Sekolah Harus Proaktif Cegah Perundungan Antar Siswa
loading...
A
A
A
MAKASSAR - Kasus dugaan perundungan antar siswi SMP yang terjadi belum lama ini menyita perhatian banyak pihak. Peristiwa itu menjadi indikasi lemahnya pengawasan terhadap anak didik. Sekolah harus lebih proaktif memperhatikan perilaku siswa-siswinya untuk mencegah perundungan tejadi.
Pengamat Pendidikan, Adi Suryadi Culla menilai, pihak sekolah lemah dalam mengawasi siswanya. Apalagi insiden perundungan itu terjadi di sekitar sekolah.
"Kepsek (kepala sekolah) tidak boleh lepas tangan dan harus mengarahkan siswanya. Apalagi ini bagian dari pendidikan karakter," katanya.
Seyogyanya Kepala sekolah bertindak untuk jadi panutan dalam penegakan kedisiplinan, serta bertanggung jawab terhadap proses pendidikan. Kejadian tersebut dapat menjadi bahan evaluasi khusus terkait kinerja dari kepala sekolah.
"Selain itu perlu dibenahi hubungan antara sekolah dengan orang tua siswa. Karena Pendidikan anak tidak hanya menjadi tanggung jawab sekolah tetapi orang tua secara bersamaan," tandasnya.
Diketahui, peristiwa perundungan itu sempat viral di media sosial dan diklaim sebagai konten semata. Hanya saja, orang tua siswa yang menjadi korban dalam video tersebut melapor ke polisi.
Sebelumnya Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Makassar telah mempertemukan pihak-pihak terkait, baik dari keluarga maupun sekolah untuk menyelesaikan persoalan tersebut, Selasa (11/1/2022) lalu.
Kepala Disdik Kota Makassar, Muhyiddin meminta maaf jika ada pihak yang tersinggung terkait kasus tersebut. Kesimpulan diambil untuk menghindari dampak sosial yang akan diterima anak-anak ke depannya.
Menurut Muhyiddin, konten yang dimaksudnya bukan dalam konteks sengaja, melainkan spontan dilakukan oleh teman-teman sejawatnya. Anak yang mengunggah video, kata dia, belum mengetahui dampak video yang telah tersebar tersebut.
"Ini tidak paham. Kejadiannya itu Jumat dan diselesaikan oleh pihak guru. Yang bikin kaget adalah tiba-tiba viral. Maka siswa yang mengambil video ini, mungkin dia tidak paham, makanya dia jadikan konten," katanya.
Menurutnya, tak ada solusi selain mendamaikan kedua pihak, apalagi tak ada hukum yang bisa menjerat anak di bawah umur.
"Karena ini kan mereka anak-anak, mereka memang seperti itu, anak-anak biasa berkelahi cuma karena di-upload jadi viral," ujarnya.
Muhyiddin mengaku menyesalkan hal ini dan meminta maaf jika pihak-pihak terkait merasa tersinggung. Apalagi dari hasil pertemuan lalu, dia menyimpulkan kasus itu telah diselesaikan secara kekeluargaan.
"Saya juga sebagai kepala dinas mengklarifikasi, tidak ada niat saya seperti itu. Saya meminta maaf yang sebesar-besarnya kepada keluarga," katanya.
Wali Kota Makassar Moh Ramdhan 'Danny' Pomanto mengatakan persoalan tersebut akan menjadi evaluasi terhadap seluruh kepala sekolah di Kota Makassar.
"Kalau Kepsek tidak bisa kelola sekolah, tidak bisa kelola anak muridnya saya pasti ganti," katanya.
Menurutnya, persoalan ini semestinya tersaring di sekolah, apalagi ada guru BP yang menangani masalah kedisiplinan murid.
"Mestinya persoalan seperti ini ada penyuluhannya. Saya tidak sekadar menyalahkan kepsek karena ini menyangkit manajemen sekolah," tutur Danny.
Pengamat Pendidikan, Adi Suryadi Culla menilai, pihak sekolah lemah dalam mengawasi siswanya. Apalagi insiden perundungan itu terjadi di sekitar sekolah.
"Kepsek (kepala sekolah) tidak boleh lepas tangan dan harus mengarahkan siswanya. Apalagi ini bagian dari pendidikan karakter," katanya.
Seyogyanya Kepala sekolah bertindak untuk jadi panutan dalam penegakan kedisiplinan, serta bertanggung jawab terhadap proses pendidikan. Kejadian tersebut dapat menjadi bahan evaluasi khusus terkait kinerja dari kepala sekolah.
"Selain itu perlu dibenahi hubungan antara sekolah dengan orang tua siswa. Karena Pendidikan anak tidak hanya menjadi tanggung jawab sekolah tetapi orang tua secara bersamaan," tandasnya.
Diketahui, peristiwa perundungan itu sempat viral di media sosial dan diklaim sebagai konten semata. Hanya saja, orang tua siswa yang menjadi korban dalam video tersebut melapor ke polisi.
Sebelumnya Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Makassar telah mempertemukan pihak-pihak terkait, baik dari keluarga maupun sekolah untuk menyelesaikan persoalan tersebut, Selasa (11/1/2022) lalu.
Kepala Disdik Kota Makassar, Muhyiddin meminta maaf jika ada pihak yang tersinggung terkait kasus tersebut. Kesimpulan diambil untuk menghindari dampak sosial yang akan diterima anak-anak ke depannya.
Menurut Muhyiddin, konten yang dimaksudnya bukan dalam konteks sengaja, melainkan spontan dilakukan oleh teman-teman sejawatnya. Anak yang mengunggah video, kata dia, belum mengetahui dampak video yang telah tersebar tersebut.
"Ini tidak paham. Kejadiannya itu Jumat dan diselesaikan oleh pihak guru. Yang bikin kaget adalah tiba-tiba viral. Maka siswa yang mengambil video ini, mungkin dia tidak paham, makanya dia jadikan konten," katanya.
Menurutnya, tak ada solusi selain mendamaikan kedua pihak, apalagi tak ada hukum yang bisa menjerat anak di bawah umur.
"Karena ini kan mereka anak-anak, mereka memang seperti itu, anak-anak biasa berkelahi cuma karena di-upload jadi viral," ujarnya.
Muhyiddin mengaku menyesalkan hal ini dan meminta maaf jika pihak-pihak terkait merasa tersinggung. Apalagi dari hasil pertemuan lalu, dia menyimpulkan kasus itu telah diselesaikan secara kekeluargaan.
"Saya juga sebagai kepala dinas mengklarifikasi, tidak ada niat saya seperti itu. Saya meminta maaf yang sebesar-besarnya kepada keluarga," katanya.
Wali Kota Makassar Moh Ramdhan 'Danny' Pomanto mengatakan persoalan tersebut akan menjadi evaluasi terhadap seluruh kepala sekolah di Kota Makassar.
"Kalau Kepsek tidak bisa kelola sekolah, tidak bisa kelola anak muridnya saya pasti ganti," katanya.
Menurutnya, persoalan ini semestinya tersaring di sekolah, apalagi ada guru BP yang menangani masalah kedisiplinan murid.
"Mestinya persoalan seperti ini ada penyuluhannya. Saya tidak sekadar menyalahkan kepsek karena ini menyangkit manajemen sekolah," tutur Danny.
(agn)