Bumikan Pancasila, Sekolah di Jabar Perkuat Kurikulum Antiradikalisme dan Antikorupsi
loading...
A
A
A
BANDUNG - Pemprov Jawa Barat terus memperkuat penerapan kurikulum antiradikalisme dan antikorupsi di sekolah tingkat SMA, SMK, dan SLB dalam upaya membumikan Pancasila .
Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik) Jabar, Dedi Supandi mengatakan, dalam momentum Indonesia Emas 2045 mendatang, peran siswa siswi yang duduk di bangku SMA, SMK, dan SLB saat ini akan sangat dibutuhkan.
Namun, di balik itu, ada sejumlah tantangan yang dihadapi siswa dan siswi untuk menjalankan praktik-praktik pembumian Pancasila, terlebih di era digitalisasi ini.
Selain intoleransi, radikalisme, dan terorisme, tingkat kesopanan warganet Indonesia yang saat ini menjadi yang terendah di Asia Pasifik pun harus menjadi perhatian."Banyak informasi hoaks (kabar bohong) yang sulit dibendung dan tingkat kesopanan yang cenderung mulai terkikis," ungkap Dedi di Bandung, Senin (3/10/2022).
Oleh karenanya, lanjut Dedi, pihaknya terus memperkuat penerapan kurikulum pencegahan dan penanggulangan radikalisme serta kurikulum antikorupsi.
Selain itu, pihaknya juga membentuk sekolah-sekolah toleran di mana seluruh siswa siswinya diberikan pemahaman terkait cara memilah hoaks.Tidak hanya itu, lanjut Dedi, pihaknya juga menggulirkan program Tujuh Harkat dalam proses belajar mengajar di sekolah yang dikemas melalui praktik-praktik perbuatan baik yang berbeda setiap harinya.
"Misalnya hari Senin kita lebih tekankan kepada karakter wawasan kebangsaan, Selasa bela negara, Rabu budaya lokal, Kamis cerita soal internasional, tentang agama, termasuk bagaimana menghargai orang tua dan lainnya," jelasnya.
Dedi menegaskan, agar kemanusiaan yang adil dan beradab serta keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia terwujud dan lebih baik, maka pembumian Pancasila pada pelajar harus terus ditekankan.
"Kita juga menerapkan paham ini sampai ke tingkat SD dan SMP. Bahkan, di tingkat SD, pola-pola membumikan Pancasila dibentuk lewat permainan-permainan yang sifatnya tradisional," katanya.
Sementara itu, dalam pertemuannya dengan jajaran Disdik Jabar, baru-baru ini, Kasubdit Opreasional Pembinaan Pelaksanaan Pemantapan Nilai-Nilai Kebangsaan (Taplai) Lemhanas Republik Indonesia (RI), Kol Kes M Ihsan mengatakan, lingkungan sekolah di Jabar diharapkan terus berinovasi memperkuat pemahaman nilai-nilai kebangsaan.
Lewat upaya tersebut, para pelajar di Jabar diharapkan dapat mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila tanpa rasa terpaksa, melainkan hadir atas keinginan sendiri.
"Sebenarnya hampir semua yang sudah diterapkan di Jabar itu saya berharap bisa diterapkan juga di provinsi-provinsi lain. Apa yang sudah dipaparkan dari Pak Kadisdik itu membuat kami semakin percaya kalau itu diterapkan di seluruh provinsi indonesia akan lebih baik lagi," ujar Ihsan.
Menurut Ihsan, dengan menumbuhkan nilai-nilai kebangsaan mulai dari bangku sekolah, maka tantangan maupun isu-isu global dapat diantisipasi sejak dini. Terlebih, dengan kemajuan teknologi saat ini, informasi sangat mudah diakses.
Bilamana nilai-nilai kebangsaan itu tidak ditanamkan sejak dini, Ihsan menilai, akan memperlemah jati diri anak bangsa terhadap nilai yang ada di negaranya sendiri. "Kita bisa lihat sendiri, mereka lebih menggemari budaya-budaya asing," imbuhnya.
Oleh karenanya, pihaknya mengapresiasi Kadisdik Jabar yang juga salah satu alumni Taplai Lemhannas RI Angkatan III Virtual 2022 yang telah mengimplementasikan wawasan kebangsaan di sektor pendidikan di Jabar.
"Semoga ke depan apa yang sudah beliau sampaikan di Jabar, khususnya kepada lingkungan sekolah di Jabar, bisa memperkuat lagi kaitan dengan cara penyampaiannya, bobot materinya, dan sebagainya. Sehingga apa yang sudah diterapkan bisa menjadi lebih baik lagi," kata Ihsan.
Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik) Jabar, Dedi Supandi mengatakan, dalam momentum Indonesia Emas 2045 mendatang, peran siswa siswi yang duduk di bangku SMA, SMK, dan SLB saat ini akan sangat dibutuhkan.
Baca Juga
Namun, di balik itu, ada sejumlah tantangan yang dihadapi siswa dan siswi untuk menjalankan praktik-praktik pembumian Pancasila, terlebih di era digitalisasi ini.
Selain intoleransi, radikalisme, dan terorisme, tingkat kesopanan warganet Indonesia yang saat ini menjadi yang terendah di Asia Pasifik pun harus menjadi perhatian."Banyak informasi hoaks (kabar bohong) yang sulit dibendung dan tingkat kesopanan yang cenderung mulai terkikis," ungkap Dedi di Bandung, Senin (3/10/2022).
Oleh karenanya, lanjut Dedi, pihaknya terus memperkuat penerapan kurikulum pencegahan dan penanggulangan radikalisme serta kurikulum antikorupsi.
Selain itu, pihaknya juga membentuk sekolah-sekolah toleran di mana seluruh siswa siswinya diberikan pemahaman terkait cara memilah hoaks.Tidak hanya itu, lanjut Dedi, pihaknya juga menggulirkan program Tujuh Harkat dalam proses belajar mengajar di sekolah yang dikemas melalui praktik-praktik perbuatan baik yang berbeda setiap harinya.
"Misalnya hari Senin kita lebih tekankan kepada karakter wawasan kebangsaan, Selasa bela negara, Rabu budaya lokal, Kamis cerita soal internasional, tentang agama, termasuk bagaimana menghargai orang tua dan lainnya," jelasnya.
Dedi menegaskan, agar kemanusiaan yang adil dan beradab serta keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia terwujud dan lebih baik, maka pembumian Pancasila pada pelajar harus terus ditekankan.
"Kita juga menerapkan paham ini sampai ke tingkat SD dan SMP. Bahkan, di tingkat SD, pola-pola membumikan Pancasila dibentuk lewat permainan-permainan yang sifatnya tradisional," katanya.
Sementara itu, dalam pertemuannya dengan jajaran Disdik Jabar, baru-baru ini, Kasubdit Opreasional Pembinaan Pelaksanaan Pemantapan Nilai-Nilai Kebangsaan (Taplai) Lemhanas Republik Indonesia (RI), Kol Kes M Ihsan mengatakan, lingkungan sekolah di Jabar diharapkan terus berinovasi memperkuat pemahaman nilai-nilai kebangsaan.
Lewat upaya tersebut, para pelajar di Jabar diharapkan dapat mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila tanpa rasa terpaksa, melainkan hadir atas keinginan sendiri.
"Sebenarnya hampir semua yang sudah diterapkan di Jabar itu saya berharap bisa diterapkan juga di provinsi-provinsi lain. Apa yang sudah dipaparkan dari Pak Kadisdik itu membuat kami semakin percaya kalau itu diterapkan di seluruh provinsi indonesia akan lebih baik lagi," ujar Ihsan.
Menurut Ihsan, dengan menumbuhkan nilai-nilai kebangsaan mulai dari bangku sekolah, maka tantangan maupun isu-isu global dapat diantisipasi sejak dini. Terlebih, dengan kemajuan teknologi saat ini, informasi sangat mudah diakses.
Bilamana nilai-nilai kebangsaan itu tidak ditanamkan sejak dini, Ihsan menilai, akan memperlemah jati diri anak bangsa terhadap nilai yang ada di negaranya sendiri. "Kita bisa lihat sendiri, mereka lebih menggemari budaya-budaya asing," imbuhnya.
Oleh karenanya, pihaknya mengapresiasi Kadisdik Jabar yang juga salah satu alumni Taplai Lemhannas RI Angkatan III Virtual 2022 yang telah mengimplementasikan wawasan kebangsaan di sektor pendidikan di Jabar.
"Semoga ke depan apa yang sudah beliau sampaikan di Jabar, khususnya kepada lingkungan sekolah di Jabar, bisa memperkuat lagi kaitan dengan cara penyampaiannya, bobot materinya, dan sebagainya. Sehingga apa yang sudah diterapkan bisa menjadi lebih baik lagi," kata Ihsan.
(don)