Baru 3 Bulan, Jembatan Dana Desa Rp51 Juta Hancur Diterjang Longsor
loading...
A
A
A
TASIKMALAYA - Sebuah jembatan di Kampung Bugel, Desa Bugel, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Tasikmalaya hancur setelah diterjang tanah longsor , Rabu (10/6/2020). Jembatan sepanjang 20 meter yang merupakan satu-satunya akses penghubung warga kampung itu sama sekali tak bisa dilalui, baik menggunakan kendaraan maupun berjalan kaki. Akibatnya, sekitar 70 kepala keluarga (KK) di kampung tersebut terisolasi.
Kepala Desa Bugel, Ruhimat mengatakan, longsor disebabkan tingginya curah hujan sejak Selasa (9/6/2020) sore hingga Rabu subuh. Padahal, jembatan itu baru digunakan dua hari oleh warga setelah dilakukan pembangunan dan perbaikan.
"Jembatan ini baru diperbaiki selama satu bulan lalu dan baru digunakan dua hari, tapi sekarang sudah hancur dan hilang terbawa longsor," kata dia.
(Baca: Banjir Rendam Ratusan Rumah Warga Kabupaten Tasikmalaya)
Ia menyebutkan, jembatan ini awalnya dibangun secara permanen pada tahun 2018 lalu. Namun, pada bulan Februari 2020, jembatan itu tertimpa longsor, dan akhirnya masyarakat melakukan musyawarah desa, dan sepakat untuk menggunakan anggaran dana desa.
Ruhimat mengatakan pembangunan jembatan diselesaikan dalam satu bulan. Warga pun kembali bisa melintasi jembatan itu, bahkan dengan kendaraan roda empat. Namun, baru dua hari digunakan, jembatan itu kembali hancur tertimpa longsor.
"Jembatan ini dibuat dengan dana desa sekira Rp 51 juta," kata dia sambil menunjukan laporan penggunaan anggaran dana desa untuk pembangunan jembatan itu, yang masih menempel di sebuah pohon diujung jembatan.
(Baca: Capai Rp35 Triliun, Ini Jatah Dana Banjir-Longsor di Jabodetabekpuncur)
Ruhimat mengatakan, akibat terputusnya jembatan tersebut, sekira 70 KK di kampung itu terisolasi. Jika warga terpaksa harus melintas, mereka harus menyusuri jalan setapak menuruni tebing dengan berjalan kaki di sepanjang pematang sawah.
Longsor di Kampung Bugel bukan hanya memutus jembatan dan jalan penghuhung, namun juga memutus saluran irigasi persawahan dan salauran air bersih untuk warga dua kampung tetangga.
Untuk sementara, Ruhimat mengatakan akan dibuat jembatan darurat sebagai sarana akses sementara untuk kebutuhan yang bersifat sangat mendesak. Menurut dia, ada sejumlah perempuan hamil tua yang juga ikut terisolasi dan dikhawatirkan segera melahirkan.
Sedangkan untuk penanganan jangka panjang, pihak desa berencana akan kembali membuat jembatan permanen. "Namun untuk lokasinya masih harus dimusyawarahkan dengan warga lainnya, apakah masih dilokasi yang sama atau dipindah," kata dia.
Kepala Desa Bugel, Ruhimat mengatakan, longsor disebabkan tingginya curah hujan sejak Selasa (9/6/2020) sore hingga Rabu subuh. Padahal, jembatan itu baru digunakan dua hari oleh warga setelah dilakukan pembangunan dan perbaikan.
"Jembatan ini baru diperbaiki selama satu bulan lalu dan baru digunakan dua hari, tapi sekarang sudah hancur dan hilang terbawa longsor," kata dia.
(Baca: Banjir Rendam Ratusan Rumah Warga Kabupaten Tasikmalaya)
Ia menyebutkan, jembatan ini awalnya dibangun secara permanen pada tahun 2018 lalu. Namun, pada bulan Februari 2020, jembatan itu tertimpa longsor, dan akhirnya masyarakat melakukan musyawarah desa, dan sepakat untuk menggunakan anggaran dana desa.
Ruhimat mengatakan pembangunan jembatan diselesaikan dalam satu bulan. Warga pun kembali bisa melintasi jembatan itu, bahkan dengan kendaraan roda empat. Namun, baru dua hari digunakan, jembatan itu kembali hancur tertimpa longsor.
"Jembatan ini dibuat dengan dana desa sekira Rp 51 juta," kata dia sambil menunjukan laporan penggunaan anggaran dana desa untuk pembangunan jembatan itu, yang masih menempel di sebuah pohon diujung jembatan.
(Baca: Capai Rp35 Triliun, Ini Jatah Dana Banjir-Longsor di Jabodetabekpuncur)
Ruhimat mengatakan, akibat terputusnya jembatan tersebut, sekira 70 KK di kampung itu terisolasi. Jika warga terpaksa harus melintas, mereka harus menyusuri jalan setapak menuruni tebing dengan berjalan kaki di sepanjang pematang sawah.
Longsor di Kampung Bugel bukan hanya memutus jembatan dan jalan penghuhung, namun juga memutus saluran irigasi persawahan dan salauran air bersih untuk warga dua kampung tetangga.
Untuk sementara, Ruhimat mengatakan akan dibuat jembatan darurat sebagai sarana akses sementara untuk kebutuhan yang bersifat sangat mendesak. Menurut dia, ada sejumlah perempuan hamil tua yang juga ikut terisolasi dan dikhawatirkan segera melahirkan.
Sedangkan untuk penanganan jangka panjang, pihak desa berencana akan kembali membuat jembatan permanen. "Namun untuk lokasinya masih harus dimusyawarahkan dengan warga lainnya, apakah masih dilokasi yang sama atau dipindah," kata dia.
(muh)