Pesona Ketangguhan Wanita Bali Sunggi Sesajen Setinggi 2,5 Meter dan Berat 50 Kg
loading...
A
A
A
DENPASAR - Pesona perempuan Bali tak cuma terlihat saat menari. Ketangguhan mereka menyunggi sesajen setinggi 2,5 meter saat upacara adat menjadi pesona tersendiri.
Pemandangan itu terlihat di Desa Adat Bedulu, Gianyar, belum lama ini. Sejumlah wanita terlihat menyunggi sesajen setinggi 2,5 meter. Selain menjulang, sajen itu memiliki berat 50 kilogram.
"(Sesajen) itu namanya banten pajegan untuk dihaturkan dalam upacara Pujawali Ida Bhatara Turun Kabeh," ujar Gusti Ayu Nyoman Mudiani, Selasa (19/4/2022).
Baca juga: Sempat Pakai Dukun, Kasatpol PP Kota Makassar Sudah Rencanakan Pembunuhan Sejak 2020
Dia menuturkan, upacara adat itu digelar di Pura Samuantiga, Desa Adat Bedulu, Minggu (17/4/2022). Upacara ini digelar setiap setahun sekali.
Untuk membawa sesajen itu ke pura, Mudiani berjalan kaki sepanjang 1 kilometer dengan waktu tempuh sekitar 30 menit.
Agar sajen yang disunggi tetap seimbang, dia harus memperhatikan arah angin. Dia juga harus berjalan agak ke tengah agar banten pajegan tidak tersangkut dahan pohon di pinggir jalan.
Paling penting adalah berdoa sejak berangkat dari rumah menuju pura. "Dengan nyuwun (berdoa), rasanya ada kekuatan yang ikut menjaga agar banten tidak jatuh saat di jalan," ungkap Mudiani.
Meski di usia 48 tahun, Mudiani tetap tangguh dan tidak terasa sudah 26 tahun menyunggi sesajen setiap upacara Pujawali. "Saya selalu berdoa agar diberi kekuatan untuk melakukan ini," ujarnya.
Pemandangan itu terlihat di Desa Adat Bedulu, Gianyar, belum lama ini. Sejumlah wanita terlihat menyunggi sesajen setinggi 2,5 meter. Selain menjulang, sajen itu memiliki berat 50 kilogram.
"(Sesajen) itu namanya banten pajegan untuk dihaturkan dalam upacara Pujawali Ida Bhatara Turun Kabeh," ujar Gusti Ayu Nyoman Mudiani, Selasa (19/4/2022).
Baca juga: Sempat Pakai Dukun, Kasatpol PP Kota Makassar Sudah Rencanakan Pembunuhan Sejak 2020
Dia menuturkan, upacara adat itu digelar di Pura Samuantiga, Desa Adat Bedulu, Minggu (17/4/2022). Upacara ini digelar setiap setahun sekali.
Untuk membawa sesajen itu ke pura, Mudiani berjalan kaki sepanjang 1 kilometer dengan waktu tempuh sekitar 30 menit.
Agar sajen yang disunggi tetap seimbang, dia harus memperhatikan arah angin. Dia juga harus berjalan agak ke tengah agar banten pajegan tidak tersangkut dahan pohon di pinggir jalan.
Paling penting adalah berdoa sejak berangkat dari rumah menuju pura. "Dengan nyuwun (berdoa), rasanya ada kekuatan yang ikut menjaga agar banten tidak jatuh saat di jalan," ungkap Mudiani.
Meski di usia 48 tahun, Mudiani tetap tangguh dan tidak terasa sudah 26 tahun menyunggi sesajen setiap upacara Pujawali. "Saya selalu berdoa agar diberi kekuatan untuk melakukan ini," ujarnya.
(msd)