53,5 Ton Rumput Laut Spinosium Diekspor ke Vietnam
loading...
A
A
A
JAKARTA - Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo melepas ekspor 53,5 ton rumput laut jenis spinosum di tengah pandemi COVID-19 ke Vietnam senilai hampir Rp700 juta.
Pelepasan ekspor berlangsung di Desa Laban, Kecamatan Tirtayasa, Kabupaten Serang, Banten. Begitu dilepas, dua truk kontainer pembawa rumput laut langsung bergerak menuju Pelabuhan Merak.
“Alhamdulillah, di tengah pandemi Covid-19 kita tetap semangat berproduksi, bahkan hari ini melepas ekspor 53,5 ton rumput laut spinosum ke Vietnam,” ujar Menteri Edhy di Jakarta.
Sambung Menteri Edhy menjelaskan, permintaan ekspor rumput laut spinosum ke Vietnam sangat tinggi yakni 3.000 ton per bulan. Namun yang baru terpenuhi baru 300 ton per bulan, dan yang diekspor hari ini merupakan termin pertama pengiriman.
Melihat peluang pasar yang begitu besar, Menteri Edhy mengajak pemda bersama pelaku usaha menguatkan sinergi untuk meningkatkan jumlah produksi.
“Dengan sinergi, kita bisa mempercepat, memperbanyak produksi sehingga kebutuhan ekspor 3.000 ton per bulan bisa dipenuhi,” urainya.
Rumput laut spinosum yang diekspor hari ini adalah produksi petambak di Kabupaten Serang dan Kepulauan Seribu. Spinosum sendiri merupakan jenis rumput laut yang jarang di Indonesia.
Wakil Bupati Serang Pandji Tirtayasa mengaku akan berupaya meningkatkan produksi rumput laut spinosum dengan memberi kemudahan kepada masyarakat agar mau terjun ke sektor tersebut.
Saat ini masyarakat pesisir memang lebih banyak memproduksi rumput laut jenis cotoni. "Kita akan dorong masyarakat menanam spinosum, kalau perlu kami bantu permodalannya,” ujar Pandji.
Kabupaten Serang sendiri punya potensi lahan 10 ribu hektare untuk pengembangan budidaya rumput laut. Sejauh ini baru 4.000 hektare di antaranya yang berproduksi.
Penanggung jawab CV Delton (eksportir rumput laut spinosum) Jaja, mengaku Vietnam sangat terbuka dengan rumput laut Indonesia karena kualitasnya lebih baik dibanding dengan produk negara lain.
Selain sebagai eksportir, pihaknya turut mendampingi langsung para pembudidaya di Serang maupun Kepualauan Seribu.
“Di Serang saja ada 400 KK yang kami dampingi. Di Pulau Seribu lebih banyak lagi, ribuan,” aku Jaja.
Sementara itu, berdasarkan catatan SKIPM Merak, terdapat lima kali ekspor produk perikanan sejak 16 Maret termasuk rumput laut spinosum.
Komoditas lainnya meliputi frozen shrimp dan bubuk karagenan (carrageenan powder) dengan total volume 4,8 juta ton senilai lebih dari Rp452 miliar.
Pelepasan ekspor berlangsung di Desa Laban, Kecamatan Tirtayasa, Kabupaten Serang, Banten. Begitu dilepas, dua truk kontainer pembawa rumput laut langsung bergerak menuju Pelabuhan Merak.
“Alhamdulillah, di tengah pandemi Covid-19 kita tetap semangat berproduksi, bahkan hari ini melepas ekspor 53,5 ton rumput laut spinosum ke Vietnam,” ujar Menteri Edhy di Jakarta.
Sambung Menteri Edhy menjelaskan, permintaan ekspor rumput laut spinosum ke Vietnam sangat tinggi yakni 3.000 ton per bulan. Namun yang baru terpenuhi baru 300 ton per bulan, dan yang diekspor hari ini merupakan termin pertama pengiriman.
Melihat peluang pasar yang begitu besar, Menteri Edhy mengajak pemda bersama pelaku usaha menguatkan sinergi untuk meningkatkan jumlah produksi.
“Dengan sinergi, kita bisa mempercepat, memperbanyak produksi sehingga kebutuhan ekspor 3.000 ton per bulan bisa dipenuhi,” urainya.
Rumput laut spinosum yang diekspor hari ini adalah produksi petambak di Kabupaten Serang dan Kepulauan Seribu. Spinosum sendiri merupakan jenis rumput laut yang jarang di Indonesia.
Wakil Bupati Serang Pandji Tirtayasa mengaku akan berupaya meningkatkan produksi rumput laut spinosum dengan memberi kemudahan kepada masyarakat agar mau terjun ke sektor tersebut.
Saat ini masyarakat pesisir memang lebih banyak memproduksi rumput laut jenis cotoni. "Kita akan dorong masyarakat menanam spinosum, kalau perlu kami bantu permodalannya,” ujar Pandji.
Kabupaten Serang sendiri punya potensi lahan 10 ribu hektare untuk pengembangan budidaya rumput laut. Sejauh ini baru 4.000 hektare di antaranya yang berproduksi.
Penanggung jawab CV Delton (eksportir rumput laut spinosum) Jaja, mengaku Vietnam sangat terbuka dengan rumput laut Indonesia karena kualitasnya lebih baik dibanding dengan produk negara lain.
Selain sebagai eksportir, pihaknya turut mendampingi langsung para pembudidaya di Serang maupun Kepualauan Seribu.
“Di Serang saja ada 400 KK yang kami dampingi. Di Pulau Seribu lebih banyak lagi, ribuan,” aku Jaja.
Sementara itu, berdasarkan catatan SKIPM Merak, terdapat lima kali ekspor produk perikanan sejak 16 Maret termasuk rumput laut spinosum.
Komoditas lainnya meliputi frozen shrimp dan bubuk karagenan (carrageenan powder) dengan total volume 4,8 juta ton senilai lebih dari Rp452 miliar.
(boy)