Sultan Trenggono, Raja Demak yang Berhasil Lumpuhkan Kekuatan Majapahit
loading...
A
A
A
Sebelum Sultan Trenggono naik tahta, sebenarnya terjadi persaingan ketat antara dirinya dan kakak tirinya Raden Kikin. Waktu itu Raden Kikin digadang-gadang akan menggantikan Pati Unus yang telah wafat, sebab ia merupakan anak yang lebih tua dari Trenggono.
Persaingan antar keluarga sama-sama anak Raden Patah itu kemudian memuncak setelah Raden Trenggono menolak Raden Kikin sebagai Sultan Demak selanjutnya, sebab menurutnya dialah yang pantas menggantikan kakaknya menjadi Sultan karena ia terlahir dari permaisuri utama.
Ketegangan antara sesama anak-anak Raden Patah itu kemudian menemui puncaknya, Raden Kikin dibunuh oleh anak Raden Trenggono yaitu Raden Mukmin (Sunan Perwata). Pembunuhan itu dilakukan di tepi sungai, sehingga selepas peristiwa itu Raden Kikin kemudian disebut sebagai Pangeran Sekar Seda Ing Lapen maksudnya Pangeran yang gugur sebagai Bunga di Sungai.
Baca juga: Rara Tepasan, Istri Sunan Gunung Jati yang Menghilangkan Budaya Sunda di Keraton Cirebon
Penyebar Islam di Jawa Tengah
Sultan Trenggono di samping menaklukkan wilayah juga menjadikan Demak sebagai pusat penyebaran Islam di Jawa Tengah. Sultan Trenggono dikenal sebagai menjadi pemimpin yang pandai, baik dan berbudi luhur.
Selama memerintah, dikenal tegas dan ketat dalam menegakkan hukum yang ada. Sultan Trenggono juga memerintahkan rakyatnya untuk mematuhi perintah-perintah ajaran agama Islam juga aturan-aturan dalam Jaya Langkara. Jaya Langkara yaitu sebuah karya tentang prinsip hukum dan aturan Islam.
Semasa dipimpin Sultan Trenggono, Islam telah berhasil ditanamkan dengan kuat di Pulau Jawa. Masjid-masjid dibangun dan perjanjian membangun kerukunan dan perdamaian berhasil dibuat dengan Raja Kalimantan, Bali, Palembang, Singapura, Indragiri, dan lainnya
Sultan Trenggono wafat 1546 M saat memimpin ekspedisi militer untuk menundukkan Panarukan Jawa Timur yang tidak mau mengakui kekuasaan Kasultanan Demak. Makam Sultan Trenggono berada di kompleks Masjid Demak, di cungkup khusus bersama keluarga terdekat dan para pembantunya. Makam ini bersebelahan dengan Makam Sultan Fatah dan Raden Pati Unus.
Keluarga Sultan Trenggono
Semasa hidupnya, Sultan Trenggono dikisahkan memiliki dua orang Permaisuri, yaitu Putri Nyai Ageng Malaka dan Putri Sunan Kalijaga.
Dari kedua kedua istrinya Sultan Trenggono memperoleh sembilan orang anak yaitu Ratu Mas Pembayun, Raden Mukmin (Panembahan Prawata), Ratu Mas Pamantingan, Ratu Mas Kalinyamat, Ratu Mas Arya Ing Surabaya, Ratu Mas Katamban, Ratu Mas Cempaka (istri Hadiwijaya Sultan Pajang=Jaka Tingkir), Panambahan Mas Ing Madiun, Ratu Mas Sekar Kedaton.
Persaingan antar keluarga sama-sama anak Raden Patah itu kemudian memuncak setelah Raden Trenggono menolak Raden Kikin sebagai Sultan Demak selanjutnya, sebab menurutnya dialah yang pantas menggantikan kakaknya menjadi Sultan karena ia terlahir dari permaisuri utama.
Ketegangan antara sesama anak-anak Raden Patah itu kemudian menemui puncaknya, Raden Kikin dibunuh oleh anak Raden Trenggono yaitu Raden Mukmin (Sunan Perwata). Pembunuhan itu dilakukan di tepi sungai, sehingga selepas peristiwa itu Raden Kikin kemudian disebut sebagai Pangeran Sekar Seda Ing Lapen maksudnya Pangeran yang gugur sebagai Bunga di Sungai.
Baca juga: Rara Tepasan, Istri Sunan Gunung Jati yang Menghilangkan Budaya Sunda di Keraton Cirebon
Penyebar Islam di Jawa Tengah
Sultan Trenggono di samping menaklukkan wilayah juga menjadikan Demak sebagai pusat penyebaran Islam di Jawa Tengah. Sultan Trenggono dikenal sebagai menjadi pemimpin yang pandai, baik dan berbudi luhur.
Selama memerintah, dikenal tegas dan ketat dalam menegakkan hukum yang ada. Sultan Trenggono juga memerintahkan rakyatnya untuk mematuhi perintah-perintah ajaran agama Islam juga aturan-aturan dalam Jaya Langkara. Jaya Langkara yaitu sebuah karya tentang prinsip hukum dan aturan Islam.
Semasa dipimpin Sultan Trenggono, Islam telah berhasil ditanamkan dengan kuat di Pulau Jawa. Masjid-masjid dibangun dan perjanjian membangun kerukunan dan perdamaian berhasil dibuat dengan Raja Kalimantan, Bali, Palembang, Singapura, Indragiri, dan lainnya
Sultan Trenggono wafat 1546 M saat memimpin ekspedisi militer untuk menundukkan Panarukan Jawa Timur yang tidak mau mengakui kekuasaan Kasultanan Demak. Makam Sultan Trenggono berada di kompleks Masjid Demak, di cungkup khusus bersama keluarga terdekat dan para pembantunya. Makam ini bersebelahan dengan Makam Sultan Fatah dan Raden Pati Unus.
Keluarga Sultan Trenggono
Semasa hidupnya, Sultan Trenggono dikisahkan memiliki dua orang Permaisuri, yaitu Putri Nyai Ageng Malaka dan Putri Sunan Kalijaga.
Dari kedua kedua istrinya Sultan Trenggono memperoleh sembilan orang anak yaitu Ratu Mas Pembayun, Raden Mukmin (Panembahan Prawata), Ratu Mas Pamantingan, Ratu Mas Kalinyamat, Ratu Mas Arya Ing Surabaya, Ratu Mas Katamban, Ratu Mas Cempaka (istri Hadiwijaya Sultan Pajang=Jaka Tingkir), Panambahan Mas Ing Madiun, Ratu Mas Sekar Kedaton.