Kesaktian Keris Kalamunyeng dan Tentara Kumbang Bikin Pasukan Majapahit Kocar-kacir
loading...
A
A
A
Digambarkan dalam “Serat Centhini I, Kisah Pelarian Putra-putri Sunan Giri Menjelajah Nusa Jawa”. Keris itu berputar-putar sendiri melukai tentara Majapahit yang berusaha mendekat. “Banyak prajurit Majapahit yang tewas, tidak sedikit yang terluka, sebagian lainnya lari terbirit-birit mencari selamat,” kata Agus Wahyudi.
Seluruh pasukan Majapahit telah angkat kaki. Situasi Giri kembali tenang. Keris yang melayang dan berputar-putar sendiri itu kembali ke tempat asalnya, di mana Sunan Giri menyalin Alquran.
Sunan Giri yang tengah bersemedi kemudian membuka mata dan seketika kaget. Ia melihat keris yang tergeletak di hadapannya berlumuran darah.
“Semoga Gusti Allah mengampuni perbuatan hamba yang salah ini,” ucap Sunan Giri memohon ampunan. Di depan para prajurit Giri, Sunan Giri mentahbiskan keris yang berputar sendiri dengan nama Kalamunyeng, yang berarti pena yang berputar-putar.
“Kalian telah menyaksikan semuanya. Maka keris ini aku beri nama Kalamunyeng”.
Dalam perjalanan waktu, Sunan Giri Gajah wafat dengan meninggalkan 10 putra putri. Sunan Dalem, putra laki-laki tertua dari garwa padmi (permaisuri) yang menggantikannya.
Ia juga berkudukan di Giri Kedhaton. Sunan Giri Dalem juga dikenal dengan panggilan Sunan Giri II. Sunan Giri Dalem tidak sepopuler Sunan Giri Gajah, ayahnya.
Sepeninggal Sunan Giri Dalem yang telah mangkat, kekuasaan Giri Kedhaton dilanjutkan Sunan Giri Prapen, putra keduanya. Sunan Giri Prapen merupakan cucu Sunan Giri Gajah.
Ia memiliki kepandaian sekaligus kesaktian semashyur kakeknya. Sunan Giri Prapen juga menolak tunduk kepada Kerajaan Majapahit yang itu membuat sang raja murka.
Untuk kedua kalinya Raja Majapahit menitahkan patih untuk menggempur Giri Kedhaton. Pangeran Majapahit bahkan turut serta dalam penyerbuan besar-besaran tersebut. Singkat cerita, perang besar antara pasukan Majapahit dengan prajurit Giri tidak terelakkan.
Seluruh pasukan Majapahit telah angkat kaki. Situasi Giri kembali tenang. Keris yang melayang dan berputar-putar sendiri itu kembali ke tempat asalnya, di mana Sunan Giri menyalin Alquran.
Sunan Giri yang tengah bersemedi kemudian membuka mata dan seketika kaget. Ia melihat keris yang tergeletak di hadapannya berlumuran darah.
“Semoga Gusti Allah mengampuni perbuatan hamba yang salah ini,” ucap Sunan Giri memohon ampunan. Di depan para prajurit Giri, Sunan Giri mentahbiskan keris yang berputar sendiri dengan nama Kalamunyeng, yang berarti pena yang berputar-putar.
“Kalian telah menyaksikan semuanya. Maka keris ini aku beri nama Kalamunyeng”.
Dalam perjalanan waktu, Sunan Giri Gajah wafat dengan meninggalkan 10 putra putri. Sunan Dalem, putra laki-laki tertua dari garwa padmi (permaisuri) yang menggantikannya.
Ia juga berkudukan di Giri Kedhaton. Sunan Giri Dalem juga dikenal dengan panggilan Sunan Giri II. Sunan Giri Dalem tidak sepopuler Sunan Giri Gajah, ayahnya.
Sepeninggal Sunan Giri Dalem yang telah mangkat, kekuasaan Giri Kedhaton dilanjutkan Sunan Giri Prapen, putra keduanya. Sunan Giri Prapen merupakan cucu Sunan Giri Gajah.
Ia memiliki kepandaian sekaligus kesaktian semashyur kakeknya. Sunan Giri Prapen juga menolak tunduk kepada Kerajaan Majapahit yang itu membuat sang raja murka.
Untuk kedua kalinya Raja Majapahit menitahkan patih untuk menggempur Giri Kedhaton. Pangeran Majapahit bahkan turut serta dalam penyerbuan besar-besaran tersebut. Singkat cerita, perang besar antara pasukan Majapahit dengan prajurit Giri tidak terelakkan.