G20 di Bali Tahun Depan Momen Kaum Muda Tunjukkan Prestasi
loading...
A
A
A
JAKARTA - Perhelatan internasional G20 yang akan dibuka di Denpasar, Bali diyakini selain meneropong agenda-agenda yang telah ditetapkan, juga akan banyak berbicara tentang seberapa besar suara anak muda melakukan perubahan yang lebih untuk dunia. Hal ini diungkapkan Metta Dharmasaputra, CEO sekaligus founder katadata.co.id.
“Seberapa besar suara anak muda didengar. Ini momentum anak muda Indonesia untuk menentukan masa depannya. Untuk Indonesia bahkan dunia,” kata Metta dalam diskusi virtual Forum Merdeka Barat (FBM) dengan tajuk 'G20 Kita Bisa Apa?', Rabu (8/12/2021).
Diketahui, G20 adalah forum kerja sama multilateral yang terdiri dari 19 negara utama dan Uni Eropa (EU). G20 merepresentasikan lebih dari 60 persen populasi bumi, 75 persen perdagangan global, dan 80 persen PDB dunia. Anggota G20 terdiri dari Afrika Selatan, Amerika Serikat, Arab Saudi, Argentina, Australia, Brasil, India, Indonesia, Inggris, Italia, Jerman, Kanada, Meksiko, Korea Selatan, Rusia, Perancis, Tiongkok, Turki, dan Uni Eropa.
Berbeda dari kebanyakan forum multilateral, G20 tidak memiliki sekretariat tetap. Fungsi presidensi dipegang oleh salah satu negara anggota, yang berganti setiap tahun. Pada Riyadh Summit 2020, Indonesia resmi memegang presidensi G20 pada 2022 dan serah terima yang dilakukan pada akhir Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Roma, Italia pada 30-31 Oktober 2021 lalu.
Tema Presidensi G20 Indonesia 2022 'Recover Together, Recover Stronger'. Melalui tema tersebut, Indonesia ingin mengajak seluruh dunia untuk bahu-membahu, saling mendukung untuk pulih bersama serta tumbuh lebih kuat dan berkelanjutan.“Karena itulah G20 besok akan menjadi peluang Indonesia khususnya generasi muda,” kata Metta.
Menurut Metta, anak muda bisa mengambil peran penting dalam isu lingkungan, isu ekonomi dan lain sebagainya. Isu lingkungan menjadi menarik karena berdasarkan survei yang lakukan timnya, menunjukkan bahwa sebagian besar anak muda memiliki keinginan untuk melakukan sesuatu yang lebih untuk kemajuan bangsa.
“Bahkan untuk sesuatu terkait lingkungan, mereka mau memelihara atau merawat bumi dengan berani membayar lebih mahal untuk produk yang mereka rasakan. Ini menjadi modal yang baik,” katanya. Baca Juga: Indonesia Sukses Gelar Pertemuan Pertama Sherpa Negara-Negara G20, Seluruh Delegasi Negatif Covid-1
Metta mengatakan, banyak anak muda yang diakui secara nasional bahkan dunia, mampu memberi perubahan. Ia mengambil contoh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi yang di awal karir adalah seorang anak muda yang memberi perubahan.
Hal yang sama diyakini aktivis muda lingkungan hidup, Melati Wijsen. Bahkan Melati mengatakan, dirinya optimistis anak muda Indonesia akan mampu memberi arti dalam pembangunan. “Kolaborasi menjadi kata kunci dan banyak anak muda saat ini melakukannya. Saya optimistis. Dan G20 dimana Indonesia menjadi leader-nya menjadi peluang menujukkan potensi anak muda,” katanya.
Namun, begitu Melati berpesan kepada pemerintah untuk terus memberikan kepercayaan kepada anak muda mengisi pembangunan dengan kreativitasnya.
“Seberapa besar suara anak muda didengar. Ini momentum anak muda Indonesia untuk menentukan masa depannya. Untuk Indonesia bahkan dunia,” kata Metta dalam diskusi virtual Forum Merdeka Barat (FBM) dengan tajuk 'G20 Kita Bisa Apa?', Rabu (8/12/2021).
Diketahui, G20 adalah forum kerja sama multilateral yang terdiri dari 19 negara utama dan Uni Eropa (EU). G20 merepresentasikan lebih dari 60 persen populasi bumi, 75 persen perdagangan global, dan 80 persen PDB dunia. Anggota G20 terdiri dari Afrika Selatan, Amerika Serikat, Arab Saudi, Argentina, Australia, Brasil, India, Indonesia, Inggris, Italia, Jerman, Kanada, Meksiko, Korea Selatan, Rusia, Perancis, Tiongkok, Turki, dan Uni Eropa.
Berbeda dari kebanyakan forum multilateral, G20 tidak memiliki sekretariat tetap. Fungsi presidensi dipegang oleh salah satu negara anggota, yang berganti setiap tahun. Pada Riyadh Summit 2020, Indonesia resmi memegang presidensi G20 pada 2022 dan serah terima yang dilakukan pada akhir Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Roma, Italia pada 30-31 Oktober 2021 lalu.
Tema Presidensi G20 Indonesia 2022 'Recover Together, Recover Stronger'. Melalui tema tersebut, Indonesia ingin mengajak seluruh dunia untuk bahu-membahu, saling mendukung untuk pulih bersama serta tumbuh lebih kuat dan berkelanjutan.“Karena itulah G20 besok akan menjadi peluang Indonesia khususnya generasi muda,” kata Metta.
Menurut Metta, anak muda bisa mengambil peran penting dalam isu lingkungan, isu ekonomi dan lain sebagainya. Isu lingkungan menjadi menarik karena berdasarkan survei yang lakukan timnya, menunjukkan bahwa sebagian besar anak muda memiliki keinginan untuk melakukan sesuatu yang lebih untuk kemajuan bangsa.
“Bahkan untuk sesuatu terkait lingkungan, mereka mau memelihara atau merawat bumi dengan berani membayar lebih mahal untuk produk yang mereka rasakan. Ini menjadi modal yang baik,” katanya. Baca Juga: Indonesia Sukses Gelar Pertemuan Pertama Sherpa Negara-Negara G20, Seluruh Delegasi Negatif Covid-1
Metta mengatakan, banyak anak muda yang diakui secara nasional bahkan dunia, mampu memberi perubahan. Ia mengambil contoh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi yang di awal karir adalah seorang anak muda yang memberi perubahan.
Hal yang sama diyakini aktivis muda lingkungan hidup, Melati Wijsen. Bahkan Melati mengatakan, dirinya optimistis anak muda Indonesia akan mampu memberi arti dalam pembangunan. “Kolaborasi menjadi kata kunci dan banyak anak muda saat ini melakukannya. Saya optimistis. Dan G20 dimana Indonesia menjadi leader-nya menjadi peluang menujukkan potensi anak muda,” katanya.
Namun, begitu Melati berpesan kepada pemerintah untuk terus memberikan kepercayaan kepada anak muda mengisi pembangunan dengan kreativitasnya.
(don)