Aplikasi CLON, Solusi Bagi Penyandang Difabel di Tengah Pandemi COVID-19
loading...
A
A
A
SURABAYA - Para mahasiswa Departemen Teknik Infrastruktur Sipil dan Departemen Sistem Informasi ITS berhasil menyabet Gold Medal pada tema Invention Contest for the Benefit of Humanity Against COVID-19.
Aplikasi berupa CLON (Claster of Education) membawa Hafizh Muhammad Rozaan, Rifqi Nadhif Arrafid, Galih Syifa’ul Ummah, Cahyo Aji Roliono, dan Yohanes Jose Ariawan menjadi jawara.
CLON merupakan aplikasi e-learning yang dibuat untuk para penderita Autism Spectrum Disorder (ASD). Terobosan baru ini dibuat berdasarkan keresahan akan pembelajaran online yang dilaksanakan di Indonesia sebagai akibat dari pandemi COVID-19. (BACA JUGA: Kemenparekraf Serahkan 14.100 Paket Bantuan Tahap Dua untuk Pelaku Pariwisata di Jatim)
Ketua Tim CLON, Hafizh Muhammad Rozaan menuturkan, masih belum adanya media pembelajaran online yang disediakan untuk siswa Sekolah Luar Biasa (SLB) dalam mengikuti pembelajaran online di masa pandemi seperti sekarang.
“Media pembelajaran yang ada sekarang hanya bisa diakses oleh siswa atau mahasiswa normal, sedangkan teman-teman kita yang berkebutuhan khusus tidak memiliki kemampuan untuk mengaksesnya,” kata Hafizh, Kamis (9/7/2020).
Mereka pun membuat aplikasi yang digunakan untuk memfasilitasi kegiatan belajar mengajar pada siswa SLB dengan metode take and give. Metode ini memungkinkan siswa didik mengerjakan sebuah soal sesuai petunjuk untuk menerapkan perilaku beretika baik di masyarakat yang akan divisualisasikan melalui gambar yang menarik.
“Jadi nantinya akan dipandu kemudian akan diberikan reward atas prestasi yang sudah dicapai. Hal ini membutuhkan koordinasi dengan orang tua agar pembelajaran berjalan,” jelasnya.
Mahasiswa Departemen Infrastruktur Sipil ITS ini mengatakan, aplikasi tersebut terdiri atas empat fitur utama yang sangat berguna untuk keperluan anak-anak SLB selagi mereka belajar dari rumah.
Antara lain Learning Journey, Quiz, Pengembangan Diri, dan Social Experience. Untuk fitur Learning Journey sendiri merupakan fitur yang di dalamnya akan ada pembelajaran harian seperti pengenalan huruf, pengenalan angka, dan pengenalan warna.
“Nantinya setelah mereka melakukan tugas pada hari tersebut, siswa akan mendapatkan poin,” tambahnya. (BACA JUGA: Knalpot Brong Bikin Bising Digergaji Kapolresta Mojokerto)
Menurut Hafizh, aplikasi ini juga dilengkapi dengan fitur Quiz yang merupakan fitur harian, di mana siswa hanya dapat melakukan ini satu kali sehari. Nantinya siswa akan diberi persoalan mengenai pertanyaan kepribadian, dan setelah melakukannya siswa akan mendapatkan reward sebagai apresiasi.
Lalu untuk fitur Pengembangan Diri, lanjut Hafizh, dibuat untuk meningkatkan kemampuan visual dari siswa. Nantinya akan terdapat banyak persoalan yang menggunakan gambar-gambar menarik, dengan tujuan untuk meningkatkan kepekaan dari otak kiri siswa.
Bahkan, aplikasi ini juga dilengkapi fitur tambahan berupa fitur Report yang berfungsi mengirimkan grafik perkembangan siswa dari pekerjaan mereka kepada pihak pendamping selaku pihak ketiga aplikasi ini, yang selanjutnya pendamping dapat mengolah langsung dan membuat kesimpulan apakah siswa mengalami peningkatan kinerja otak atau tidak.
Ia juga menjabarkan bahwa aplikasi CLON ini menerapkan machine learning yang dapat mengklasifikasikan tingkat kecerdasan siswa didik berdasarkan hasil uji pada empat fitur utama ke sebuah database. Sehingga, pada hari selanjutnya aplikasi ini akan dengan sendirinya memberikan soal berdasarkan tingkat kemampuan IQ dari siswa tersebut.
Aplikasi berupa CLON (Claster of Education) membawa Hafizh Muhammad Rozaan, Rifqi Nadhif Arrafid, Galih Syifa’ul Ummah, Cahyo Aji Roliono, dan Yohanes Jose Ariawan menjadi jawara.
CLON merupakan aplikasi e-learning yang dibuat untuk para penderita Autism Spectrum Disorder (ASD). Terobosan baru ini dibuat berdasarkan keresahan akan pembelajaran online yang dilaksanakan di Indonesia sebagai akibat dari pandemi COVID-19. (BACA JUGA: Kemenparekraf Serahkan 14.100 Paket Bantuan Tahap Dua untuk Pelaku Pariwisata di Jatim)
Ketua Tim CLON, Hafizh Muhammad Rozaan menuturkan, masih belum adanya media pembelajaran online yang disediakan untuk siswa Sekolah Luar Biasa (SLB) dalam mengikuti pembelajaran online di masa pandemi seperti sekarang.
“Media pembelajaran yang ada sekarang hanya bisa diakses oleh siswa atau mahasiswa normal, sedangkan teman-teman kita yang berkebutuhan khusus tidak memiliki kemampuan untuk mengaksesnya,” kata Hafizh, Kamis (9/7/2020).
Mereka pun membuat aplikasi yang digunakan untuk memfasilitasi kegiatan belajar mengajar pada siswa SLB dengan metode take and give. Metode ini memungkinkan siswa didik mengerjakan sebuah soal sesuai petunjuk untuk menerapkan perilaku beretika baik di masyarakat yang akan divisualisasikan melalui gambar yang menarik.
“Jadi nantinya akan dipandu kemudian akan diberikan reward atas prestasi yang sudah dicapai. Hal ini membutuhkan koordinasi dengan orang tua agar pembelajaran berjalan,” jelasnya.
Mahasiswa Departemen Infrastruktur Sipil ITS ini mengatakan, aplikasi tersebut terdiri atas empat fitur utama yang sangat berguna untuk keperluan anak-anak SLB selagi mereka belajar dari rumah.
Antara lain Learning Journey, Quiz, Pengembangan Diri, dan Social Experience. Untuk fitur Learning Journey sendiri merupakan fitur yang di dalamnya akan ada pembelajaran harian seperti pengenalan huruf, pengenalan angka, dan pengenalan warna.
“Nantinya setelah mereka melakukan tugas pada hari tersebut, siswa akan mendapatkan poin,” tambahnya. (BACA JUGA: Knalpot Brong Bikin Bising Digergaji Kapolresta Mojokerto)
Menurut Hafizh, aplikasi ini juga dilengkapi dengan fitur Quiz yang merupakan fitur harian, di mana siswa hanya dapat melakukan ini satu kali sehari. Nantinya siswa akan diberi persoalan mengenai pertanyaan kepribadian, dan setelah melakukannya siswa akan mendapatkan reward sebagai apresiasi.
Lalu untuk fitur Pengembangan Diri, lanjut Hafizh, dibuat untuk meningkatkan kemampuan visual dari siswa. Nantinya akan terdapat banyak persoalan yang menggunakan gambar-gambar menarik, dengan tujuan untuk meningkatkan kepekaan dari otak kiri siswa.
Bahkan, aplikasi ini juga dilengkapi fitur tambahan berupa fitur Report yang berfungsi mengirimkan grafik perkembangan siswa dari pekerjaan mereka kepada pihak pendamping selaku pihak ketiga aplikasi ini, yang selanjutnya pendamping dapat mengolah langsung dan membuat kesimpulan apakah siswa mengalami peningkatan kinerja otak atau tidak.
Ia juga menjabarkan bahwa aplikasi CLON ini menerapkan machine learning yang dapat mengklasifikasikan tingkat kecerdasan siswa didik berdasarkan hasil uji pada empat fitur utama ke sebuah database. Sehingga, pada hari selanjutnya aplikasi ini akan dengan sendirinya memberikan soal berdasarkan tingkat kemampuan IQ dari siswa tersebut.
(vit)