana Ratu, putri dari Kerajaan Jenggala.
5. Bomakawya
Kitab kedua yang dihasilkan Mpu Dharmaja adalah Kakawin Bomakawya. Kitab ini menceritakan peperangan antara Prabu Kresna dan Prabu Boma.
Di cerita pewayangan, lakon ini terkenal dengan sebutan Samba Juwing, sebuah lakon yang tragis dan memilukan.
6. Sumanasantaka
Kitab Sumanasantaka karya Mpu Monaguna menjadi Kitab keenam yang jadi peninggalan Kerajaan Kediri.
Kakawin ini menceritakan lahirnya Dasarata, ayah dari Rama di Ayodya. Kakawin Sumanasantaka ditulis sekitar tahun 1104, pada masa pemerintahan Prabu Warsajaya di Kerajaan Kediri.
Sosok Mpu Monaguna sendiri adalah rekan seangkatan Mpu Triguna. Keduanya merupakan pujangga istana zaman Prabu Warsajaya di Keraton Kediri.
Melihat Mpu Monaguna dan Triguna hidup sekerabat, kemungkinan besar keduanya masih ada hubungan seperguruan, yang sama-sama menjadi kesayangan Raja Prabu Warsajaya.
7. Kresnayana
Pujangga lain adalah Mpu Triguna yang menulis Kakawin Kresnayana di masa Raja Warsajaya sekitar kurang lebih tahun 1104 Masehi.
Kakawin ini merupakan karya sastra Jawa kuno yang menceritakan pernikahan Prabu Kresna dan penculikan calonnya Rukmini.
Kresnayana secara harfiah berarti perjalanan Kresna, maksudnya perjalannya ke negeri Kundina, tempat sang Rukmini.
Tema yang dibahas Kakawin Kresnayana menyerupai dengan tema yang dibahas pada Kakawin Hariwangsa.
Sumber: dok.sindonews/okezone/inews.id
Lihat Juga: Kisah Kedekatan Prabowo Subianto dan Gus Dur, Pernah Masuk Kamar Tidur dan Jadi Tukang Pijatnya
Bukan itu saja, pada zaman itu karya sastra juga menjadi perhatian besar Kerajaan Kediri, terbukti ada tujuh karya sastra besar selama Kerajaan Kediri berkuasa.
Sederet nama pujangga besar di Kerajaan Kediri di antaranya Mpu Panuluh, Mpu Sedah dan Mpu Monaguna yang menulis kitab-kitab kuno Jawa pada zaman itu.
Ada yang mengisahkan tentang keperkasaan prajuritnya dalam peperangan, kejayaan, silsilah kerajaan, amarah hingga percintaan. Berikut 7 kitab kuno Jawa dalam Babad Tanah Jawi yang ditulis Soedjipto Abimanyu.
1. Bharatayuddha
Kitab terkenal pada masa Kerajaan Kediri adalah Bharatayuddha karya Mpu Sedah dan Mpu Panuluh.
Kakawin Bharatayuddha ini merupakan salah satu karya sastra Jawa kuno yang termahsyur. Kakawin ini menceritakan tentang peperangan antara kaum Kurawa dan Pandawa yang disebut peperangan Bharatayuddha.
Karya sastra yang digubah oleh Mpu Sedah dan belakangan diselesaikan oleh Mpu Panuluh ini dipersembahkan bagi Prabu Jayabaya pada 1135-1157 Masehi.
Kitab ini ditulis pada sekitar akhir masa pemerintahan Raja Daha tersebut dan baru selesai pada 6 November 1157.
2. Hariwangsa
Kitab kedua yang ditulis Mpu Panuluh adalah Kakawin Hariwangsa, yang ditulis saat Prabu Jayabaya memerintah pada tahun 1135-1157 Masehi. Kata hariwangsa secara harfiah berarti silsilah atau garis keturunan Sang Hari atau Wisnu.
Cerita yang dikisahkan dalam bentuk kakawin ini adalah cerita ketika sang Prabu Kresna, titisan Batara Wisnu, ingin menikah dengan Dewi Rukmini dari negeri Kundina, putri Prabu Bismaka. Prabu Kresna ingin menculik Dewi Rukmini.
Pada saat malam sebelum pesta pernikahan dilaksanakan, Kresna datang ke Kundina dan membawa lari Rukmini.
Prabu Bismaka sangat murka hingga dia langsung berdiskusi dengan raja-raja lainnya yang sedang bertamu. Saat itu, para tamu dari negeri-negeri lain banyak yang sudah datang.
3. Gatotkaca
Kitab lain yang dihasilkan pujangga Mpu Panuluh adalah Kakawin Gatotkaca Sraya adalah kitab gubahan Panuluh selain Hariwangsa dan Bharatayuddha.
Raja yang disebut dalam kitab Gatotkaca Sraya bernama Prabu Jayabaya. Menurut tulisan batu, memang pada zaman Kediri ada seorang raja bernama Kertajaya, yang bertahta sekitar tahun 1110 Saka atau 1188 Masehi.
Raja Kertajaya adalah raja pengganti Prabu Jayabaya.
4. Smaradhana
Salah satu pujangga lain yang ada di era Kerajaan Kediri adalah Mpu Dharmaja.
Kitab yang dihasilkan yakni Kakawin Smaradhana mengisahkan terbakarnya Batara Kamajaya. Nama Smaradhana berasal dari kata asmara dan dhana. Asmara adalah nama dewa percintaan, sedangkan Dhana berasal dari kata Dahana yang berarti api.
Nama Asmaradana berkaitan dengan peristiwa hangusnya Dewa Asmara oleh sorot mata ketiga Dewa Siwa.
Pada Kitab Smaradhana, disebut nama Raja Kediri Prabu Kameswara, yang merupakan titisan Dewa Wisnu, yang ketiga kalinya dan berpermaisuri Sri Kirana Ratu, putri dari Kerajaan Jenggala.
5. Bomakawya
Kitab kedua yang dihasilkan Mpu Dharmaja adalah Kakawin Bomakawya. Kitab ini menceritakan peperangan antara Prabu Kresna dan Prabu Boma.
Di cerita pewayangan, lakon ini terkenal dengan sebutan Samba Juwing, sebuah lakon yang tragis dan memilukan.
6. Sumanasantaka
Kitab Sumanasantaka karya Mpu Monaguna menjadi Kitab keenam yang jadi peninggalan Kerajaan Kediri.
Kakawin ini menceritakan lahirnya Dasarata, ayah dari Rama di Ayodya. Kakawin Sumanasantaka ditulis sekitar tahun 1104, pada masa pemerintahan Prabu Warsajaya di Kerajaan Kediri.
Sosok Mpu Monaguna sendiri adalah rekan seangkatan Mpu Triguna. Keduanya merupakan pujangga istana zaman Prabu Warsajaya di Keraton Kediri.
Melihat Mpu Monaguna dan Triguna hidup sekerabat, kemungkinan besar keduanya masih ada hubungan seperguruan, yang sama-sama menjadi kesayangan Raja Prabu Warsajaya.
7. Kresnayana
Pujangga lain adalah Mpu Triguna yang menulis Kakawin Kresnayana di masa Raja Warsajaya sekitar kurang lebih tahun 1104 Masehi.
Kakawin ini merupakan karya sastra Jawa kuno yang menceritakan pernikahan Prabu Kresna dan penculikan calonnya Rukmini.
Kresnayana secara harfiah berarti perjalanan Kresna, maksudnya perjalannya ke negeri Kundina, tempat sang Rukmini.
Tema yang dibahas Kakawin Kresnayana menyerupai dengan tema yang dibahas pada Kakawin Hariwangsa.
Sumber: dok.sindonews/okezone/inews.id
Lihat Juga: Kisah Kedekatan Prabowo Subianto dan Gus Dur, Pernah Masuk Kamar Tidur dan Jadi Tukang Pijatnya
(nic)