Khofifah Sebut Tracing COVID-19 di Surabaya Terendah di Jatim
loading...
A
A
A
SURABAYA - Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa menyebut, rasio tracing atau pelacakan pasien COVID-19 di Kota Surabaya terendah se-Jatim. Pada setiap satu kasus positif di Kota Pahlawan, hanya ditemukan 2,8 Orang Dalam Pemantauan (ODP) atau Orang Tanpa Gejala (OTG) dari hasil tracingnya.
(Baca juga: Memilukan, Perawat Hamil 8 Bulan Meninggal Akibat COVID-19 )
Sementara di Sidoarjo, merupakan angka terendah kedua dengan angka 3,5 ODP atau OTG setiap satu kasus positif. Sementara kedua daerah tersebut, menyumbang angka kematian tertinggi di Jatim. Per 30 Mei 2020 lalu, jumlah angka kematian di Kota Surabaya mencapai 234 orang, dan Sidoarjo 57 orang.
"Peta ini saya rasa menjadi penting bagaimana intervensi ini harus kita maksimalkan dengan berbagai macam ikhtiar. Yang kalau kita bersinergi akan membuka jalan untuk menurunkan angka kematian dan kasus baru, utamanya di Surabaya raya," kata Khofifah saat memberi paparan di depan Kepala Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Doni Monardo, Menkopolhukam Mahfud MD, hingga Menkes Terawan Agus Putranto di Gedung Negara Grahadi, Rabu (24/6/2020).
(Baca juga: Truk Seruduk Pikap di Jalur Malang-Surabaya, 2 Pengemudi Tewas )
Khofifah menjelaskan, dari 10.092 kasus positif di Jatim 4.878 kasus di antaranya berasal dari Surabaya atau 48,3 persen. Sementara untuk Surabaya Raya total kasusnya mencapai 6.653 orang atau 65,9 persen. "Pada posisi ini Attack Rate (AR) di Surabaya sudah 189 per 100.00 jumlah penduduk. Sementara Jatim AR mencapai 25," tutur Khofifah.
Orang nomor satu di Jatim itu juga menyinggung terkait tingkat kepatuhan masyarakat di Surabaya Raya yang cukup rendah. Bahkan, banyak masyarakat yang tidak menerapkan protokol pencegahan COVID-19 di tempat umum. Kondisi itu diketahui dari survei yang dilakukan Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga (Unair).
(Baca juga: Buron Kasus Curanmor Tembak Perwira Shabara Polres Situbondo )
Dia mencontohkan di tempat ibadah, hanya 30 persen masyarakat yang menggunakan masker. Sisanya, sebanyak 70 persen abai akan protokol kesehatan. Di pasar tradisional jumlah masyarakat yang tidak menggunakan masker mencapai 84 persen. Hal ini juga terjadi di tempat nongkrong, di mana ada 88 persen tak menggunakan masker.
"PSBB (pembatasan sosial berskala besar) di Surabaya Raya sudah sempat sukses kalau dari sisi RT (rate of transmission) di bawah 1. Jadi pada tanggal 20 sampai tanggal 26 Mei sesungguhnya sudah tepat di bawah 1. Namun, ini hanya berselang beberapa hari karena RT di Surabaya Raya kembali naik seiring dengan pertumbuhan kasusnya," ujarnya.
(Baca juga: 8 Pemandu Lagu Seksi Dicokok Satpol PP Lamongan Saat Temani Tamu )
Sementara itu, Menkopolhukam Mahfud MD memastikan bahwa, pemerintah bersungguh-sungguh menjadi fokus penanganan. Bahkan bisa dianggap sebagai perang terhadap COVID-19. Sehingga, persoalan lain dianggap sebagai hal sekunder.
"Contoh, ketika ribut soal rancangan UU Haluan Ideologi Pancasila, pemerintah cepat-cepat mengumumkan kita tidak akan membahas itu dulu karena pemerintah fokus pada COVID-19," katanya.
(Baca juga: Memilukan, Perawat Hamil 8 Bulan Meninggal Akibat COVID-19 )
Sementara di Sidoarjo, merupakan angka terendah kedua dengan angka 3,5 ODP atau OTG setiap satu kasus positif. Sementara kedua daerah tersebut, menyumbang angka kematian tertinggi di Jatim. Per 30 Mei 2020 lalu, jumlah angka kematian di Kota Surabaya mencapai 234 orang, dan Sidoarjo 57 orang.
"Peta ini saya rasa menjadi penting bagaimana intervensi ini harus kita maksimalkan dengan berbagai macam ikhtiar. Yang kalau kita bersinergi akan membuka jalan untuk menurunkan angka kematian dan kasus baru, utamanya di Surabaya raya," kata Khofifah saat memberi paparan di depan Kepala Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Doni Monardo, Menkopolhukam Mahfud MD, hingga Menkes Terawan Agus Putranto di Gedung Negara Grahadi, Rabu (24/6/2020).
(Baca juga: Truk Seruduk Pikap di Jalur Malang-Surabaya, 2 Pengemudi Tewas )
Khofifah menjelaskan, dari 10.092 kasus positif di Jatim 4.878 kasus di antaranya berasal dari Surabaya atau 48,3 persen. Sementara untuk Surabaya Raya total kasusnya mencapai 6.653 orang atau 65,9 persen. "Pada posisi ini Attack Rate (AR) di Surabaya sudah 189 per 100.00 jumlah penduduk. Sementara Jatim AR mencapai 25," tutur Khofifah.
Orang nomor satu di Jatim itu juga menyinggung terkait tingkat kepatuhan masyarakat di Surabaya Raya yang cukup rendah. Bahkan, banyak masyarakat yang tidak menerapkan protokol pencegahan COVID-19 di tempat umum. Kondisi itu diketahui dari survei yang dilakukan Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga (Unair).
(Baca juga: Buron Kasus Curanmor Tembak Perwira Shabara Polres Situbondo )
Dia mencontohkan di tempat ibadah, hanya 30 persen masyarakat yang menggunakan masker. Sisanya, sebanyak 70 persen abai akan protokol kesehatan. Di pasar tradisional jumlah masyarakat yang tidak menggunakan masker mencapai 84 persen. Hal ini juga terjadi di tempat nongkrong, di mana ada 88 persen tak menggunakan masker.
"PSBB (pembatasan sosial berskala besar) di Surabaya Raya sudah sempat sukses kalau dari sisi RT (rate of transmission) di bawah 1. Jadi pada tanggal 20 sampai tanggal 26 Mei sesungguhnya sudah tepat di bawah 1. Namun, ini hanya berselang beberapa hari karena RT di Surabaya Raya kembali naik seiring dengan pertumbuhan kasusnya," ujarnya.
(Baca juga: 8 Pemandu Lagu Seksi Dicokok Satpol PP Lamongan Saat Temani Tamu )
Sementara itu, Menkopolhukam Mahfud MD memastikan bahwa, pemerintah bersungguh-sungguh menjadi fokus penanganan. Bahkan bisa dianggap sebagai perang terhadap COVID-19. Sehingga, persoalan lain dianggap sebagai hal sekunder.
"Contoh, ketika ribut soal rancangan UU Haluan Ideologi Pancasila, pemerintah cepat-cepat mengumumkan kita tidak akan membahas itu dulu karena pemerintah fokus pada COVID-19," katanya.
(eyt)