Minyak Goreng Meroket, Harga Komoditas Lain Merangkak Naik Jelang Nataru

Senin, 15 November 2021 - 17:35 WIB
loading...
Minyak Goreng Meroket, Harga Komoditas Lain Merangkak Naik Jelang Nataru
Minyak goreng meroket, harga komoditas lain merangkak naik jelang Nataru.Foto/dok
A A A
BANDUNG - Belum selesai persoalan kenaikan harga minyak goreng , masyarakat kembali dibebani naiknya harga komoditas lain, khususnya jelang perayaan Natal dan Tahun Baru (Nataru).

Kenaikan harga komoditas selain minyak goreng tersebut diungkapkan langsung oleh Menteri Perdagangan (Mendag), Muhammad Lutfi seusai berkoordinasi dengan kepala dinas perindustrian dan perdagangan dari 34 provinsi di Indonesia yang digelar secara virtual dari Hotel Grand Preanger, Kota Bandung, Senin (15/11/2021).

Menurut Lutfi, rapat koordinasi yang digelar Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia (Kemendag RI) itu bertujuan untuk mencermati perkembangan stok dan harga bahan pokok jelang Nataru. "Kita memastikan stoknya dan harganya terjangkau," katanya.

Baca juga: 23 Tahanan Polres Batanghari di LPK Anak Jambi Kabur

Berdasarkan hasil rapat koordinasi tersebut, lanjut Lutfi, pihaknya mengakui bahwa sejumlah komoditas mulai mengalami kenaikan harga di tengah naiknya harga minyak goreng akibat dampak kondisi global

Menurut Lutfi, kenaikan harga minyak goreng diakibatkan kenaikan harga crude palm oil (CPO) di pasar internasional. Selain minyak goreng, kata Luthfi, kenaikan harga akibat kondisi global juga terjadi pada komoditas kedelai.

"Minyak goreng ini sekarang ini sudah mencapai level Rp16.000 hingga Rp17.000 untuk kemasan sederhana karena harga CPO," katanya.

Komoditas lain yang harganya kini mulai merangkak naik, lanjut Lutfi, yakni telur ayam ras dan cabai. Kenaikan harga komoditas tersebut diklaim tak lepas dari perubahan iklim seiring masuknya musim penghujan.

Lutfi mengatakan, kenaikan harga telur ayam ras terjadi setelah sebelumnya turun drastis. Namun begitu, kata Lutfi, kenaikan harga itu menurutnya masih wajar mengingat ongkos dari peternak mencapai Rp19.000-Rp21.000.

"Jadi harga yang wajar Rp24.000, jadi kita mesti memaklumi bahwa kita harus hidup berdampingan dan kita harus mem-protect petani telur ini," katanya.

Baca juga: Pariwisata Bandung Mulai Menggeliat, Wawali Bandung Ingatkan Wisatawan Jaga Prokes

Adapun komoditas cabai, lanjut Lutfi, harganya terpantau sudah naik 15 persen akibat musim hujan. Meski begitu, Lutfhi memastikan bahwa stok cabai masih aman hingga 1,5 bulan ke depan. "Cabai ini masalahnya dari siklus cuaca, yang biasanya kering dan basah mempengaruhi dari harga cabai," katanya.

Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Kemendag RI, Oka Nurwan mengatakan, kenaikan harga minyak goreng paling tinggi dialami minyak goreng curah mengingat masa pakainya sangat pendek jika dibandingkan minyak goreng kemasan yang bisa tahan hingga 1 tahun.

"Umur minyak goreng curah ini sangat pendek dan bergantung pada harga CPO internasional, jadi berpengaruh pada harga (eceran)," jelasnya.

Kemendag sendiri akan menggelontorkan 11 juta liter minyak goreng curah dan kemasan yang dibanderol Rp14.000 per liter untuk menekan harga minyak goreng.

Menurutnya, langkah itu pun akan diriingi edukasi pada publik bahwa kenaikan CPO di pasar global berpengaruh pada harga minyak curah. Adapun kebutuhan minyak goreng di Indonesia mencapai 410.000 ton per bulan yang diserap untuk minyak goreng kemasan, curah rumah tangga, dan industri.

"Yang digelontorkan (11 juta liter) ini sedikit, tapi itu biasanya kemasan sederhana 5 persen dari 410.000 (liter per bulan). Ini masih sedikit, makanya tidak bisa di borong, kalau diborong harganya murah nanti diguntingin jadi minyak curah dijual jadi Rp16.000," kata Oka.

Masih di tempat yang sama, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disindag) Jabar, M Arifin Soedjayana mengatakan, pihaknya masih menunggu distribusi minyak goreng murah tersebut dari Kemendag dimana penyalurannya akan melibatkan Asosiasi Pedagang Ritel Indonesia (Aprindo).

"Jabar menunggu berapa alokasinya untuk didistribusikan ke kabupaten/kota,” tuturnya.

Menurut Arifin, harga minyak goreng di Jabar sendiri terpantau Rp17.000 per liter.
Arifin pun berharap, hadirnya minyak goreng murah dari Kemendag RI dapat menekan harga hingga Rp14.000 per liter.

Adapun cabai merah, kata Arifin, memang mengalami kenaikan harga, namun tidak tinggi. Pihaknya bersama Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Holtikultura sudah melakukan koordinasi untuk mengantisipasi persoalan tersebut.

"Di sentra produksi sama kesulitan karena musim hujan, terus kami berkoordinasi dengan sektor hulu, di Jabar cukup banyak cabai. Untuk telur juga masih taraf wajar, minyak saja yang tinggi sampai Rp17.000," terang Arifin.

Pihaknya pun terus memantau perkembangan harga di lima pasar rakyat yang dijadikan objek pemantauan setiap harinya. Selain itu, pihaknya pun menyajikan informasi fluktuasi harga kebutuhan pokok secara realtime kepada masyarakat melalui media sosial.

"Saat ibu-ibu ke pasar sudah tahu. Kita juga memantau hujan dan bencana, kita sudah rapat sama Dishub dan Satgas Pangan agar tidak ada hambatan distribusi," tandasnya.
(msd)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2177 seconds (0.1#10.140)