Mpu Nambi, Sosok Penting yang Bantu Raden Wijaya Mendirikan Kerajaan Majapahit

Minggu, 14 November 2021 - 05:03 WIB
loading...
Mpu Nambi, Sosok Penting yang Bantu Raden Wijaya Mendirikan Kerajaan Majapahit
Akhir hidup Mpu Nambi di masa pemerintahan Prabu Jayanagara (1309-1328). Foto ilustrasi SINDOnews
A A A
JAKARTA - Munculnya Kerajaan Majapahit tidak terlepas dari peran seorang raja yaitu Raden Wijaya, selaku pendiri sekaligus raja pertama kerajaan itu. Namun, Raden Wijaya tidak sendirian dalam merintis kerjaan yang kemudian menguasai seluruh Nusantara itu. Ada sederet sosok yang jasa dan perannya sangat vital dalam merintis hingga mengembangkan Majapahit di masa-masa awal. Sosok itu salah satunya adalah Nambi.

Sebagai sosok sentral, Nambi tercatat namanya dalam Kitab Pararaton, Panji Wijayakrama, Kidung Harsawijaya, dan Kidung Sorandaka. Kitab dan Kidung tersebut menyoroti peran dan asal keturunan Nambi. Pararaton menulis bahwa ayah Nambi bernama Arya Wiraraja. Sedangkan dalam kedua kidung -Kidung Harsawijaya dan Kidung Sorandaka- dikatakan bahwa Nambi putra Pranaraja.

Terlepas dari perbedaan itu, yang jelas Nambi adalah sosok penting, sehingga menjadi perhatian para pujangga dan penulis di masanya. Bagaimana hubungannya dengan Raden Wijaya dan apa perannya dalam mendirikan, mempertahankan dan mengembangkan Kerajaan Majapahit, tercatat dalam Pararaton dan Kidung.

Dalam Kidung Harsawijaya dikisahkan bahwa Raden Wijaya salah satu yang turut mengungsi ke tempat Arya Wiraraja di Songeneb (sekarang Sumenep) ketika Kerajaan Singasari runtuh diserang pasukan Jayakatwang tahun 1292. Juga dikatakan dalam Kidung Harsawijaya bahwa Nambi adalah putra Arya Wiraraja yang baru kenal Raden Wijaya di Songeneb. Jadi, sejak pengungsian itu, Raden Wijaya mengenal Nambi, putra Arya Wiraraja.

Selanjutnya, Kidung Harsawijaya mengisahkan bahwa Nambi kemudian dikirim ayahnya untuk membantu Raden Wijaya membuka Hutan Terik untuk dijadikan sebuah pemukiman bernama Majapahit. Sedangkan Pararaton mengisahkan bahwa pada masa Raden Wijaya menyerang Kadiri tahun 1293, Nambi ikut dalam penyerangan dan berhasil membunuh Kebo Rubuh, seorang pengikut Jayakatwang.

Setelah Jayakatwang kalah pada 1293, Raden Wijaya membangun Kerajaan Majapahit. Raden Wijaya mengangkat diri menjadi raja pertama Kerajaan Majapahit. Nambi yang selama masa perjuangan telah memperlihatkan dedikasinya dipercaya Raden Wijaya untuk menjabat patih atau semacam perdana menteri. Nambi sebagai patih pertama di Majapahit diperkuat oleh prasasti Sukamerta (1296) yang memuat daftar nama para pejabat Majapahit. Tercatat dalam prasasti itu beberapa nama, salah satunya Rakryan Patih Mpu Tambi.

Namun pengangkatan Nambi sebagai patih tidak disukai Ranggalawe di Tuban, saudaranya sendiri. Ranggalawe menilai keputusan Raden Wijaya tidak tepat, sebab menurutnya, Nambi tidak terlalu hebat dalam berperang.

Dari ketiga sosok yang ikut merintis Majapahit yaitu Kebo Anabrang, Nambi dan Lembu Sora, menurut Ranggalawe, sosok Sora yang layak jadi patih karena hebat dalam urusan perang. Ketidakpuasan ini memicu apa yang dikenal dengan pemberontakan Ranggalawe pada 1295.

Untuk menghentikan gejolak di Tuban, Raden Wijaya menunjuk Nambi menumpas Ranggalawe. Dalam penyerangan itu, pasukan Majapahit yang dipimpin Nambi berhasil menghabisi Ranggalawe yang tewas di tangan Kebo Anabrang.

Tewasnya Ranggalawe membuat Arya Wiraraja marah besar, hingga membangun ibu kota berbenteng Kuto Renon atau Kota Marah. Jadi Kuto Renon adalah sebuah ibu kota berbenteng yang didirikan karena marah. Dampak lainnya dari tewasnya Ranggalawe itu, Nambi pun tidak diterima oleh Arya Wiraraja.

Mpu Nambi dalam pemerintahan Majapahit adalah salah seorang pendukung setia Wangsa Rajasa. Ini teruji saat ada pergolakan internal kerjaan. Nambi pula yang berperan menyingkirkan Tribuwana Tunggadewi sehingga suksesi kekuasaan ke Prabu Jayanagara, putra Raden Wijaya, berhasil.

Namun, kesuksesan ini menjadi petaka bagi Nambi. Dikisahkan, pada masa pemerintahan Prabu Jayanagara (1309-1328), Nambi masih menjabat sebagai patih. Jabatan patih ini ternyata diam-diam diincar juga oleh sosok licik bernama Mahapati. Dialah sosok yang selalu mengatur ketegangan hubungan Jayanagara dan Nambi.

Suatu hari tibalah waktunya bagi si licik kembali memainkan jurusnya untuk mencapai ambisi. Saat itu ada kabar bahwa ayah Nambi sakit keras. Nambi pun meminta restu Prabu Jayanegara untuk cuti pulang ke Lamajang (sekarang Lumajang), kampung ayahnya. Sesampainya di Lamajang, ayahnya ternyata sudah meninggal.

Melihat momen ini adalah peluang, Mahapati menyusul Nambi dengan modus melayat untuk menyampaikan ucapan duka cita dari Prabu Jayanegara. Lalu Mahapati menyarankan supaya Nambi memperpanjang cutinya dan Mahapati berjanji akan menyampaikannya kepada raja. Nambi yang tak menyadari itu jebakan, langsung menyetujui.

Namun, alih-alih menyampaikan ijin tambahan cuti bagi Nambi, Mahapati mengabarkan bahwa Nambi menolak untuk kembali ke istana. Bahkan, Nambi diceritakan sedang mempersiapkan pemberontakan. Mendengar kabar itu, Jayanagara marah dan menunjuk Mahapati memimpin pasukan menumpas Nambi.

Nambi, jelas kaget saat dikabarkan akan diserbu pasukan Majapahit pimpinan Mahapati. Dengan waktu yang relatif singkat, Nambi berusaha membangun benteng pertahanan di Gending dan Pejarakan. Namun persiapan itu tidak cukup kuat untuk mengalahkan pasukan Mahapati. Kedua benteng itu dengan mudah dihancurkan oleh pasukan Majapahit.

Nambi sekeluarga tewas dalam peperangan itu. Dalam Babad Pararaton diceritakan kejatuhan Lamajang pada tahun saka 'Naganahut-wulan' (Naga mengigit bulan). Dan dalam Babad Negarakertagama disebutkan kejatuhan Lamajang terjadi pada tahun 'Muktigunapaksarupa'. Keduanya menujukkan angka tahun 1238 Saka atau 1316 Masehi.

Jadi, Nambi gugur pada 1316 yang dalam versi Pararaton tewas dalam benteng pertahanannya di desa Rabut Buhayabang. Jatuhnya Lamajang ini membuat kota-kota pelabuhan lainnya seperti Sadeng dan Patukangan menerapkan perlawanan yang dikenal sebagai 'Pasadeng' atau perang sadeng.


Sumber:
-Wikipedia
-historia.id
-p2.unkris,ac.id
-okezone.com
-Mansur Hidayat, Sejarah Lumajang: Melacak Ketokohan Arya Wiraraja dan Keemasan Lamajang
(don)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2336 seconds (0.1#10.140)