Produksi Kakao Sulsel Terbesar Kedua di Indonesia, Luwu Utara Sumbang 21,13%
loading...
A
A
A
LUWU UTARA - PDRB Kabupaten Luwu Utara disumbang oleh sektor pertanian sebesar 47,02%. Dari 47,02% tersebut, 22% berasal dari sektor perkebunan, termasuk kakao.
Hal itu disampaikan Bupati Luwu Utara, Indah Putri Indriani saat memberikan sambutan usai meresmikan Pos Penyuluhan Desa di Desa Bakka Kecamatan Sabbang, Senin 3 Januari lalu.
Baca Juga: Indah
Bukan tanpa alasan, dengan luas areal tanaman perkebunan coklat 40.814 hektare dan produksi mencapai 30.856,05 ton di tahun 2020, Luwu Utara merupakan salah satu sentra kakao di Indonesia, didukung dengan luas daerah yang mencapai 7.502,58 km persegi.
Bahkan, dalam buku berjudul Outlook Kakao 2020 yang diterbitkan Kementerian Pertanian (Kementan), memuat bahwa Provinsi Sulawesi Tengah menjadi daerah penghasil kakao terbesar di Indonesia. Provinsi ini memberikan kontribusi paling tinggi yaitu 18,76 persen.
Urutan kedua dan ketiga adalah Provinsi Sulawesi Selatan (17,05 persen) serta Provinsi Sulawesi Tenggara (16,33 persen). Provinsi lain memberikan kontribusi kurang dari 10 persen dengan total kontribusi sebesar 47,86 persen.
Baca Juga: kakao
“Tantangan ke depan tidak hanya dalam hal produksi tapi juga kompleksitas pemasaran, memenuhi permintaan pasar global serta pelibatan petani ke dalam rantai nilai berkelanjutan dan kemitraan bisnis. Untuk dapat mewujudkan kakao lestari tentu dibutuhkan sinergi dan kolaborasi dari berbagai pemangku kepentingan. Tidak hanya pada pemerintah, tapi juga tingkat petani, industri, universitas, maupun lembaga swadaya masyarakat,” terang bupati yang karib disapa IDP ini.
Untuk itu, terkait hadirnya Pos Penyuluhan Desa, lanjut Indah, agar dapat betul-betul dimanfaatkan oleh masyarakat, khususnya yang terlibat dalam industri pertanian.
“Ukuran keberhasilan program READSI tidak terbatas pada pembangunan fisik, tapi harus terukur dan jelas dampaknya terhadap peningkatan kesejahteraan anggota kelompok tani yang didampingi. Untuk itu manfaatkan dengan baik pos penyuluhan desa ini untuk bersinergi dan berkolaborasi, sebab sebagian besar warga Bakka bergerak di sektor pertanian termasuk sektor perkebunan kakao,” pinta bupati perempuan pertama di Sulsel ini, yang hadir bersama Kepala Bappelitbangda Alauddin Sukri dan Plt Kadis PUTRKP2 Rusydi Rasyid.
Baca Juga: kelompok tani
Hal itu disampaikan Bupati Luwu Utara, Indah Putri Indriani saat memberikan sambutan usai meresmikan Pos Penyuluhan Desa di Desa Bakka Kecamatan Sabbang, Senin 3 Januari lalu.
Baca Juga: Indah
Bukan tanpa alasan, dengan luas areal tanaman perkebunan coklat 40.814 hektare dan produksi mencapai 30.856,05 ton di tahun 2020, Luwu Utara merupakan salah satu sentra kakao di Indonesia, didukung dengan luas daerah yang mencapai 7.502,58 km persegi.
Bahkan, dalam buku berjudul Outlook Kakao 2020 yang diterbitkan Kementerian Pertanian (Kementan), memuat bahwa Provinsi Sulawesi Tengah menjadi daerah penghasil kakao terbesar di Indonesia. Provinsi ini memberikan kontribusi paling tinggi yaitu 18,76 persen.
Urutan kedua dan ketiga adalah Provinsi Sulawesi Selatan (17,05 persen) serta Provinsi Sulawesi Tenggara (16,33 persen). Provinsi lain memberikan kontribusi kurang dari 10 persen dengan total kontribusi sebesar 47,86 persen.
Baca Juga: kakao
“Tantangan ke depan tidak hanya dalam hal produksi tapi juga kompleksitas pemasaran, memenuhi permintaan pasar global serta pelibatan petani ke dalam rantai nilai berkelanjutan dan kemitraan bisnis. Untuk dapat mewujudkan kakao lestari tentu dibutuhkan sinergi dan kolaborasi dari berbagai pemangku kepentingan. Tidak hanya pada pemerintah, tapi juga tingkat petani, industri, universitas, maupun lembaga swadaya masyarakat,” terang bupati yang karib disapa IDP ini.
Untuk itu, terkait hadirnya Pos Penyuluhan Desa, lanjut Indah, agar dapat betul-betul dimanfaatkan oleh masyarakat, khususnya yang terlibat dalam industri pertanian.
“Ukuran keberhasilan program READSI tidak terbatas pada pembangunan fisik, tapi harus terukur dan jelas dampaknya terhadap peningkatan kesejahteraan anggota kelompok tani yang didampingi. Untuk itu manfaatkan dengan baik pos penyuluhan desa ini untuk bersinergi dan berkolaborasi, sebab sebagian besar warga Bakka bergerak di sektor pertanian termasuk sektor perkebunan kakao,” pinta bupati perempuan pertama di Sulsel ini, yang hadir bersama Kepala Bappelitbangda Alauddin Sukri dan Plt Kadis PUTRKP2 Rusydi Rasyid.
Baca Juga: kelompok tani
(luq)