Korban dan Keluarga Tragedi Kanjuruhan Trauma, Terbayang Kejadian dan Tak Mau Makan
loading...
A
A
A
MALANG - Korban dan keluarga Tragedi Kanjuruhan masih mengalami trauma dan gangguan psikologis karena teringat terus kejadian memilukan yang menyebabkan 131 orang tewas dan ratusan terluka pada Sabtu 1 Oktober 2022 lalu.
Kondisi mereka saat ini membutuhkan pendampingan dan trauma healing. e Hingga saat ini banyak korban dan keluarga ahli waris yang masih mengalami trauma secara psikologis setelah Tragedi Kanjuruhan.
Wali Kota Malang Sutiaji mengungkapkan, sejauh ini ada 30 orang meninggal dunia di Kota Malang akibat tragedi di Stadion Kanjuruhan, yang sudah ditangani secara trauma healing.
"Perlu ada pendampingan psikologi, ini akan kami lakukan terus menerus (pendampingan psikologis). Bukan hanya 30 korban meninggal, tapi termasuk para korban yang dirawat dan keluarganya," kata Sutiaji, seusai mengunjungi para korban di Malang, pada Selasa (11/10/2022).
Menurut Sutiaji, sejauh ini sudah ada 16-17 orang yang telah dilakukan pendampingan psikologis ke korban. Mereka yang diberikan trauma healing, juga termasuk yang ada dikunjungi di rumah sakit karena luka-luka.
"Yang kemarin itu bukan hanya yang meninggal saja, tapi semuanya menyasar terus, yang ke keluarga meninggal sudah ada 16-17 orang, termasuk kunjungan yang ke sakit-sakit itu. Ini terus ada kunjungan," ungkapnya.
Pemulihan psikologis dilakukan secara bergilir, di masing-masing kecamatan. Saat ini misalnya, tim berfokus di Kecamatan Kedungkandang, Kota Malang.
"Ya nanti hari ini yang banyak di Kedungkandang, keterbatasan waktu kita sehingga yang 10 di Kedungkandang, besok kita teruskan, lusa kita teruskan," paparnya.
Mayoritas dari para keluarga korban jiwa itu seolah teringat-ingat dan kepikiran dengan mereka yang ditinggalkan. Bahkan beberapa di antara keluarga korban ini disebut masih didampingi intensif karena tidak mau makan.
"Ya kehilangan pasti, kehilangan rasa selalu ingat, berangkat dalam kondisi sehat, pulang kok tinggal nama, itu siapa pun punya pikiran itu sambil kita kasih penguatan sehingga minta data nomor teleponnya. Sewaktu-waktu nanti ada keluhan kadang itu nggak terasa, mau makan dan seterusnya, dinas kesehatan juga akan mendampingi karena sakit psikologi jauh lebih susah daripada medis," pungkasnya.
Sebelumnya diberitakan, kerusuhan pecah setelah laga Arema FC vs Persebaya Surabaya, pada Sabtu malam (1/10/2022) di Stadion Kanjuruhan Malang. Pertandingan sendiri dimenangkan tim tamu Persebaya dengan skor 2-3. Para suporter merangsek masuk ke lapangan dan menyerbu pemain. Banyak orang meninggal dunia karena tembakan gas air mata ke tribun, hingga membuat panik ribuan suporter dan terjadilah desak-desakan.
Akibat kejadian hingga Senin pagi (10/10/2022), ada 131 orang dikonfirmasi meninggal dunia dan 550 orang luka-luka. Para korban ini tersebar di 24 rumah sakit dan fasilitas kesehatan di Kota Malang dan Kabupaten Malang.
Para korban mayoritas berdesakan meninggalkan stadion karena tembakan gas air mata polisi ke arah tribun penonton. Akibat para penonton mengalami sesak napas dan terjadi penumpukan hingga insiden terinjak-injak di pintu keluar stadion.
Setelah kejadian ini, tim investigasi bentukan Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit menetapkan enam tersangka, yakni Direktur Utama (Dirut) PT Liga Indonesia Baru (LIB) selaku penanggungjawab kompetisi, Ketua Panpel Arema Abdul Harris, Sekuriti Officer Suko Sutrisno.
Sedangkan tiga tersangka lain yakni Kabag Ops Polres Malang Kompol Wahyu Setyo Pranoto, Kasat Samapta Polres Malang AKP Bambang Sidiq Achmadi, dan Komandan Kompi (Danki) 3 Brimob Polda Jawa Timur AKP Hasdarmawan.
Kondisi mereka saat ini membutuhkan pendampingan dan trauma healing. e Hingga saat ini banyak korban dan keluarga ahli waris yang masih mengalami trauma secara psikologis setelah Tragedi Kanjuruhan.
Wali Kota Malang Sutiaji mengungkapkan, sejauh ini ada 30 orang meninggal dunia di Kota Malang akibat tragedi di Stadion Kanjuruhan, yang sudah ditangani secara trauma healing.
"Perlu ada pendampingan psikologi, ini akan kami lakukan terus menerus (pendampingan psikologis). Bukan hanya 30 korban meninggal, tapi termasuk para korban yang dirawat dan keluarganya," kata Sutiaji, seusai mengunjungi para korban di Malang, pada Selasa (11/10/2022).
Menurut Sutiaji, sejauh ini sudah ada 16-17 orang yang telah dilakukan pendampingan psikologis ke korban. Mereka yang diberikan trauma healing, juga termasuk yang ada dikunjungi di rumah sakit karena luka-luka.
"Yang kemarin itu bukan hanya yang meninggal saja, tapi semuanya menyasar terus, yang ke keluarga meninggal sudah ada 16-17 orang, termasuk kunjungan yang ke sakit-sakit itu. Ini terus ada kunjungan," ungkapnya.
Pemulihan psikologis dilakukan secara bergilir, di masing-masing kecamatan. Saat ini misalnya, tim berfokus di Kecamatan Kedungkandang, Kota Malang.
"Ya nanti hari ini yang banyak di Kedungkandang, keterbatasan waktu kita sehingga yang 10 di Kedungkandang, besok kita teruskan, lusa kita teruskan," paparnya.
Mayoritas dari para keluarga korban jiwa itu seolah teringat-ingat dan kepikiran dengan mereka yang ditinggalkan. Bahkan beberapa di antara keluarga korban ini disebut masih didampingi intensif karena tidak mau makan.
"Ya kehilangan pasti, kehilangan rasa selalu ingat, berangkat dalam kondisi sehat, pulang kok tinggal nama, itu siapa pun punya pikiran itu sambil kita kasih penguatan sehingga minta data nomor teleponnya. Sewaktu-waktu nanti ada keluhan kadang itu nggak terasa, mau makan dan seterusnya, dinas kesehatan juga akan mendampingi karena sakit psikologi jauh lebih susah daripada medis," pungkasnya.
Sebelumnya diberitakan, kerusuhan pecah setelah laga Arema FC vs Persebaya Surabaya, pada Sabtu malam (1/10/2022) di Stadion Kanjuruhan Malang. Pertandingan sendiri dimenangkan tim tamu Persebaya dengan skor 2-3. Para suporter merangsek masuk ke lapangan dan menyerbu pemain. Banyak orang meninggal dunia karena tembakan gas air mata ke tribun, hingga membuat panik ribuan suporter dan terjadilah desak-desakan.
Akibat kejadian hingga Senin pagi (10/10/2022), ada 131 orang dikonfirmasi meninggal dunia dan 550 orang luka-luka. Para korban ini tersebar di 24 rumah sakit dan fasilitas kesehatan di Kota Malang dan Kabupaten Malang.
Para korban mayoritas berdesakan meninggalkan stadion karena tembakan gas air mata polisi ke arah tribun penonton. Akibat para penonton mengalami sesak napas dan terjadi penumpukan hingga insiden terinjak-injak di pintu keluar stadion.
Setelah kejadian ini, tim investigasi bentukan Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit menetapkan enam tersangka, yakni Direktur Utama (Dirut) PT Liga Indonesia Baru (LIB) selaku penanggungjawab kompetisi, Ketua Panpel Arema Abdul Harris, Sekuriti Officer Suko Sutrisno.
Sedangkan tiga tersangka lain yakni Kabag Ops Polres Malang Kompol Wahyu Setyo Pranoto, Kasat Samapta Polres Malang AKP Bambang Sidiq Achmadi, dan Komandan Kompi (Danki) 3 Brimob Polda Jawa Timur AKP Hasdarmawan.
(shf)