Ekspedisi Jihad Pati Unus dan Pertempuran 3 Hari 3 Malam Melawan Portugis

Jum'at, 04 Februari 2022 - 05:05 WIB
loading...
Ekspedisi Jihad Pati...
Ilustrasi pertempuran di Malaka. Foto: Istimewa
A A A
PATI Unus atau Adipati Unus yang juga dikenal dengan Pangeran Sabang Lor merupakan Raja kedua Kerajaan Demak. Dia memerintah Demak dari tahun 1518 hingga 1521 menggantikan Raden Patah.

Kendati singkat, Pati Unus dikenang sebagai Raja yang gagah berani. Selain menghadapi persaingan dakwah dan niaga yang ketat, Pati Unus juga harus menghadapi Portugis yang telah menguasai Malaka sejak 1511.

Setelah Portugis menguasai Malaka, agama yang sebelumnya menjadi salah satu faktor penting dilakukannya ekspansi mulai menjadi samar-samar dan digantikan oleh faktor ekonomi yang memegang peranan sangat penting.



Pada masa kepemimpinannya, Pati Unus mempererat perhubungannya dengan Kesultanan Banten dan Cirebon. Untuk mengikat perhubungan itu, Pati Unus menikah dengan Raden Ayu, puteri Sunan Gunung Jati, pada 1511.

Setelah pernikahan itu, Pati Unus didaulat menjadi Panglima Gabungan Armada Islam yang membawahi armada perang Kesultanan Banten, Demak, dan Cirebon. Penunjukan itu membuat Pati Unus harus bertindak.

Apalagi, pada 1512, Kerajaan Samudera Pasai jatuh ke tangan Portugis. Hal ini berarti kekuasaan Portugis semakin tidak terbendung. Pati Unus akhirnya memimpin Ekspedisi Jihad 1, pada 1 Januari 1513, ke Malaka.



Ekspedisi pasukan perang ini bertujuan untuk menghalau semakin meluasnya kekuasaan Portugis di Nusantara. Tetapi sayang, serangan pasukan Pati Unus dengan mudah dipatahkan oleh Portugis hingga tercerai berai.

Kekalahan ini membuat Pati Unus dan pasukannya remuk. Mereka kembali ke Tanah Jawa sebagai orang yang kalah.

Namun, bukan Pati Unus jika langsung menyerah. Sebaliknya, dia langsung melakukan evaluasi secara menyeluruh atas semua pasukan tempurnya yang dengan gampang dihancurkan oleh Portugis itu.



Pati Unus kembali mengumpulkan pasukannya dengan membuat armada besar. Sebanyak 375 kapal perang berhasil dia kumpulkan dari Tanah Gowa, Sulawesi, yang dikenal cakap dalam membuat kapal perang.

Di tengah kondisi dan suasa seperti itulah, Raden Patah mangkat. Meninggalnya Raden Patah, membuat Pati Unus harus fokus mengurus pemerintahan Kesultanan Demak, sambil terus memperkuat armada perangnya.

Pada 1521, 375 kapal perang yang dibuatnya telah selesai dibangun. Ekspedisi Jihad 2 ke Malaka pun segera disiapkan.



Serangan balasan ini dipimpin langsung oleh Pati Unus. Sayang, serangan besar-besaran ini telah diketahui oleh Portugis yang langsung disambut dengan meriam-meriam besar di benteng Malaka.

Setibanya di Malaka, pasukan besar Pati Unus langsung dibombardir meriam Portugis. Nahas, salah satu tembakan meriam mengenai kapal perang yang ditumpangi Pati Unus sebelum dia bisa mendarat hingga karam.

Pati Unus membayar sangat mahal serangan ini dengan nyawanya. Kematian Pati Unus disambut perang hingga darah penghabisan. Armada angkatan perang lalu diambil alih oleh Fadhulah Khan atau Tubagus Pasai atau Fatahillah.



Di bawah komando Fatahillah, armada perang Pati Unus berhasil mendarat ke Malaka dan terlibat perang gagah berani hingga tiga hari tiga malam. Dalam pertempuran itu, putra pertama dan ketiga Raden Patah juga gugur.

Demikian ulasan singkat riwayat perjuangan yang gagah berani ini diakhiri. Semoga memberikan manfaat kepada para pembaca. Kritik dan saran atas ulasan ini sangat diharapkan penulis.

Sumber tulisan:
1. Muhlis Abdullah, Huru-hara Majapahit dan Berdirinya Kerajaan Islam di Jawa, Araska Publisher, 2020.
2. Marwati Djoened Poesponegoro, Nugroho Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia: Zaman Pertumbuhan dan Perkembangan Kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia, Balai Pustaka, 2008.
(hsk)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1368 seconds (0.1#10.140)