UINSA Surabaya dan UIN Maliki Malang Sebut Peristiwa Kanjuruhan Tragedi Kemanusiaan
loading...
A
A
A
SURABAYA - Doa bersama untuk korban tragedi Kanjuruhan masih terus digelar masyarakat, termasuk kalangan kampus. Seperti yang dilakukan UINSA Surabaya dan UIN Maliki Malang pada Jumat (7/10/2022) malam.
Doa dan tahlil secara daring ini juga diikuti seluruh pimpinan dan civitas akademika Perguruan Tinggi Keislaman Swasta di lingkungan Kopertais Wilayah IV.
"Acara ini merupakan wujud solidaritas PTKI se-Jawa Timur terhadap korban dan keluarg korban tragedi Kanjuruhan," ujar Rektor UINSA Surabaya, Prof. Akh. Muzakki.
Baca juga: Jadi Tersangka Tragedi Kanjuruhan, Panpel Arema FC Abdul Haris Tuntut PSSI dan PT LIB Minta Maaf
Baik Muzakki maupun Rektor UIN Maulana Malik Ibrahim Malam, Prof. Dr. M. Zainuddin menekankan makna persaudaraan dan pentingnya solidaritas kepada saudara sebangsa dalam menanggung kedukaan.
Dalam acara ini juga dibacakan pernyataan sikap, yaitu tragedi Kanjuruhan bukan hanya tragedi sepak bola. Lebih dari itu, peristiwa itu adalah tragedi kemanusiaan.
Tragedi Kanjuruhan dengan korban jiwa sebanyak 131 orang, 406 orang luka ringan, 30 orang luka sedang, dan 29 orang luka ringan adalah tragedi yang mengoyak nilai-nilai kemanusiaan.
Tidak ada satu event sepak bola yang memakan korban dengan jumlah yang begitu fantastis sepanjang sejarah sepak bola tanah air, bahkan dunia.
Sekalipun demikian, tragedi dan kesedihan ini tidak akan melemahkan dan memecah belah bangsa. Sepak bola adalah olahraga yang selama ini telah berhasil menyatukan kita sebagai bangsa di tengah dorongan segelintir orang yang hendak memecah belah dengan isu-isu agama, ras, suku, dan golongan.
Berikut pernyataan sikap lengkap:
1. Duka cita yang mendalam kepada korban dan keluarganya, baik yang meninggal maupun yang luka-luka, atas tragedi yang menimpa, karena tidak ada sepakbola yang lebih berharga dari nyawa manusia.
2. Menyerukan kepada semua pihak untuk memperkuat solidaritas dan memberi dukungan dan bantuan terhadap korban dan keluarga korban Tragedi Kanjuruhan.
3. Menyerukan kepada pihak-pihak tertentu untuk tidak memanfaatkan tragedi ini demi kepentingan sempit dan sesaat bagi kelompok tertentu, di mana hal itu merupakan perilaku “mengail keuntungan di atas kesedihan orang lain” yang sungguh nista.
4. Meminta kepada pihak-pihak terkait untuk memperbaiki manajemen sepak bola secara profesional dengan menempatkan sepak bola sebagai bagian dari komitmen membangun persatuan dan martabat bangsa.
5. Memberi kepercayaan dan dukungan kepada Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) untuk mengusut tuntas tragedi kemanusiaan ini dan mengambil langkah-langkah yang cepat dan tepat dalam rangka tegaknya kebenaran dan keadilan bagi semua pihak.
6. Tragedi ini harus menjadi pelajaran berharga bagi kita semua. Sepak bola atau olah raga apapun harus sportif. Sportivitas merupakan kesadaran yang selalu melekat, bahwa “lawan” bertanding adalah kawan yang diikat dalam pesaudaraan keolahragaan. Sportivitas juga merupakan sikap mental yang menunjukkan martabat ksatria seorang olahragawan.
Doa dan tahlil secara daring ini juga diikuti seluruh pimpinan dan civitas akademika Perguruan Tinggi Keislaman Swasta di lingkungan Kopertais Wilayah IV.
"Acara ini merupakan wujud solidaritas PTKI se-Jawa Timur terhadap korban dan keluarg korban tragedi Kanjuruhan," ujar Rektor UINSA Surabaya, Prof. Akh. Muzakki.
Baca juga: Jadi Tersangka Tragedi Kanjuruhan, Panpel Arema FC Abdul Haris Tuntut PSSI dan PT LIB Minta Maaf
Baik Muzakki maupun Rektor UIN Maulana Malik Ibrahim Malam, Prof. Dr. M. Zainuddin menekankan makna persaudaraan dan pentingnya solidaritas kepada saudara sebangsa dalam menanggung kedukaan.
Dalam acara ini juga dibacakan pernyataan sikap, yaitu tragedi Kanjuruhan bukan hanya tragedi sepak bola. Lebih dari itu, peristiwa itu adalah tragedi kemanusiaan.
Tragedi Kanjuruhan dengan korban jiwa sebanyak 131 orang, 406 orang luka ringan, 30 orang luka sedang, dan 29 orang luka ringan adalah tragedi yang mengoyak nilai-nilai kemanusiaan.
Tidak ada satu event sepak bola yang memakan korban dengan jumlah yang begitu fantastis sepanjang sejarah sepak bola tanah air, bahkan dunia.
Sekalipun demikian, tragedi dan kesedihan ini tidak akan melemahkan dan memecah belah bangsa. Sepak bola adalah olahraga yang selama ini telah berhasil menyatukan kita sebagai bangsa di tengah dorongan segelintir orang yang hendak memecah belah dengan isu-isu agama, ras, suku, dan golongan.
Berikut pernyataan sikap lengkap:
1. Duka cita yang mendalam kepada korban dan keluarganya, baik yang meninggal maupun yang luka-luka, atas tragedi yang menimpa, karena tidak ada sepakbola yang lebih berharga dari nyawa manusia.
2. Menyerukan kepada semua pihak untuk memperkuat solidaritas dan memberi dukungan dan bantuan terhadap korban dan keluarga korban Tragedi Kanjuruhan.
3. Menyerukan kepada pihak-pihak tertentu untuk tidak memanfaatkan tragedi ini demi kepentingan sempit dan sesaat bagi kelompok tertentu, di mana hal itu merupakan perilaku “mengail keuntungan di atas kesedihan orang lain” yang sungguh nista.
4. Meminta kepada pihak-pihak terkait untuk memperbaiki manajemen sepak bola secara profesional dengan menempatkan sepak bola sebagai bagian dari komitmen membangun persatuan dan martabat bangsa.
5. Memberi kepercayaan dan dukungan kepada Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) untuk mengusut tuntas tragedi kemanusiaan ini dan mengambil langkah-langkah yang cepat dan tepat dalam rangka tegaknya kebenaran dan keadilan bagi semua pihak.
6. Tragedi ini harus menjadi pelajaran berharga bagi kita semua. Sepak bola atau olah raga apapun harus sportif. Sportivitas merupakan kesadaran yang selalu melekat, bahwa “lawan” bertanding adalah kawan yang diikat dalam pesaudaraan keolahragaan. Sportivitas juga merupakan sikap mental yang menunjukkan martabat ksatria seorang olahragawan.
(msd)