Balitbangda Makassar Diseminasi Kajian BUMD, Transportasi, hingga Sejarah Kampung
loading...
A
A
A
Alhasil, kajian menyimpulkan bahwa sebuah BUMD, baik yang berbentuk Perusda atau Perseroda yang ada di bawah Pemerintah Kota Makassar , tidak memberi kontribusi terhadap PAD.
Kata dia, aspek yang penting juga mencakup hal tata kelola dan masih minimnya menerapkan prinsip-prinsip GCG (Good Corporate Governance), serta aspek yuridis dan regulasi yang belum detail mengatur keberadaan BUMD sehingga mendesak dilakukan restrukturisasi.
"Kunci keberhasilan restrukturisasi BUMD terletak pada bagaimana pemerintah kota secara tegas memilih metode yang paling sesuai dalam pencapaian hasil yang disepakati, seperti efisiensi pengendalian kebijakan, dan penguatan mata rantai aktivitas untuk mencapai peningkatan nilai perusahaan," katanya.
Menurutnya, setiap bisnis seperti BUMD hendaknya memiliki empat komponen model bisnis yaitu siapa yang dilayani (who it saves), apa yang ditawarkan (what it provides), bagaimana cara menghasilkan produk/jasa (How It Provides Its Product/service), dan bagaimana cara menghasilkan uang atau pendapatan untuk keberlangsungan perusahaan dan memberikan kontribusi kepada pemerintah daerah.
Kemudian terkait pengkajian Model Penerapan Moda Transportasi Massal untuk Masyarakat, Lambang Basri menjelaskan bahwa jumlah populasi Kota Makassar sebanyak 1,7 juta jiwa.
Jika populasi pengguna angkutan umum secara faktual lebih didominasi oleh para pekerja dan pelaku kegiatan rutin, maka usia di bawah 15 tahun dan usia di atas 60 tahun, memiliki jumlah relative kecil, sehingga pendekatan jumlah populasi pengguna jumlahnya berada pada angka 1 juta jiwa.
Berdasarkan jumlah sampel pada penelitian dan hasil olah data kuantitatif, lanjut dia, 39 responden masuk pada kategori kelompok captive atau kelompok yang bergantung kendaraan umum untuk melakukan mobilitasnya. Sedangkan 261 masuk pada kategori kelompok choice atau orang-orang yang mempunyai pilihan dalam pemenuhan kebutuhan mobilitasnya.
"Jika populasi masyarakat pengguna mencapai 1 juta jiwa, maka angka kelompok captive 130.000 pengguna dan 30% kelompok choice 261.000 pengguna," ucap dia.
Terkait potensi jumlah Pengguna Angkutan Umum Perkotaan Kelompok Choice yang jumlahnya cukup besar, lanjutnya, agar dilakukan upaya untuk mengubah imaginasinya sehingga memilih dan mau menggunakan angkutan umum pada setiap perjalanannya.
Kata dia, aspek yang penting juga mencakup hal tata kelola dan masih minimnya menerapkan prinsip-prinsip GCG (Good Corporate Governance), serta aspek yuridis dan regulasi yang belum detail mengatur keberadaan BUMD sehingga mendesak dilakukan restrukturisasi.
"Kunci keberhasilan restrukturisasi BUMD terletak pada bagaimana pemerintah kota secara tegas memilih metode yang paling sesuai dalam pencapaian hasil yang disepakati, seperti efisiensi pengendalian kebijakan, dan penguatan mata rantai aktivitas untuk mencapai peningkatan nilai perusahaan," katanya.
Menurutnya, setiap bisnis seperti BUMD hendaknya memiliki empat komponen model bisnis yaitu siapa yang dilayani (who it saves), apa yang ditawarkan (what it provides), bagaimana cara menghasilkan produk/jasa (How It Provides Its Product/service), dan bagaimana cara menghasilkan uang atau pendapatan untuk keberlangsungan perusahaan dan memberikan kontribusi kepada pemerintah daerah.
Kemudian terkait pengkajian Model Penerapan Moda Transportasi Massal untuk Masyarakat, Lambang Basri menjelaskan bahwa jumlah populasi Kota Makassar sebanyak 1,7 juta jiwa.
Jika populasi pengguna angkutan umum secara faktual lebih didominasi oleh para pekerja dan pelaku kegiatan rutin, maka usia di bawah 15 tahun dan usia di atas 60 tahun, memiliki jumlah relative kecil, sehingga pendekatan jumlah populasi pengguna jumlahnya berada pada angka 1 juta jiwa.
Berdasarkan jumlah sampel pada penelitian dan hasil olah data kuantitatif, lanjut dia, 39 responden masuk pada kategori kelompok captive atau kelompok yang bergantung kendaraan umum untuk melakukan mobilitasnya. Sedangkan 261 masuk pada kategori kelompok choice atau orang-orang yang mempunyai pilihan dalam pemenuhan kebutuhan mobilitasnya.
"Jika populasi masyarakat pengguna mencapai 1 juta jiwa, maka angka kelompok captive 130.000 pengguna dan 30% kelompok choice 261.000 pengguna," ucap dia.
Terkait potensi jumlah Pengguna Angkutan Umum Perkotaan Kelompok Choice yang jumlahnya cukup besar, lanjutnya, agar dilakukan upaya untuk mengubah imaginasinya sehingga memilih dan mau menggunakan angkutan umum pada setiap perjalanannya.