Keluarga Ambil Paksa Jenazah Picu Tingginya Kasus Covid-19 di Jatim

Kamis, 25 Juni 2020 - 08:31 WIB
loading...
Keluarga Ambil Paksa...
Petugas sedang memakamkan jenazah positif covid-19dengan protokol kesehatan. Foto/Koran SINDO/Ali Masduki
A A A
SURABAYA - Tingginya kasus persebaran wabah virus corona (Covid-19) menjadi perhatian serius Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19. Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Doni Monardo, bersama Menteri Kesehatan (Menkes) Terawan Agus Putranto, dan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud Md pun langsung turun ke Jawa Timur.

Mereka menggelar rapat khusus bersama Gubernur Jawa Timur (Jatim) Khofifah Indar Parawansa di Gedung Negara Grahadi kemarin. Dalam kesempatan ini Doni Monardo menyampaikan tiga hal yang harus dilakukan Pemprov Jatim dalam menekan angka penyebaran virus corona.

Ini mengingat jumlah kasus di Jatim terus bergerak naik dan diperkirakan bisa melampaui DKI Jakarta. Pada Selasa (23/6/2020), jumlah kasus positif Covid-19 di Jatim mencapai 10.092 kasus, sedangkan DKI Jakarta 10.123 kasus. “Yang pertama perlu dilakukan kajian, penyebabnya apa (kenaikan kasus positif Covid-19),” kata Doni. (Baca: Khofifah Akui Kasus Covid-19 Meningkat, Doni Ingatkan Pengendalian)

Dia mengatakan, Gubernur Khofifah menyebutkan bahwa salah satu penyebab tingginya kasus Covid-19 di Jatim berasal dari kluster jenazah. Belakangan banyak kasus pengambilalihan jenazah oleh pihak keluarga. Setiap ada pasien yang sudah berisiko tinggi, kata Doni, gugus tugas setempat harus melakukan pendekatan dengan pihak keluarga. “Sehingga mereka tidak gegabah mengambil alih jenazah. Dampaknya akan timbul kasus baru. Kalau di antara keluarga itu ada yang komorbid (memiliki penyakit penyerta), tentu akan sangat berbahaya. Itu dampaknya bisa menimbulkan kematian,” imbuhnya.

Maka, lanjut Doni, harus ada pelibatan tokoh masyarakat maupun tokoh agama dan berbagai kalangan di Jatim agar kasus pengambil alihan jenazah tidak terulang lagi. “Sangat disayangkan, di mana pemerintah harus melindungi warga negaranya, akhirnya terdampak Covid-19 akibat karena ketidaktahuan,” keluhnya.

Kedua, langkah Pemprov Jatim menggelar tes massal Covid-19 bersama kabupaten dan kota patut diapresiasi. Sebab, tes tersebut mampu mengumpulkan 2.000 spesimen per hari. Karena itu wajar bila dalam sehari ada rata-rata 100 hingga 300 kasus positif Covid-19 baru di Jatim. “Perlu diperhatikan langkah isolasi mandiri tingkat RT atau RW. Saya melihat langkah ini sudah dilakukan. Hanya mungkin perlu lebih agresif,” ujar Doni.

Kepada mereka yang sudah positif Covid-19 dan mereka yang kontak erat dengan yang positif, Doni meminta untuk berdisiplin dan tidak melakukan kegiatan di luar rumah. Untuk itu, dia meminta TNI dan Polri turun ke lapangan, mendisiplinkan masyarakat. “Sehingga seluruh warga memiliki kepatuhan. Namun, kami harap kepatuhan itu bukan hanya karena kehadiran TNI-Polri, tapi karena kesadaran personal,” katanya. (Baca juga: Cerita Warga Surabaya yang Isolasi Mandiri Setelah Terpapar Virus Corona)

Ketiga, penting untuk melakukan kampanye sosial dalam upaya pencegahan. Upaya pencegahan bisa menjadi bagian dari ibadah. Menurut Doni, pendekatan ini bagus. Jika bisa melindungi diri sendiri dan melindungi orang lain dari Covid-19, kita akan menjadi pahlawan kemanusiaan. “Imbauan ini harus digalakkan untuk mengurangi sikap berani hadapi penyakit. Sikap berani hadapi penyakit ini kurang bagus. Dapat mengakibatkan kerugian diri sendiri dan lingkungan,” katanya.

Sementara itu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyatakan bahwa ancaman Covid-19 masih belum berakhir. Hal ini merujuk pada data peningkatan kasus di beberapa daerah. “Kita harus menyadari bahwa ancaman Covid-19 ini belum berakhir. Bahkan beberapa hari terakhir ini penambahan kasus positif Covid-19 masih meningkat di beberapa daerah. Satu, dua, tiga provinsi masih tinggi angka positifnya,” katanya saat melakukan konferensi pers di Istana Merdeka, Jakarta, kemarin. (Lihat videonya: Heboh! Pemuda di Lombok Nikahi Dua Gadis Sekaligus)

Presiden mengatakan bahwa masyarakat memiliki peranan besar dalam menekan jumlah kasus positif dan mencegah penyebaran di masing-masing wilayahnya. Untuk itu, Jokowi pun kembali mengingatkan agar masyarakat disiplin menjalankan protokol kesehatan. “Meski sudah berkali-kali saya sampaikan, saya (tetap dan terus) mengajak masyarakat untuk disiplin mengikuti dan mematuhi anjuran-anjuran yang sering kami sampaikan. Gunakan masker, sering cuci tangan, jaga jarak aman, dan hindari kerumunan,” imbaunya. (Lukman Hakim/Dita Angga)
(ysw)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2162 seconds (0.1#10.140)