Nestapa Tumiran, Anaknya Tewas di Pangkuan dengan Tubuh Terbakar Kena Awan Panas Semeru

Jum'at, 10 Desember 2021 - 14:55 WIB
loading...
A A A
Nasib berkata lain. Meski detak jantung dan napasnya menunjukkan tanda-tanda kehidupan, namun Bawon akhirnya tak bisa diselamatkan. Sekujur tubuhnya terbakar dan sempat membuat Tukiran menitikkan air mata melihat kondisi sang putra.

"Iya, seluruh kulitnya gosong," ujar Tukiran yang sehari-hari bertahan hidup dari bertani ini.

Ia lantas bertutur kejadian yang semasa hidupnya di lereng Gunung Semeru paling menakutkan itu. Ia dan warga Dusun Curahkobokan lainnya tak menyadari akan bahaya letusan gunung tertinggi se-Pulau Jawa itu. "Jangankan tanda di atas, letusannya saja kami tidak mendengar," tuturnya lagi.

Yang ia tahu, kondisi awan menjadi gelap. Tak berselang lama, hujan turun disertai dengan abu vulkanik. Dari situlah ia menyadari jika gunung yang berada persis di depan rumahnya itu meletus. "Lalu saya keluar rumah dan mencari anak saya. Setelah itu, saya tidak berani pulang," cerita Tukiran lagi.

Tak hanya kehilangan putranya, Tukiran juga kehilangan hewan ternak piaraannya. Namun, itu bukan lantaran dampak letusan Gunung Semeru. "Pertama kali saya datang ke rumah, kambing-kambing saya masih ada lima. Tapi sehari kemudian, kambing-kambing itu hilang," akunya dan menyebut angka rupiah jika kambing-kambing itu dijual.

Tukiran mengakui jika erupsi Gunung Semeru kali ini paling dahsyat sepanjang umurnya tinggal di kampung Curahkobokan, Desa Supiturang, Kecamatan Pronojiwo. Melihat dampak yang ditimbulkan, ia mulai berpikir ulang untuk tetap tinggal di rumahnya yang kondisinya juga mengalami kerusakan cukup parah.



Bahkan, tak satupun dari ratusan rumah di kampungnya itu yang lolos dari amukan Semeru.
Meski tak memiliki tempat tinggal cadangan, ia tak lagi berpikir untuk membenahi rumahnya.

Hanya benda-benda yang menurutnya berharga saja yang ia selamatkan. "Siapa yang berani tinggal di kampung ini. Lihat saja bagaimana jika Semeru meletus lagi. Rumah ini akan saya tinggal," ungkap Tukiran.

Tukiran juga tak memiliki rencana untuk menetap di mana. Pasca erupsi Semeru, ia tingga sementara di rumah saudaranya di kampung sebelah. Ia hanya bisa pasrah dan tak memiliki rencana membangun rumah lantaran kondisi ekonominya.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2929 seconds (0.1#10.140)