Cerita Warga Surabaya yang Isolasi Mandiri Akibat Terpapar Virus Corona

Rabu, 24 Juni 2020 - 16:28 WIB
loading...
Cerita Warga Surabaya yang Isolasi Mandiri Akibat Terpapar Virus Corona
Warga berinial Y, memberikan himbauan ketika melakukan isolasi mandiri dirumahnya, di Surabaya, Jawa Timur. Foto/SINDONews/Ali Masduki
A A A
SURABAYA - Menjalani isolasi akibat terpapar virus corona memang tidak mudah. Selain rasa jenuh, adanya stigma negatif dari lingkungan yang kurang memahami wabah itu juga menjadi beban tersendiri. Seperti yang dialami oleh pasien berinisial Y. Perempuan 37 tahun ini memilih melakukan isolasi mandiri dirumahnya, dikawasan Putat Jaya Surabaya.

Sudah dua pekan ini Y bersama ibu dan tiga anaknya hanya berdiam diri didalam rumah. Selama itu pula Y berpisah dari suaminya yang terpaksa tinggal terpisah setelah suaminya terbebas dari virus corona. (Baca: Menkes Terawan Tegaskan Kebijakan PSBB Diserahkan ke Daerah )

Y bercerita, saat awal dia dan keluarganya terpapar corona dan memilih isolasi mandiri sempat terjadi desas-desus yang tidak sedap dilingkungannya. Namun seiring bergulirnya waktu, warga sekitar akhirnya bisa menyadari dan menerima. Bahkan warga semakin kompak memberikan dukungan moral.

"Awalnya kondisi dilingkungan ada yang suka nyindir dan ngrumpi. Biar dia ngomongin apa itu terserah mereka, karena mereka belum merasakan. Kalau saya sudah merasakan," tuturnya.

Pasien Orang Tanpa Gejala (OTG) ini memang sengaja memilih isolasi mandiri supaya tetap bisa melakukan aktifitas meskipun dari rumah. Menurut mereka, jika isolasi di rumah sakit tentunya fasilitas untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari kemungkinan sangat terbatas. Apalagi ketiga anaknya juga masih sekolah.

Saat ini, Y dan keluarganya masih menunggu hasil tes yang ketiga setelah sebelumnya
dua kali tes swab masih menunjukkan hasil positif corona. Untuk mengisi waktu supaya tidak jenuh, Y sendiri memanfaatkan hari-harinya dengan menyelesaikan skripsi.

Sedangkan ibunya mengisi waktu dengan membaca buku dan membimbing cucu-cucunya belajar. "Saya manfaatkan mengerjakan skripsi supaya gak jenuh, karena kami hanya keluar rumah seminggu sekali saat kontrol ke rumah sakit," ucapnya.

Saat ditanya dari mana keluarga ini tertular virus corona, Y menduga kemungkinan besar terinfeksi dari sang suami. Selama ini, suami Y bertugas menjaga perbatasan kota Surabaya saat diterapkannya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). “Kemungkinan besar kami sekeluarga tertular dari suami saya yang menjaga pos PSBB,"kata dia.

Perempuan 37 tahun ini sendiri merupakan perawat yang selama ini bekerja disalah satu rumah sakit di kota Surabaya. Namun selama bekerja ia selalu mengenakan alat pelindung diri (APD) lengkap dan tidak pernah ditugaskan untuk menangani pasien Covid.

Sebagai pasien Covid-19, Y berpesan supaya masyarakat selalu waspada dan meningkatkan kesadaran diri jelang diterapkannya tatanan kehidupan baru atau new normal. Ia juga meminta pada masyarakat supaya tidak menggap corona sebagai aib. Sedangkan untuk sesama pasien ia berpesan supaya meningkatkan imunitas dan tidak boleh stres. "Covid itu tidak membahayakan kalau kita punya kesadaran diri. Covid bukan aib," tegasnya.

Hal yang sama juga dialami tetangga Y. Ada satu keluarga dalam satu gang di Putat Jaya ini yang dinyatakan positif covid-19 dan menjalani isolasi mandiri. Total terdapat 3 anggota keluarga yang dinyatakan positif, yakni sepasang suami istri dan satu anaknya. Ketiganya terpapar covid-19 setelah pulang dari kumpul keluarga besar saat lebaran.

Sementara itu, ketua RT 03 Putat Jaya, Sarbani menegaskan, bahwa pihaknya selalu mengedukasi warga tentang bahaya wabah corona dan tidak mengucilkan warga yang terpapar corona. Alhasil, saat ini warganya sudah bisa memahami, bahkan memberikan dukungan moril agar proses pemulihan dan penyembuhan bisa lebih cepat.

"Mereka harus senantiasa kita support, seperti kalau pagi kita ingatkan untuk berolahraga. Dan Alhamdulillah warga sini tidak ada yang mengucilkan warga yang diisolasi," tegasnya. (Baca: Rumah di Blitar Terbakar, Pemilik Malah Teriak-teriak Gembira )

Untuk mengantisipasi meluasnya penularan, satu gang kampung inipun memperketat akses masuk. Setiap warga dilarang keluar jika tidak terlalu ada kepentingan mendesak, dan akan disemprotkan disinfektan Ketika Kembali pulang. Selain itu beberapa protokol Kesehatan untuk wargajuga diterapkan, seperti wajib mengenakan masker, menjaga jarak antar warga, dan rajin mencuci tangan.
(don)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1093 seconds (0.1#10.140)