TGB: Jangan Ada Kekerasan Fisik di Pondok Pesantren
loading...
A
A
A
LOMBOK TIMUR - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Wathan Diniyah Islamiyah TGB. KH Muhammad Zainul Majdi angkat bicara soal adanya kekerasan yang terjadi di Pondok Pesantren .
TGB pun mengimbau semua guru di lingkup pondok pesantren dan lembaga pendidikan tidak melakukan kekerasan fisik terhadap siswanya. Selain berpotensi melanggar hukum, tindak kekerasan itu berpotensi menuai fitnah.
“Apa yang terjadi di lembaga pendidikan Islam diharapkan tidak terjadi lagi. Khususnya di lembaga pendidikan NWDI,” tegasnya.
Hal itu dia tegaskan untuk menghindari fitnah yang merugikan lembaga pendidikan Islam secara keseluruhan.
Menurut Ketua Harian DPP Partai Perindo ini, tindak kekerasan dalam bentuk apapun tidak dibenarkan. Baginya, ada banyak cara lain yang dapat dilakukan dalam proses pendidikan dan pengajaran. Terutama di pondok pesantren maupun madrasah aliyah pada umumnya.
“Situasi sudah berubah, ada pola yang bisa dilakukan selain melakukan kekerasan fisik. Jangan sampai tindak kekerasan malah menimbulkan fithan dan merugikan kita," ujar TGB H.M Zainul Majdi saat ceramah di Hultah NWDI ke-87 di Pancor, Lombok Timur.
Dia menekankan kepada para guru dan pendidik, untuk lebih mengerti kondisi murid. Lebih mengutamakan komunikasi dari pada melakukan kekerasan.
Baginya, esensi mahabbah (kecintaan) guru kepada murid dapat diimplementasikan dengan cara meningkatkan semangat murid untuk belajar. "Beda dulu dengan sekarang, kalau ada guru yang menyakiti muridnya, polisi langsung bisa tangkap itu karena unsur pidana," ungkapnya.
TGB prihatin dengan peristiwa kekerasan yang terjadi di lembaga pendidikan berbasis Islam. Hal itu dinilai tidak sekadar berdampak negatif terhadap lembaga pendidikan itu saja, tapi terhadap lembaga pendidikan berbasis Islam lainnya.
Wakil Komisaris Utama MNCN itu mengajak semua pihak untuk menghindari tindak kekerasan terhadap siapapun di lembaga pendidikan. Sekaligus menghilangkan budaya kekerasan di lingkup lembaga pendidikan terutama yang berbasis Islam. "Jangan kita sudah bertahun-tahun membangun pondok pesantren, lantaran ada peristiwa kekerasan malah menimbulkan fitnah besar yang merugikan kita," tegasnya.
Budaya kekerasan, kata cucu pahlawan nasional Almagfurullah Maulana Syech TG.K.H Zainuddin Abdul Majid itu, merupakan budaya lama yang harus ditinggalkan. Guru atau pendidik sebaiknya memilih cara-cara elegan dan lebih bermanfaat dibandingkan melakukan kekerasan fisik.
Lihat Juga: Silaturahmi ke Ponpes Al Lathifiyyah Putri Tambak Beras, Khofifah Disambut Pelukan Nyai Machfudhoh
TGB pun mengimbau semua guru di lingkup pondok pesantren dan lembaga pendidikan tidak melakukan kekerasan fisik terhadap siswanya. Selain berpotensi melanggar hukum, tindak kekerasan itu berpotensi menuai fitnah.
“Apa yang terjadi di lembaga pendidikan Islam diharapkan tidak terjadi lagi. Khususnya di lembaga pendidikan NWDI,” tegasnya.
Hal itu dia tegaskan untuk menghindari fitnah yang merugikan lembaga pendidikan Islam secara keseluruhan.
Menurut Ketua Harian DPP Partai Perindo ini, tindak kekerasan dalam bentuk apapun tidak dibenarkan. Baginya, ada banyak cara lain yang dapat dilakukan dalam proses pendidikan dan pengajaran. Terutama di pondok pesantren maupun madrasah aliyah pada umumnya.
“Situasi sudah berubah, ada pola yang bisa dilakukan selain melakukan kekerasan fisik. Jangan sampai tindak kekerasan malah menimbulkan fithan dan merugikan kita," ujar TGB H.M Zainul Majdi saat ceramah di Hultah NWDI ke-87 di Pancor, Lombok Timur.
Dia menekankan kepada para guru dan pendidik, untuk lebih mengerti kondisi murid. Lebih mengutamakan komunikasi dari pada melakukan kekerasan.
Baginya, esensi mahabbah (kecintaan) guru kepada murid dapat diimplementasikan dengan cara meningkatkan semangat murid untuk belajar. "Beda dulu dengan sekarang, kalau ada guru yang menyakiti muridnya, polisi langsung bisa tangkap itu karena unsur pidana," ungkapnya.
TGB prihatin dengan peristiwa kekerasan yang terjadi di lembaga pendidikan berbasis Islam. Hal itu dinilai tidak sekadar berdampak negatif terhadap lembaga pendidikan itu saja, tapi terhadap lembaga pendidikan berbasis Islam lainnya.
Wakil Komisaris Utama MNCN itu mengajak semua pihak untuk menghindari tindak kekerasan terhadap siapapun di lembaga pendidikan. Sekaligus menghilangkan budaya kekerasan di lingkup lembaga pendidikan terutama yang berbasis Islam. "Jangan kita sudah bertahun-tahun membangun pondok pesantren, lantaran ada peristiwa kekerasan malah menimbulkan fitnah besar yang merugikan kita," tegasnya.
Budaya kekerasan, kata cucu pahlawan nasional Almagfurullah Maulana Syech TG.K.H Zainuddin Abdul Majid itu, merupakan budaya lama yang harus ditinggalkan. Guru atau pendidik sebaiknya memilih cara-cara elegan dan lebih bermanfaat dibandingkan melakukan kekerasan fisik.
Lihat Juga: Silaturahmi ke Ponpes Al Lathifiyyah Putri Tambak Beras, Khofifah Disambut Pelukan Nyai Machfudhoh
(nic)