Pindah Parpol, Partai Demokrat Usung Akhyar Bakal Calon Wali Kota Medan
loading...
A
A
A
MEDAN - Pelaksana tugas (Plt) Wali Kota Medan Akhyar Nasution dipastikan sudah mendapat rekomendasi dari Partai Demokrat untuk maju pada Pilkada Kota Medan 9 Desember 2020.
Padahal, Akhyar diketahui merupakan kader PDIP dan bahkan telah mendaftar pula ke partai berlambang Banteng.
Meski awalnya Sekretaris DPD Demokrat Sumut, Meilizar Latif mengatakan, pihaknya masih membahas hal tersebut, tak berselang lama Plt Ketua DPD Partai Demokrat Sumut, Herri Zulkarnain mengonfirmasi lebih terbuka. (BACA JUGA: Belasan Anggota Geng Motor 234 SC dan Budak Bandal Diangkut Polisi)
“Kita berikan surat rekomendasi kepada beliau (Akhyar) untuk maju. Karena Demokrat juga belum cukup, kursi kita 4, dia harus mencari partai lainnya, misalnya PKS, PAN atau yang lainnya lah, yang menurutnya bisa bersama dengan dia, termasuk wakilnya, kita serahkan sama beliau,” kata Herri, Selasa (16/6/2020).
Dalam kesempatan ini, Herri juga memastikan Akhyar Nasution tidak diharuskan menjadi kader Demokrat.
“Kita berikan kebebasan kepada Pak Akhyar, jika ada yang bilang dia sebagai kader (Demokrat), itu tak betul. Dia kader PDI Perjuangan,” ungkapnya.
Merujuk konstelasi nasional menghadapi Pilkada Serentak 2020, berkemungkinan besar Akhyar akan menggarap Partai Keadilan Sejahtera (PKS) sebagai koalisi.
Di Medan, PKS punya 7 kursi. Bersama PKS, koalisi menjadi cukup untuk mengusung calon, yang syarat minimumnya 10 kursi.
Jika ini terwujud, muncul pertanyaan apakah PKS mau diposisikan sebagai calon wakil dalam kontestasi kali ini? Terlebih, PKS sendiri sebelumnya sudah menyatakan merekomendasi Salman Alfarisi untuk maju di Pilkada Medan.
Menanggapi ini, pengamat politik Sohibul Anshor Siregar mengatakan bakal terjadi gejolak di internal masing-masing partai yang beririsan. Demokrat misalnya, akan terjadi kebingungan lantaran tidak ada kader yang diusung. Sedangkan PKS seakan harus rela kadernya hanya akan jadi wakil Akhyar.
Demikian pula di PDIP. "Jika (akhirnya) Akhyar akan keluar dari PDIP, maka dia melakukan pilihan sulit. Kawan-kawannya di PDIP akan tegang karena marah, meski ada juga yang akan merasa Akhyar sudah mengambil keputusan tepat," kata Sohibul, Senin (15/6/2020) petang. (BACA JUGA: Setelah Berbicara dengan Banyak Kalangan, Presiden Minta RUU HIP Ditunda)
Lantas bagaimana dengan PKS? Menurut Sohibul berat rasanya partai lain bergabung. Maka, jika PKS tidak menerima tawaran hanya sebagai wakil, maka Pilkada Kota Medan akan diikuti satu calon saja.
PDIP sendiri masih enggan mengomentari melompatnya Akhyar ke Demokrat. Sekretaris PDIP Sumut Sutarto mengaku belum mengetahui hal itu."Saya belum tahu, nanti saya cek dulu. Saya akan tanyakan dulu," katanya.
Padahal, Akhyar diketahui merupakan kader PDIP dan bahkan telah mendaftar pula ke partai berlambang Banteng.
Meski awalnya Sekretaris DPD Demokrat Sumut, Meilizar Latif mengatakan, pihaknya masih membahas hal tersebut, tak berselang lama Plt Ketua DPD Partai Demokrat Sumut, Herri Zulkarnain mengonfirmasi lebih terbuka. (BACA JUGA: Belasan Anggota Geng Motor 234 SC dan Budak Bandal Diangkut Polisi)
“Kita berikan surat rekomendasi kepada beliau (Akhyar) untuk maju. Karena Demokrat juga belum cukup, kursi kita 4, dia harus mencari partai lainnya, misalnya PKS, PAN atau yang lainnya lah, yang menurutnya bisa bersama dengan dia, termasuk wakilnya, kita serahkan sama beliau,” kata Herri, Selasa (16/6/2020).
Dalam kesempatan ini, Herri juga memastikan Akhyar Nasution tidak diharuskan menjadi kader Demokrat.
“Kita berikan kebebasan kepada Pak Akhyar, jika ada yang bilang dia sebagai kader (Demokrat), itu tak betul. Dia kader PDI Perjuangan,” ungkapnya.
Merujuk konstelasi nasional menghadapi Pilkada Serentak 2020, berkemungkinan besar Akhyar akan menggarap Partai Keadilan Sejahtera (PKS) sebagai koalisi.
Di Medan, PKS punya 7 kursi. Bersama PKS, koalisi menjadi cukup untuk mengusung calon, yang syarat minimumnya 10 kursi.
Jika ini terwujud, muncul pertanyaan apakah PKS mau diposisikan sebagai calon wakil dalam kontestasi kali ini? Terlebih, PKS sendiri sebelumnya sudah menyatakan merekomendasi Salman Alfarisi untuk maju di Pilkada Medan.
Menanggapi ini, pengamat politik Sohibul Anshor Siregar mengatakan bakal terjadi gejolak di internal masing-masing partai yang beririsan. Demokrat misalnya, akan terjadi kebingungan lantaran tidak ada kader yang diusung. Sedangkan PKS seakan harus rela kadernya hanya akan jadi wakil Akhyar.
Demikian pula di PDIP. "Jika (akhirnya) Akhyar akan keluar dari PDIP, maka dia melakukan pilihan sulit. Kawan-kawannya di PDIP akan tegang karena marah, meski ada juga yang akan merasa Akhyar sudah mengambil keputusan tepat," kata Sohibul, Senin (15/6/2020) petang. (BACA JUGA: Setelah Berbicara dengan Banyak Kalangan, Presiden Minta RUU HIP Ditunda)
Lantas bagaimana dengan PKS? Menurut Sohibul berat rasanya partai lain bergabung. Maka, jika PKS tidak menerima tawaran hanya sebagai wakil, maka Pilkada Kota Medan akan diikuti satu calon saja.
PDIP sendiri masih enggan mengomentari melompatnya Akhyar ke Demokrat. Sekretaris PDIP Sumut Sutarto mengaku belum mengetahui hal itu."Saya belum tahu, nanti saya cek dulu. Saya akan tanyakan dulu," katanya.
(vit)