Konservasi Terumbu Karang Bikin Nelayan Makin Gampang Tangkap Ikan

Selasa, 14 Desember 2021 - 15:01 WIB
loading...
Konservasi Terumbu Karang...
Nelayan di pesisir Desa Labuhan, Kecamatan Sepulu, Bangkalan memasang kubah beton berongga sebagai transplantasi terumbu karang.Foto/ist
A A A
BANGKALAN - Upaya nelayan di pesisir Desa Labuhan, Kecamatan Sepulu, Bangkalan, Madura untuk menanam kembali pohon mangrove, cemara laut dan konservasi terumbu karang membuahkan hasil menggembirakan.

Selama tujuh tahun sejak 2017 melakukan itu berdampak pada meningkatnya tangkapan ikan nelayan. Menggunakan kubah beton berongga sebagai media transplantasi terumbu karang saat ini juga menjadi rumah-rumah ikan.

Baca juga: Viral Awan Merah Disertai Petir di Puncak Welirang, BMKG Juanda: Jangan Panik

Hal ini diakui Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) setempat, Moh Sahril. Menurutnya, jauh sebelumnya, kerusakan terumbu karang menjadikan masyarakat nelayan kesulitan mendapatkan ikan, populasi ikan-ikan bernilai ekonomis bagi para nelayan lokasinya meyebar dan sulit ditebak.

“Dulu zona ikan seperti cumi masih liar, artinya masyarakat nelayan tidak mengetahui titik-titiknya. Karena posisi ikan cumi menyebar dan tidak terpusat di satu titik,” ungkap Moh Sahril, Senin (13/12/2021).

Dia menjelaskan, perubahan yang terjadi pada masyarakat di pesisir Desa Labuhan tak lepas dari peran Pertamina Hulu Energi West Madura Offshore (PHE WMO). “PHE WMO membawa kami untuk studi banding ke berbagai lokasi. Kini kesadaran masyarakat sudah 100 persen untuk menjaga kawasan ini. Dulu mangrove ditebagi untuk kayu bakar,” pungkasnya.

Baca juga: Diguncang Gempa M 7,5 Begini Kepanikan Warga Maumere Lari Menjauhi Laut

Upaya pemulihan, perlindungan, dan pelestarian terhadap populasi terumbu karang di pesisir Desa Labuhan berawal dari pengamatan PHE WMO pada Februari 2016.

Hasilnya menunjukkan, sebagian koloni karang di perairan pesisir Desa Labuhan mengalami pemutihan atau bleaching. Sehingga secara umum, kondisi terumbu karang di pesisir Bangkalan utara itu diperkirakan berada dalam kategori buruk.

Kondisi itu lantas memantik PHE WMO untuk melakukan pemulihan dengan melakukan transplantasi karang yang dilakukan mulai 2017 dan 2019 di area seluas delapan hektare. Dengan harapan, mampu mempercepat regenerasi pertumbuhan terumbu karang yang semakin terdegradasi.

Menurut Manager WMO Field Sapto Agus Sudarmanto, transplantasi dimulai melalui penanaman empat jenis terumbu dengan 480 fragmen atau bibit karang. Dampak saat ini adalah terjadi peningkatan spesies ikan dari 8 spesies menjadi 36 spesies ikan.

“Karena pertumbuhan terumbu karang sangat bagus dan semakin besar, ditambah modul beton berongga yang menjadi rumah ikan. Survival rate-nya naik sampai di angka 97 persen, sedangkan tingkat pertumbuhan nya bisa mencapai 19-22 centimeter per tahun,” ungkap Sapto Agus Sudarmanto.

PHE WMO menggandeng Yayasan Sosial Investment Indonesia untuk mengukur pendapatan masyarakat melalui Social Return of Investment (SRoI) dan mengetahui sejauh mana hasil pemberdayaan kawasan pesisir dan pelestarian lingkungan.

“Hasil kajian SRoI, tingkat pendapatan kelompok masyarakat dari Rp 1 menghasilkan Rp 4,2. Hal itu diukur dari segi lingkungan, ekonomi, sosial masyarakat, termasuk dari segi alam baik dari peningkatan flora dan fauna,” paparnya.
(msd)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3801 seconds (0.1#10.140)