Serum Institute Bahas Moderasi Beragama Bersama PCNU dan Muhammadiyah
loading...
A
A
A
MAKASSAR - Society Research and Humanity Development (Serum) Institute mengggelar dialog kebangsaan yang bertema Urgensi Moderasi Beragama dalam Menyikapi Dinamika Kebangsaan di Makassar, Sabtu (26/3/2022).
Sejumlah narasumber yang dihadir diantaranya Ketua Tanfidziyah Kota Makassar Kaswad Sartono, Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Makassar Mujahid Abd Djabbar, Ketua FKUB Kota Makassar Prof Arifuddin Ahmad dan tokoh masyarakat Abdul Wahid.
Kaswad Sartono menyampaikan bahwa moderasi beragama memiliki beberapa prinsip dalam hidup berbangsa dan negara. Nahdlatul Ulama (NU) sendiri selalu menyatu dalam pemerintah yang disebut moderasi cara pandang atau perilaku kelompok dalam kehidupan beragama.
"Cara pandang dalam kehidupan ada dua, yakni ekstrem kanan dan ekstrem kiri. Kemudian ada empat hal dalam moderasi beragama, yaitu komitmen kebangsaan untuk mengawal kebersamaan dan kerukunan dalam latar belakang agama yang berbeda, tolerasi dalam umat beragama, menyakini dalam perbedaan, menghormati perbedaan, dan kerja sama harus ditingkatkan," katanya.
Di sisi lain, Mujahid Abd Djabbar selaku pimpinan Muhammadiyah mengatakan bahwa di negara ini begitu banyak suku-suku dan macam-macam agama. Dimana, semua itu terlahir untuk saling mengenal serta bertoleransi sesama umat beragama.
"Dalam mengamalkan agamanya masing-masing, bagimu agamamu bagiku agamaku. Tidak saling mencela dalam ukhuwah diniya walaupun berbeda. Saling berlomba-lomba dalam kebaikan. Bagimu amalmu bagiku amalku. Itu semua dibenarkan karena masing-masing punya dalil saling menghormati dan menghargai kebangsaan dalam satu tanah air," paparnya.
Ketua FKUB Kota Makassar, Prof Arifuddin Ahmad menjelaskan berkaitan dengan konsep dasar dalam nilai-nilai agama. "Dan dua hal berkaitan dengan keberadaan kita dalam komunitas yakni toleransi antikekerasan yakni komitmen kebangsaan, Pancasila , UUD dan Bhinneka Tunggal Ika terkait dengan budaya di Indonesia," jelasnya.
Menurutnya, tafsiran terhadap Pancasila sangat dipengaruhi nilai-nilai agama. Dalam budaya di Indonesia harus dipahami saling intoleran sesama umat agama, Pancasila konteks harga mati yang harus diluruskan bagi umat Islam.
"Konteks tauhid tidak memaksakan bagaimana menyikapi Pancasila dalam keragaman keyakinan dalam agama. Dinamika kebangsaan jangan berlebihan dalam beraksi karena akan ada reaksi. Mungkin ini menjadi pekerjaan rumah untuk kita semua. Niat baik dengan narasi yang baik pula," lanjutnya.
Tokoh agama sekaligus tokoh masyarakat, Abdul Wahid mengatakan bahwa berkaitan dengan adanya dialog kebangsaan tentunya seluruh pihak harus saling menghargai sesama umat beragama.
"Mari kita dukung pemerintah dalam mendekati bulan ramadan. Dan mari kita kendalikan diri serta mari saling menghargai sesama umat beragama," tutupnya.
Sejumlah narasumber yang dihadir diantaranya Ketua Tanfidziyah Kota Makassar Kaswad Sartono, Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Makassar Mujahid Abd Djabbar, Ketua FKUB Kota Makassar Prof Arifuddin Ahmad dan tokoh masyarakat Abdul Wahid.
Kaswad Sartono menyampaikan bahwa moderasi beragama memiliki beberapa prinsip dalam hidup berbangsa dan negara. Nahdlatul Ulama (NU) sendiri selalu menyatu dalam pemerintah yang disebut moderasi cara pandang atau perilaku kelompok dalam kehidupan beragama.
"Cara pandang dalam kehidupan ada dua, yakni ekstrem kanan dan ekstrem kiri. Kemudian ada empat hal dalam moderasi beragama, yaitu komitmen kebangsaan untuk mengawal kebersamaan dan kerukunan dalam latar belakang agama yang berbeda, tolerasi dalam umat beragama, menyakini dalam perbedaan, menghormati perbedaan, dan kerja sama harus ditingkatkan," katanya.
Di sisi lain, Mujahid Abd Djabbar selaku pimpinan Muhammadiyah mengatakan bahwa di negara ini begitu banyak suku-suku dan macam-macam agama. Dimana, semua itu terlahir untuk saling mengenal serta bertoleransi sesama umat beragama.
"Dalam mengamalkan agamanya masing-masing, bagimu agamamu bagiku agamaku. Tidak saling mencela dalam ukhuwah diniya walaupun berbeda. Saling berlomba-lomba dalam kebaikan. Bagimu amalmu bagiku amalku. Itu semua dibenarkan karena masing-masing punya dalil saling menghormati dan menghargai kebangsaan dalam satu tanah air," paparnya.
Ketua FKUB Kota Makassar, Prof Arifuddin Ahmad menjelaskan berkaitan dengan konsep dasar dalam nilai-nilai agama. "Dan dua hal berkaitan dengan keberadaan kita dalam komunitas yakni toleransi antikekerasan yakni komitmen kebangsaan, Pancasila , UUD dan Bhinneka Tunggal Ika terkait dengan budaya di Indonesia," jelasnya.
Menurutnya, tafsiran terhadap Pancasila sangat dipengaruhi nilai-nilai agama. Dalam budaya di Indonesia harus dipahami saling intoleran sesama umat agama, Pancasila konteks harga mati yang harus diluruskan bagi umat Islam.
"Konteks tauhid tidak memaksakan bagaimana menyikapi Pancasila dalam keragaman keyakinan dalam agama. Dinamika kebangsaan jangan berlebihan dalam beraksi karena akan ada reaksi. Mungkin ini menjadi pekerjaan rumah untuk kita semua. Niat baik dengan narasi yang baik pula," lanjutnya.
Tokoh agama sekaligus tokoh masyarakat, Abdul Wahid mengatakan bahwa berkaitan dengan adanya dialog kebangsaan tentunya seluruh pihak harus saling menghargai sesama umat beragama.
"Mari kita dukung pemerintah dalam mendekati bulan ramadan. Dan mari kita kendalikan diri serta mari saling menghargai sesama umat beragama," tutupnya.
(agn)