Operasi Zero PMKS di Kota Makassar Masih Setengah Hati
loading...
A
A
A
MAKASSAR - Operasi zero anjal dan gepeng alias Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) di jalan-jalan raya masih belum efektif. Penertiban masih setengah hati.
Gerakan zero anak jalanan dan gelandangan atau pengemis ini sudah dijalankan sejak 21 September lalu. Satpol PP bersama Dinas Sosial (Dinsos) Kota Makassar rutin melakukan operasi setiap hari di jalan-jalan protokol kota.
Hanya saja, operasi tersebut dilakukan secara parsial. Tim gabungan Satpol PP dan Dinsos Kota Makassar hanya turun pada pagi dan sore hari saja. Selebihnya, anjal dan gepeng yang berkeliaran dibiarkan begitu saja.
Keberadaan anjal dan gepeng pun kini cenderung bergeser ke jalan-jalan alternatif. Pantauan SINDO, di persimpangan Jalan Batua Raya-Jalan Abdullah Dg Sirua-Jalan Taman Makam Pahlawan misalnya, anjal dan gepeng kerap ditemui. Bahkan hingga malam hari.
Kemudian, hal serupa juga kerap terjadi di persimpangan Jalan Adyaksa Baru-Jalan Abdullah Dg Sirua. Keberadaan anjal dan gepeng itu tak kenal waktu. Tak peduli walau matahari menyengat kulitnya di siang hari.
Di Jalan RSI Faisal juga demikian. Anjal dan gepeng masih kerap muncul secara bergantian. Mereka menyasar pengunjung di tempat-tempat usaha seperti warung kopi alias warkop.
Plt Kepala Satpol PP Kota Makassar , Iqbal Asnan enggan berkomentar banyak terkait kondisi tersebut. Namun, ia mengaku operasi penertiban zero anjal dan gepeng ini sudah dilakukan setiap hari secara masif di beberapa wilayah.
“Zero anjal adalah giat penertiban dengan basis partisipasi wilayah. Targetnya pagi dan sore hari bisa steril,” terang Iqbal dengan singkat.
Iqbal berdalih, program operasi zero anjal dan gepeng ini memang bukan solusi kemiskinan. Makanya, setelah penertiban dilakukan pihaknya tidak bisa menjamin mereka akan turun kembali ke jalan atau tidak.
“Zero anjal memang bukan solusi kemiskinan. Zero anjal adalah program penertiban, bukan pembinaan ataupun pemberdayaan,” tukasnya.
Data yang dihimpun SINDOnews, sejak 21 September hingga 23 Oktober operasi ini sudah menjaring 236 anjal dan gepeng di beberapa wialayah. Dengan rincian, 89 di Kecamatan Ujung Pandang, 9 di Kecamatan Mariso, 12 di Kecamatan Mamajang, dan 19 di Kecamatan Makassar.
Kemudian ada 38 anjal dan gepeng di Kecamatan Panakkukang, 4 di Kecamatan Tamalate, 19 di Kecamatan Rappocini, 17 di Kecamatan Bontoala, 5 di Kecamatan Tamalanrea, dan 24 di Kecamatan Biringkanaya.
Sebelumnya, Sekretaris Dinsos Kota Makassar, Muhyiddin mengakui fenomena ini masih cukup menjamur. Bahkan, keberadaan anjal dan gepeng ini diduga sebagai bentuk eksploitasi. Khususnya terhadap anak.
"Itu kalau kita turun ke jalan pasti dapat, seperti kemarin itu di Pettarani, orang tuanya hanya duduk menonton, yang disuruh mengemis anaknya ini, sangat miris," tuturnya.
Padahal, kata dia, beberapa dari mereka yang terjaring merupakan masyarakat penerima manfaat Program Keluarga Harapan (PKH). Sayangnya, masih menjadikan kebiasaan mengemis sebagai cara menadapatkan nafkah.
"Kita sudah tanya mereka baik-baik, karena ini sebenarnya melanggar undang-undang perlindungan anak," tandasnya.
Gerakan zero anak jalanan dan gelandangan atau pengemis ini sudah dijalankan sejak 21 September lalu. Satpol PP bersama Dinas Sosial (Dinsos) Kota Makassar rutin melakukan operasi setiap hari di jalan-jalan protokol kota.
Hanya saja, operasi tersebut dilakukan secara parsial. Tim gabungan Satpol PP dan Dinsos Kota Makassar hanya turun pada pagi dan sore hari saja. Selebihnya, anjal dan gepeng yang berkeliaran dibiarkan begitu saja.
Keberadaan anjal dan gepeng pun kini cenderung bergeser ke jalan-jalan alternatif. Pantauan SINDO, di persimpangan Jalan Batua Raya-Jalan Abdullah Dg Sirua-Jalan Taman Makam Pahlawan misalnya, anjal dan gepeng kerap ditemui. Bahkan hingga malam hari.
Kemudian, hal serupa juga kerap terjadi di persimpangan Jalan Adyaksa Baru-Jalan Abdullah Dg Sirua. Keberadaan anjal dan gepeng itu tak kenal waktu. Tak peduli walau matahari menyengat kulitnya di siang hari.
Di Jalan RSI Faisal juga demikian. Anjal dan gepeng masih kerap muncul secara bergantian. Mereka menyasar pengunjung di tempat-tempat usaha seperti warung kopi alias warkop.
Plt Kepala Satpol PP Kota Makassar , Iqbal Asnan enggan berkomentar banyak terkait kondisi tersebut. Namun, ia mengaku operasi penertiban zero anjal dan gepeng ini sudah dilakukan setiap hari secara masif di beberapa wilayah.
“Zero anjal adalah giat penertiban dengan basis partisipasi wilayah. Targetnya pagi dan sore hari bisa steril,” terang Iqbal dengan singkat.
Iqbal berdalih, program operasi zero anjal dan gepeng ini memang bukan solusi kemiskinan. Makanya, setelah penertiban dilakukan pihaknya tidak bisa menjamin mereka akan turun kembali ke jalan atau tidak.
“Zero anjal memang bukan solusi kemiskinan. Zero anjal adalah program penertiban, bukan pembinaan ataupun pemberdayaan,” tukasnya.
Baca Juga
Data yang dihimpun SINDOnews, sejak 21 September hingga 23 Oktober operasi ini sudah menjaring 236 anjal dan gepeng di beberapa wialayah. Dengan rincian, 89 di Kecamatan Ujung Pandang, 9 di Kecamatan Mariso, 12 di Kecamatan Mamajang, dan 19 di Kecamatan Makassar.
Kemudian ada 38 anjal dan gepeng di Kecamatan Panakkukang, 4 di Kecamatan Tamalate, 19 di Kecamatan Rappocini, 17 di Kecamatan Bontoala, 5 di Kecamatan Tamalanrea, dan 24 di Kecamatan Biringkanaya.
Sebelumnya, Sekretaris Dinsos Kota Makassar, Muhyiddin mengakui fenomena ini masih cukup menjamur. Bahkan, keberadaan anjal dan gepeng ini diduga sebagai bentuk eksploitasi. Khususnya terhadap anak.
"Itu kalau kita turun ke jalan pasti dapat, seperti kemarin itu di Pettarani, orang tuanya hanya duduk menonton, yang disuruh mengemis anaknya ini, sangat miris," tuturnya.
Padahal, kata dia, beberapa dari mereka yang terjaring merupakan masyarakat penerima manfaat Program Keluarga Harapan (PKH). Sayangnya, masih menjadikan kebiasaan mengemis sebagai cara menadapatkan nafkah.
"Kita sudah tanya mereka baik-baik, karena ini sebenarnya melanggar undang-undang perlindungan anak," tandasnya.
(agn)