Kisah Ratu Shima, Wanita Pertama yang Jadi Raja di Tanah Jawa Dikenal Adil dan Bijaksana

Senin, 10 Oktober 2022 - 05:11 WIB
loading...
Kisah Ratu Shima, Wanita Pertama yang Jadi Raja di Tanah Jawa Dikenal Adil dan Bijaksana
Bangunan berupa susunan batu bata mirip candi ditemukan di Dusun Boto Tumpang, Desa Karangsari, Kecamatan Rowosari, Kendal, Jawa Tengah. Foto iNews TV/Eddie Prayitno
A A A
Sosoknya disebut-sebut sangat cantik jelita. Hati dan tindakannya juga dikenal sangat adil serta bijaksana. Hal ini membuat sosok Ratu Shima sangat dicintai dan dihormati oleh rakyat Kerajaan Kalingga.



Ratu Shima yang tercatat memerintah Kerajaan Kalingga, pada tahun 674-695 Masehi, juga menerapkan hukum potong tangan bagi para pencuri. Dalam cerita rakyat yang berkembang di masyarakat, Ratu Shima tak segan memotong tangan puteranya sendiri karena dituduh mencuri barang milik orang lain.



Kerajaan yang diduga wilayahnya berada di sekitar Jepara, Jateng tersebut, begitu tenteram dan damai, karena dipimpin sosok ratu yang sangat adil dan bijaksana. Kepemimpinan Ratu Shima melegenda hingga saat ini.



Bahkan, kejujuran, ketegasan, serta keadilannya dalam memimpin Kerajaan Kalingga, hingga kini masih terus didambakan oleh masyarakat. Ratu Shima menerapkan hukum yang keras dan tegas untuk memberantas pencurian dan kejahatan, serta untuk mendorong agar rakyatnya senantiasa jujur.

Kabar tentang ketegasan Ratu Shima saat itu tersebar kemana-mana, hingga manca negara. Suatu saat ada seorang pemimpin kerajaan dari manca negara yang ingin mengetahui kebenaran kabar itu dengan datang ke Kalingga.

Raja manca negara tersebut, dengan sengaja menaruh kantung berisi uang di tengah-tengah persimpangan jalan dekat Alun-alun ibu kota Kerajaan Kalingga. Hal ini dilakukannya dengan niat menguji kebenaran kabar itu. Tidak seorangpun berani menyentuh kantung yang bukan miliknya itu, selama lebih dari tiga tahun.

Hingga pada suatu hari ada seorang putra Ratu Shima, secara sengaja menyentuh kantung itu. Meski bukan untuk mencurinya, dan hanya sebatas menyentuhnya saja, namun hal itu telah membuat murka sang raja manca negara.

Mengetahui hal tersebut, Ratu Shima lalu menjatuhkan hukuman mati untuk putranya, akan tetapi para pejabat dan menteri kerajaan memohon agar Sang Ratu mau mengurungkan niatnya itu, dan mengampuni sang pangeran. Maka Ratu Shima menjatuhkan hukuman memotong satu ruas jari tangan sang pangeran.



Dalam catatan sejarahnya, Ratu Shima pada lahir tahun 611 Masehi, di sekitar Musi Banyuasin, Sumatera Selatan. Dia merupakan isteri Raja Kartikeyasinga, yang menjadi Raja Kalingga (648-674) Masehi.

Ketika suaminya, Raja Kartikeyasinga meninggal, Ratu Shima naik tahta Kerajaan Kalingga dengan gelar Sri Maharani Mahissasuramardini Satyaputikeswara. Dari perkawinan Kartikeyasingha dengan Shima melahirkan dua orang anak, yaitu Parwati dan Jay Sima.

Berdasarkan dokumentasi surat menyurat milik Kekhalifahan Bani Umayyah yang disimpan di Museum Granada, Spanyol. Diketahui jika Khalifah Utsman bin Affan ketika itu sempat mengutus armada lautnya yang dipimpin Muawiyah bin Abu Sufyan untuk melakukan ekspedisi mengenalkan Islam ke daratan China termasuk ke Nusantara.

Lalu armada laut yang dipimpin Muawiyah bin Abu Sufyan ini sempat singgah di Pantai Utara Jawa, yang ketika itu berada dalam wilayah Kerajaan Kalingga. Muawiyah bin Abu Sufyan yang dikemudian hari menjadi Khalifah Islam (pendiri Bani Umayyah) ini sebelumnya mendengar kabar ada Kerajaan Hindu di seberang lautan yang diperintah oleh seorang raja wanita yang bijaksana.

Namun walau bercorak Hindu, Agama Budha juga berkembang secara harmonis di tanah Kalingga pada saat dipimpin Ratu Shima. Pamor Ratu Shima dalam memimpin kerajaannya sangat luar biasa, amat dicintai rakyat jelata hingga lingkaran para elit kekuasaan.



Bahkan dikisahkan, tak ada satu warga anggota kerajaan yang berani berhadapan muka dengannya, apalagi menantang. Hal itu disebabkan oleh kharisma dari sang ratu sendiri yang luar biasa, sehingga siapapun amat segan kepadanya.

Kabar mengenai kebijakan dan kejujuran Ratu Shima ini diperoleh dari para pedagang Arab yang telah sampai ke Kerajaan Kalingga. Dari para pedagang Arab inilah Ratu Shima juga mendengar ajaran tauhid yang dibawa Nabi Muhammad SAW. Hal ini dimungkinkan, karena Kerajaan Kalingga memiliki hubungan perdagangan dengan Bangsa Arab dan Gujarat lewat pesisir Pantai Utara Jawa.

Dikutip dari buku Ilmu politik Islam V, Sejarah Islam dan Umatnya Sampai Sekarang, karya H Zainal Abidin Ahmad, hasil kunjungan damai dan persahabatan dari rombongan armada laut yang dipimpin Muawiyah bin Abu Sufyan ini adalah, Pangeran Jay Sima, putra Ratu Shima, masuk memeluk agama Islam.
(eyt)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2520 seconds (0.1#10.140)