Cerita Chairil Anwar yang Minta Dilukis Sudjojono, tapi Ditangkap Polisi Jepang

Kamis, 14 Juli 2022 - 15:19 WIB
loading...
Cerita Chairil Anwar yang Minta Dilukis Sudjojono, tapi Ditangkap Polisi Jepang
Chairil Anwar pernah ingin dilukis oleh S Sudjojono tapi malah ditangkap polisi Jepang. Foto/Repro/Dolf Verspoor
A A A
MEDAN - Chairil Anwar merupakan penyair terkemuka Indonesia asal Medan, Sumatera Utara, yang lahir pada 26 Juli 1922. Sikap hidup Chairil Anwar yang senantiasa bebas merdeka terkadang membahayakan jiwanya. Salah satunya soal insiden lukisan yang terjadi di masa penjajahan Jepang (1942-1945).

Entah mendapat dorongan dari mana. Suatu hari Chairil Anwar tiba-tiba ingin sosoknya muncul di atas permukaan kanvas lukisan. Ia pun mendatangi Sindoedarsono Soedjojono atau S Sudjojono yang belum lama menghuni sebuah rumah di Jalan Segara, Jakarta.



“Ia minta dilukis mas Djon (S Sudjojono). Mas Djon bersedia dengan syarat, Chairil harus memberi cat zinkwit (cat putih), karena persediaan mas Djon sudah hampir habis,” kata Mia Bustam, istri S Sudjojono dalam buku Sudjojono dan Aku.

Sudjojono merupakan seorang perupa besar Indonesia yang kemudian dijuluki sebagai Bapak Seni Rupa Modern Indonesia. Dia juga merintis pendirian organisasi Persatuan Ahli Gambar Indonesia (Persagi) dan Seniman Muda Indonesia (SIM).

Sebagai sesama seniman, Chairil Anwar bergaul dengan para perupa, terutama Affandi, dan lumayan akrab dengan Sudjojono dan keluarganya. Chairil tidak segera mengiyakan persyaratan Sudjonono yang meminta membawa cat zinkwit sendiri.

Pandangannya justru menjelajahi ruangan dan berhenti pada koleksi buku-buku Sudjojono dan Mia Bustam. Mata Chairil tertuju pada buku berjudul De Nieuwe Spijzen karya Andre Gide, sastrawan Perancis.



Buku Andre Gide itu milik Mia Bustam yang belum lama dibeli di pasar loak dengan harga murah. Di kalangan para seniman sudah tahu, bahwa Chairil Anwar yang masih kerabat Sutan Sjahrir itu, begitu memuja Andre Gide. Buku itu lantas dicomotnya.

“Wah ini bagus Djon!,” kata Chairil Anwar.

“Itu jeng Mia dapat dari loakan”.

“Wah, wah! Perempuan yang tahu menyelamatkan Andre Gide dari loakan, seorang istri ideal Djon!,” seru Chairil Anwar bersemangat.

Di mata teman-temanya sesama seniman, Chairil Anwar dikenal sebagai penyair yang selalu gelisah dan liar. Ia tidak pernah menetap di satu tempat dengan lama. Hidupnya bohemian, mondar-mandir dan selalu berpindah-pindah.

Usai membolak-balik buku Andre Gide, Chairil lantas meninggalkan tempat Sudjojono tanpa berkata apa-apa. Beberapa waktu kemudian Chairil Anwar datang lagi dengan satu tube besar cat zinkwit. Ia enggan bercerita dari mana zinkwit didapatnya, yang ketika itu cat minyak sulit dicari.

Chairil langsung menyiapkan diri sebagai model lukisan. Ia siap dilukis dengan gaya potret diri. Di kanvas yang tersedia, Sudjojono mulai bekerja. Ia menggoreskan kuasnya, membuat lukisan sosok Chairil Anwar. Setelah beberapa kali berpose, Chairil pergi begitu saja dan tak pernah muncul lagi.

“Belakangan kami mendengar ia ditangkap Kenpeitai (Polisi rahasia Jepang), karena zinkwit itu dicurinya dari Yamamoto, seorang pelukis Jepang peranakan Prancis,” tulis Mia Bustam.

Kabar penangkapan Chairil Anwar oleh polisi Jepang benar adanya. Suatu hari sepulang menimbangkan Tedjabayu Sudjojono, putranya, Mia Bustam melihat dengan mata kepala sendiri. Ia menyaksikan Chairil Anwar sedang digiring dua orang Kenpeitai yang sebentar-sebentar menyodokkan popor karaben ke tubuh ringkih Chairil dengan memaki-maki .



Kondisi Chairil Anwar mengenaskan. Wajahnya sembab dengan kedua pelupuk mata membiru dan bengkak. Chairil berjalan sempoyongan. Mia Bustam mengaku tidak berani melihat terang-terangan karena khawatir akan menarik perhatian dua orang polisi Jepang itu. “Tapi saat itu kebencianku terhadap serdadu Jepang menjadi semakin memuncak,” kata Mia Bustam.

Chairil Anwar tutup usia pada 28 April 1949, di usia 27 tahun. Penyair legendaris Indonesia itu dimakamkan di Pemakaman Umum Karet, Jakarta. Sepanjang tahun 1942-1949, Chairil Anwar telah menghasilkan 94 karya tulis, dengan 70 karya di antaranya sajak asli. HB Jassin, paus satra Indonesia menobatkan Chairil Anwar sebagai pelopor Angkatan ’45 sekaligus puisi modern Indonesia.
(shf)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2424 seconds (0.1#10.140)