Harlah NU, KH Wahab Hasbullah Mendadak Nyalakan Korek Api saat Ditanya Nasionalisme NU

Senin, 31 Januari 2022 - 10:04 WIB
loading...
Harlah NU, KH Wahab...
Ormas Islam terbesar NU hari ini harlah ke-96. NU lahir pada 31 Januari 1926 di kampung Kertopaten, Surabaya, Jawa Timur, tepatnya di kediaman KH Wahab Hasbullah. Foto/Dok.SINDOnews
A A A
SURABAYA - Ormas Islam terbesar Nahdlatul Ulama atau NU hari ini berulang tahun (harlah) ke-96. NU lahir pada 31 Januari 1926, di kampung Kertopaten, Surabaya, Jawa Timur, tepatnya di kediaman KH Wahab Hasbullah.

Penetapan hari lahir NU (31 Januari 1926) sebagai jam’iyah (organisasi) mengambil momentum pertemuan sejumlah ulama Islam terkemuka di Indonesia.


Para ulama yang hadir diantaranya KH Hasyim Asy’ari Tebuireng Jombang, KH Bisri Syansuri Denanyar Jombang, KH Asnawi Kudus, KH Nawawi Pasuruan, KH Ridwan Semarang, KH Maksum Lasem, KH Nahrawi Malang, H Ndoro Munthaha (Menantu Mbah Cholil) Bangkalan Madura, KH Abdul Hamid Faqih Sedayu Gresik, KH Abdul Halim Leuiwimunding Cirebon, KH Ridwan Abdullah, KH Mas Alwi, KH Abdullah Ubaid Surabaya, dan Syekh Ahmad Ghana’im Al Misri Mesir dll.

Berkumpulnya para ulama yang kelak dikenal sebagai para tokoh sekaligus pendiri NU di rumah KH Wahab Hasbullah itu awalnya dalam rangka membahas sekaligus menunjuk delegasi Komite Hijaz.

Ada cerita menarik di awal pendirian jam’iyah NU. Sehari sebelum NU berdiri, dalam musyawarah para ulama muncul pertanyaan terkait NU dan nasionalisme.

Hal itu mengingat Indonesia masih berada dalam cengkeram penjajahan Kolonial Belanda.

“Apakah pembentukan perkumpulan para ulama (NU) mengandung tujuan menuntut kemerdekaan?,” tanya Kiai Abdul Halim dari Leuiwimunding Cirebon.



Seperti diriwayatkan buku “Pertumbuhan dan Perkembangan Nahdlatul Ulama” (cetakan 1985) karya Choirul Anam, Kiai Wahab Hasbullah atau Mbah Wahab menjawab tegas.

“Tentu. Itu syarat nomor satu umat Islam menuju ke jalan itu (kemerdekaan). Umat Islam kita tidak leluasa sebelum negara kita merdeka.”



Namun Kiai Halim masih juga ragu. Ia melihat pembentukan perkumpulan ulama (NU) masih sebatas untuk pengiriman undangan atau delegasi Komite Hijaz.

“Apakah dengan usaha macam begini ini bisa menuntut kemerdekaan?,” tanya Kiai Halim selanjutnya seperti dikutip dari buku “Pertumbuhan dan Perkembangan Nahdlatul Ulama”.

Mbah Wahab diam sejenak. Ia lalu mengambil sebatang korek api dan menyulutnya.

“Ini bisa menghancurkan bangunan perang. Kita jangan putus asa. Kita harus yakin tercapai negeri merdeka,” kata Mbah Wahab.

Disimpulkan bahwa lahirnya NU juga didorong oleh semangat membangun nasionalisme. Membangun nasionalisme sama artinya dengan membela tanah air.
(shf)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1202 seconds (0.1#10.140)