Kisah Pengkhianatan Ki Jonggo, Komandan Pengawal Istana dan Kehancuran Pajajaran

Senin, 03 Januari 2022 - 05:38 WIB
loading...
Kisah Pengkhianatan Ki Jonggo, Komandan Pengawal Istana dan Kehancuran Pajajaran
Kisah jatuhnya ibu kota Kerajaan Sunda, Pakuan Pajajaran. Foto/Ist.
A A A
Ibu kota Kerajaan Sunda, Pakuan Pajajaran, dikenal memiliki benteng pertahanan yang sangat kokoh. Hal ini pula yang menyulitkan Banten untuk menaklukkan wilayah Kerajaan Sunda kala itu.



Saat Kerajaan Sunda diperintah oleh Prabu Nilakendra, ibu kota Pakuan Pajajaran mendapatkan serangan dari Banten. Saat itu Banten yang merupakan daerah kekuasaan di bawah Kerajaan Sunda, dipimpin oleh Maulana Yusuf.



Kisah penyerangan pasukan Banten ke pusat Kerajaan Sunda, Pakuan Pajajaran tersebut, dikisahkan Fery Taufiq El Jaquenne dalam bukunya yang berjudul "Hitam Putih Pajajaran: Dari Kejayaan Hingga Keruntuhan Kerajaan Pajajaran ".



Serangan dari Banten ini membuat Raja Nilakendra harus mengungsi dari istana kerajaan. Nilakendra, bersama rombongan dan pengiringnya melarikan diri dari istana menuju sebuah daerah di Sukabumi selatan.

Sementara di ibu kota Kerajaan Sunda, Pakuan Pajajaran, pasukan Banten mencoba menjebol kokohnya benteng pertahanan. Serat Banten menyebutkan, adanya pemberangkatan pasukan Banten ketika menyerang Pakuan Pajajaran.

Pupuh Kinanti bahkan menuliskan, bahwa serangan itu terjadi pada bulan Muharram, tepat pada awal bulan Ahad tahun Alif inilah tahun sakanya satu lima kosong satu. Setibanya di Pakuan Pajajaran, Kesultanan Banten mampu menguasai ibu kota Sunda dengan waktu singkat.



Tetapi sebenarnya Banten, kesulitan menembus benteng pertahanan kendati hampir seluruh petinggi Kerajaan Sudah sudah mengungsi. Banten memiliki orang dalam bernama Ki Jonggo, salah seorang komandan pasukan pengawal benteng Pajajaran, yang masih ada hubungan darah dari salah satu komandan pasukan Banten.

Ki Jonggo inilah yang sebenarnya diperintahkan menjaga keamanan istana, dan benteng pertahanan. Tetapi, akhirnya Ki Jonggo membukakan pintu gerbang benteng pertahanan. Motifnya tak lain karena rasa sakit hatinya selama menjabat sebagai komandan pengawal kerajaan, sang raja tidak pernah menaikkan jabatannya. Hal ini memicu rasa sakit hatinya pada kerajaan dan rajanya.

Pasukan Banten yang melakukan serangan ke ibu kota Pakuan Pajajaran, membutuhkan waktu sekitar sembilan tahun lamanya untuk merencanakan serangan itu. Selama sembilan tahun itulah taktik, strategi, pasukan, dan peralatan disiapkan Kesultanan Banten menyerang Pajajaran.



Hal ini setelah sebelumnya beberapa wilayah yang menjadi kekuasaan Pajajaran, terlebih dahulu dikuasai. Penyerangan ini didasari pada keinginan Maulana Yusuf untuk turut menyebarkan Agama Islam ke daerah pedalaman Banten. Sehingga sejak saat itu, Jawa Barat dikenal oleh banyak orang sebagai daerah penyebaran agama baru.

Perihal penyerangan Banten ke Pajajaran, bukan merupakan penyerangan biasa. Melainkan menyerbu ke segala lini Pakuan Pajajaran, dan melumpuhkan segala bidangnya. Pasca serangan Banten dan larinya Raja Nilakendra, kian mempersulit posisi Pajajaran dan semakin memperburuknya.

Dikisahkan Pakuan Pajajaran lenyap dari permukaan bumi pada tanggal 11 bagian terang bulan Wesaka tahun 1501 saka, berarti bertepatan tanggal 11 Rabiul Awal 987 hijriah atau 8 Mei 1579 Masehi.
(eyt)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.5993 seconds (0.1#10.140)