Malioboro Antisipasi Lonjakan Pengunjung Sambut Nataru
loading...
A
A
A
JOGJAKARTA - Mengantisipasi meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan pada masa Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2022, di Kawasan Malioboro, Pemerintah Kota Yogyakarta menerapkan One Gate Sistem dan Aplikasi Sugeng Rawuh. Kebijakan ini bertujuan untuk mengantisipasi penyebaran Covid-19, meskipun capaian vaksinasi di Kota Yogyakarta sudah tuntas.
Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Yogyakarta Aman Yuriadijaya mengatakan, menjelang libur Natal dan Tahun Baru, agar protokol kesehatan tetap berjalan dengan baik, pemerintah Kota Yogyakarta sudah melakukan berbagai persiapan, salah satunya ialah dengan mengembangkan manajemen trasportasi bus wisata yang dinamakan One Gate Sistem.
“One Gate Sistem yang diluncurkan sejak 23 Oktober 2021 itu mengharuskan semua angkutan wisata melewati Terminal Giwangan. Sistem diberlakukan untuk memberikan rasa aman dan nyaman kepada masyaraka, dan juga untuk menghindari kemancetan,” katanya (Rabu 17/11/2021).
Kepela Dishub Kota Yogyakarta, Agus Arif Nugroho, mengatakan One Gate System atau sistem satu pintu ini mengharuskan bus-bus yang datang transit di Terminal Giwangan untuk pemeriksaan kelengkapan dokumen, terutama kelengkapan dokumen kesehatan para penumpangnya, salah satunya adalah bukti vaksin.
“Bus akan diperiksa bukti kelayakan kendaraan dan juga dokumen kesehatan para penumpang, di antaranya adalah bukti vaksin minimal dosis pertama,” katanya (Kamis, 18/11/2021).
Bus yang lolos skrining akan mendapat stiker dan kartu parkir di TKP yang sudah ditetapkan. Bus tanpa stiker dan kartu parkir dipastikan tidak bisa mengakses TKP wisata di Kota Yogyakarta
Pengetatan protokol kesehatan juga dilakukan di Kawasan Malioboro. Kepala Unit Pelayanan Teknis (UPT) Kawasan Cagar Budaya Yogyakarta Ekwanto, mengatakan pembatasan jumlah wisatawan yang datang ke Malioboro tidak bisa dilakukan dengan mudah. Untuk itu UPT Kawasan Cagar Budaya Yogyakarta bersama dengan Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta mengembangkan aplikasi Sugeng Rawung untuk memonitoring jumlah wisatawan yang masuk ke Kawasan Malioboro.
“Kawasan Malioboro ini berbeda dengan tempat wisata lainnya yang memiliki sistem tiket. Malioboro memiliki 17 pintu masuk, sehingga sangat sulit untuk mengatur arus masuk wisatawan. Untuk itu dibutuhkan suatu sistem yang terkoneksi dan mudah digunakan.” Katanya (Kamis, 18/11/2021).
Aplikasi Sugeng Rawuh sudah diterapkan sejak tanggal 26 Oktober 2021. Pengunjung yang datang ke kawasan Malioboro diwajibkan melalukan scan barcode di pintu-pintu masuk Malioboro.
“Saat ini di 17 pintu masuk Malioboro terdapat 2 petugas yang bertugas memperingatkan dan membantu para pengunjung untuk melakukan scan barcode sebelum masuk ke kawasan Malioboro.” Kata Ekwanto.
Melalui aplikasi ini UPT Kawasan Cagar Budaya Yogyakarta bisa mengetahui jumlah wisatawan yang berada di Kawasan Malioboro, sehingga pengaturan arus masuk wisatawan bisa dilakukan dengan baik. Selain itu, Ekwanto juga mengatakan, bahwa pengunjung Malioboro dibatasi waktu. Nantinya, pengunjung akan diberikan peringatan melalui WhatsApp di nomer telpon yang sudah dicantumkan di aplikasi Sugeng Rawuh.
“Waktu kunjung di Malioboro maksimal 2 jam dan untuk pengunjung yang menggunakan bus wisata waktu kunjung maksimal 3 jam.” ujarnya.
Penggunaan aplikasi tersebut dapat melengkapi kebijakan “one gate system” untuk pengaturan arus bus pariwisata di Kota Yogyakarta. Sedangkan untuk mengantisipasi lonjakan pengunjung, Ekwanto menuturkan bahwa UPT Kawasan Cagar Budaya Yogyakarta sudah berkoordinasi dengan berbagai pihak terkait, dan juga terus berusaha membuat Malioboro agar aman, dan nyaman untuk wisatawan.
UPT Kawasan Cagar Budaya Yogyakarta terus memastikan ketersediaan wastafel, melakukan penyemprotan air bersih, pembersihan sampah 3 sampai 6 kali sehari dan juga memonitoring harga di warung-warung kaki lima yang ada di kawasan Malioboro dan melakukan vaksinasi geratis kepada wisataawan yang belum vaksin.
“Kami juga menyediakan antigen dan vaksinasi geratis setiap Saptu dan Minggu. Namun, sampai saat ini, kami kesulitan untuk mendapatkan orang yang mau di vaksin, karena rata-rata orang yang masuk ke kawasan Malioboro sudah tervaksin.”
Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Yogyakarta Aman Yuriadijaya mengatakan, menjelang libur Natal dan Tahun Baru, agar protokol kesehatan tetap berjalan dengan baik, pemerintah Kota Yogyakarta sudah melakukan berbagai persiapan, salah satunya ialah dengan mengembangkan manajemen trasportasi bus wisata yang dinamakan One Gate Sistem.
“One Gate Sistem yang diluncurkan sejak 23 Oktober 2021 itu mengharuskan semua angkutan wisata melewati Terminal Giwangan. Sistem diberlakukan untuk memberikan rasa aman dan nyaman kepada masyaraka, dan juga untuk menghindari kemancetan,” katanya (Rabu 17/11/2021).
Kepela Dishub Kota Yogyakarta, Agus Arif Nugroho, mengatakan One Gate System atau sistem satu pintu ini mengharuskan bus-bus yang datang transit di Terminal Giwangan untuk pemeriksaan kelengkapan dokumen, terutama kelengkapan dokumen kesehatan para penumpangnya, salah satunya adalah bukti vaksin.
“Bus akan diperiksa bukti kelayakan kendaraan dan juga dokumen kesehatan para penumpang, di antaranya adalah bukti vaksin minimal dosis pertama,” katanya (Kamis, 18/11/2021).
Bus yang lolos skrining akan mendapat stiker dan kartu parkir di TKP yang sudah ditetapkan. Bus tanpa stiker dan kartu parkir dipastikan tidak bisa mengakses TKP wisata di Kota Yogyakarta
Pengetatan protokol kesehatan juga dilakukan di Kawasan Malioboro. Kepala Unit Pelayanan Teknis (UPT) Kawasan Cagar Budaya Yogyakarta Ekwanto, mengatakan pembatasan jumlah wisatawan yang datang ke Malioboro tidak bisa dilakukan dengan mudah. Untuk itu UPT Kawasan Cagar Budaya Yogyakarta bersama dengan Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta mengembangkan aplikasi Sugeng Rawung untuk memonitoring jumlah wisatawan yang masuk ke Kawasan Malioboro.
“Kawasan Malioboro ini berbeda dengan tempat wisata lainnya yang memiliki sistem tiket. Malioboro memiliki 17 pintu masuk, sehingga sangat sulit untuk mengatur arus masuk wisatawan. Untuk itu dibutuhkan suatu sistem yang terkoneksi dan mudah digunakan.” Katanya (Kamis, 18/11/2021).
Aplikasi Sugeng Rawuh sudah diterapkan sejak tanggal 26 Oktober 2021. Pengunjung yang datang ke kawasan Malioboro diwajibkan melalukan scan barcode di pintu-pintu masuk Malioboro.
“Saat ini di 17 pintu masuk Malioboro terdapat 2 petugas yang bertugas memperingatkan dan membantu para pengunjung untuk melakukan scan barcode sebelum masuk ke kawasan Malioboro.” Kata Ekwanto.
Melalui aplikasi ini UPT Kawasan Cagar Budaya Yogyakarta bisa mengetahui jumlah wisatawan yang berada di Kawasan Malioboro, sehingga pengaturan arus masuk wisatawan bisa dilakukan dengan baik. Selain itu, Ekwanto juga mengatakan, bahwa pengunjung Malioboro dibatasi waktu. Nantinya, pengunjung akan diberikan peringatan melalui WhatsApp di nomer telpon yang sudah dicantumkan di aplikasi Sugeng Rawuh.
“Waktu kunjung di Malioboro maksimal 2 jam dan untuk pengunjung yang menggunakan bus wisata waktu kunjung maksimal 3 jam.” ujarnya.
Penggunaan aplikasi tersebut dapat melengkapi kebijakan “one gate system” untuk pengaturan arus bus pariwisata di Kota Yogyakarta. Sedangkan untuk mengantisipasi lonjakan pengunjung, Ekwanto menuturkan bahwa UPT Kawasan Cagar Budaya Yogyakarta sudah berkoordinasi dengan berbagai pihak terkait, dan juga terus berusaha membuat Malioboro agar aman, dan nyaman untuk wisatawan.
UPT Kawasan Cagar Budaya Yogyakarta terus memastikan ketersediaan wastafel, melakukan penyemprotan air bersih, pembersihan sampah 3 sampai 6 kali sehari dan juga memonitoring harga di warung-warung kaki lima yang ada di kawasan Malioboro dan melakukan vaksinasi geratis kepada wisataawan yang belum vaksin.
“Kami juga menyediakan antigen dan vaksinasi geratis setiap Saptu dan Minggu. Namun, sampai saat ini, kami kesulitan untuk mendapatkan orang yang mau di vaksin, karena rata-rata orang yang masuk ke kawasan Malioboro sudah tervaksin.”
(atk)