Sosok Prof Samekto Wibowo, Guru Besar UGM yang Terseret Ombak Ternyata Ahli Sel Punca
loading...
A
A
A
SLEMAN - Guru Besar Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof Samekto Wibowo (78) telah berpulang usai mengalami musibah terseret ombak di Pantai Pulangsawal, Gunungkidul, DIY, Sabtu (24/9/2022).
UGM kehilangan sosok yang selama ini mumpuni dalam bidang sel punca (stem cell), syaraf dan otot. Almarhum sempat mengembangkan obat suplemen untuk mendukung kesehatan syaraf dan otot.
Rektor UGM, Prof Ova Emilia menuturkan, Prof Samekto merupakan guru besarnya. Sehingga dirinya memiliki kedekatan sebagai seniornya. Prof Samekto merupakan sosok yang aktif berkarya di bidang biologi khususnya syaraf dan otot.
"Beliau adalah senior langka dan jarang ditemukan beliau dekat dengan siapapun," tutur Ova Emilia.
Ova mengaku dekat dengan Prof Samekto, karena almarhum juga merupakan salah satu gurunya semasa masih menjadi mahasiswa.
Almarhum selama berkarya di Departemen Ilmu Penyakit Syaraf FakultasKedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK) UGM dikenal sangat telaten. Dengan semua mahasiswa, almarhum rajin mengajari, beliau rajin untuk meneliti.
Menurutnya Prof Samekto segan-segan membimbing, memberi masukan, sangat rendah hati dan tidak segan berbagi ilmu dengan peneliti muda. Karena Prof Samekto terkenal sebagai orang baik yang mendidik dan mendorong orang muda staf muda untuk berkembang
"Kami sangat kehilangan karena peristiwa ini," ujar Ova Emilia.
Kepala Bagian Humas dan Protokol UGM Dina W Kariodimedjo menambahkan, almarhum juga menjabat sebagai Ketua Tim Sel Punca UGM.
Saat merebaknya pandemi Covid-19, kali terakhir Prof Samekto dan timnya di FKKMK bekerja sama dengan RSUP Dr Sardjito Yogyakarta mengembangkan terobosan baru dalam terapi pasien Covid-19.
"Beliau memberikan terapi dengan menerapkan penggunaan sel punca (stem cell), pada pasien Covid-19 derajat berat," ujar dia.
Bahkan lanjutnya, pemberian stem cell pada pasien Covid-19 derajat berat di RSUP Dr Sardjito Yogyakarta itu, telah mendapat izin dari BPOM serta telah masuk dalam standar terapi Covid-19 dari Kementerian Kesehatan.
Sebenarnya Prof Samekto sudah memasuki masa pensiun. Dan semasa hidup Prof Samekto terus mengembangkan obat suplemen syaraf dan otot. Walau sudah pensiun masih sangat aktif dan tune in dengan keilmuan
"Goals itu terus coba almarhum raih bersama para peneliti dan staff muda di residen," tambah Ova Emilia.
Rektor UGM juga membenarkan bahwa almarhum aktif pula mengembangkan terapi sel punca, yang bisa diterapkan pada otot, degenerasi syaraf.
Sel punca bisa digunakan sebagai terapi suportif untuk mengurangi kejadian atau berkembangnya suatu penyakit menjadi lebih berat lagi.
"Beliau adalah senior yang suportif dan terbuka, maka kami kehilangan sekali," pungkasnya.
UGM kehilangan sosok yang selama ini mumpuni dalam bidang sel punca (stem cell), syaraf dan otot. Almarhum sempat mengembangkan obat suplemen untuk mendukung kesehatan syaraf dan otot.
Rektor UGM, Prof Ova Emilia menuturkan, Prof Samekto merupakan guru besarnya. Sehingga dirinya memiliki kedekatan sebagai seniornya. Prof Samekto merupakan sosok yang aktif berkarya di bidang biologi khususnya syaraf dan otot.
"Beliau adalah senior langka dan jarang ditemukan beliau dekat dengan siapapun," tutur Ova Emilia.
Ova mengaku dekat dengan Prof Samekto, karena almarhum juga merupakan salah satu gurunya semasa masih menjadi mahasiswa.
Almarhum selama berkarya di Departemen Ilmu Penyakit Syaraf FakultasKedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK) UGM dikenal sangat telaten. Dengan semua mahasiswa, almarhum rajin mengajari, beliau rajin untuk meneliti.
Menurutnya Prof Samekto segan-segan membimbing, memberi masukan, sangat rendah hati dan tidak segan berbagi ilmu dengan peneliti muda. Karena Prof Samekto terkenal sebagai orang baik yang mendidik dan mendorong orang muda staf muda untuk berkembang
"Kami sangat kehilangan karena peristiwa ini," ujar Ova Emilia.
Kepala Bagian Humas dan Protokol UGM Dina W Kariodimedjo menambahkan, almarhum juga menjabat sebagai Ketua Tim Sel Punca UGM.
Saat merebaknya pandemi Covid-19, kali terakhir Prof Samekto dan timnya di FKKMK bekerja sama dengan RSUP Dr Sardjito Yogyakarta mengembangkan terobosan baru dalam terapi pasien Covid-19.
"Beliau memberikan terapi dengan menerapkan penggunaan sel punca (stem cell), pada pasien Covid-19 derajat berat," ujar dia.
Bahkan lanjutnya, pemberian stem cell pada pasien Covid-19 derajat berat di RSUP Dr Sardjito Yogyakarta itu, telah mendapat izin dari BPOM serta telah masuk dalam standar terapi Covid-19 dari Kementerian Kesehatan.
Sebenarnya Prof Samekto sudah memasuki masa pensiun. Dan semasa hidup Prof Samekto terus mengembangkan obat suplemen syaraf dan otot. Walau sudah pensiun masih sangat aktif dan tune in dengan keilmuan
"Goals itu terus coba almarhum raih bersama para peneliti dan staff muda di residen," tambah Ova Emilia.
Rektor UGM juga membenarkan bahwa almarhum aktif pula mengembangkan terapi sel punca, yang bisa diterapkan pada otot, degenerasi syaraf.
Sel punca bisa digunakan sebagai terapi suportif untuk mengurangi kejadian atau berkembangnya suatu penyakit menjadi lebih berat lagi.
"Beliau adalah senior yang suportif dan terbuka, maka kami kehilangan sekali," pungkasnya.
(shf)