BI Dorong UMKM Sumsel Tembus Pasar Global

Sabtu, 23 Oktober 2021 - 07:05 WIB
loading...
BI Dorong UMKM Sumsel Tembus Pasar Global
Bank Indonesia mendorong UMKM kerajinan tangan asal Sumatera Selatan (Sumsel) mampu menembus pasar global karena pangsa pasar ekspor yang ditawarkan terbilang besar. Foto iSINDOnews
A A A
PALEMBANG - Bank Indonesia mendorong Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) kerajinan tangan asal Sumatera Selatan (Sumsel) mampu menembus pasar global karena pangsa pasar ekspor yang ditawarkan terbilang besar.

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumsel, Hari Widodo mengatakan, permintaan terhadap produk-produk khas daerah dari luar negeri dinilai masih tinggi, namun hal ini kurang diminati oleh pelaku UMKM di Sumsel. Baca juga: Indonesia Tawarkan 3 Proyek Investasi Sektor Energi Terbarukan kepada Jepang

"Tidak semua produk bisa diekspor, karena sebenarnya permintaan domestik juga tinggi di sini, tapi kenapa tidak melirik ekspor padahal ada demand-nya juga," ujar Hari dalam acara bincang media jelang kegiatan Semarak UMKM Sriwijaya, Jumat (22/10/2021).

Dijelaskan Hari, pihaknya mendorong UMKM menembus pasar global karena nilai ekspor merupakan salah satu komponen yang berpengaruh pada pembentukan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), selain konsumsi pemerintah, konsumsi rumah tangga dan investasi.

"Untuk produk kriya Sumsel, peluang menembus pasar ekspor itu sangat terbuka karena memiliki beragam produk lokal bernilai jual tinggi yang menggunakan bahan baku ramah lingkungan," jelasnya.

Sumsel memiliki produk anyaman kain yang menggunakan daun purun, eceng gondok, rotan dan bambu. Selain itu, produk kain khas daerah yang dihasilkan sejumlah kabupaten/kota juga sangat layak dimunculkan ke pasar ekspor.

"Seperti kain songket, bisa diaplikasikan untuk dibuat jadi scraf atau syal, karena mereka juga tidak mungkin memakai kain," kata Hari.

Untuk mengetahui minat pasar global ini, BI sempat mendatangkan kurator asal New York untuk memberikan pemahaman ke para pelaku UMKM, dan acara bincang-bincang dengan para reseller dari berbagai negara.

"BI juga memerintahkan perwakilan di Singapura dalam mengawal pelaku UMKM untuk mengikuti sejumlah pameran, hingga memberikan beragam pelatihan webinar mengenai tata niaga ekspor barang," ungkap Hari.

Pengawalan yang dilakukan BI bersinergi dengan beberapa pihak ini tidak lain karena menyadari bahwa UMKM memiliki keterbatasan, baik dari sisi pengetahuan hingga teknologi.

Pada umumnya pelaku UMKM dapat membuat kesepakatan dengan pembeli di luar negeri, namun kerap dihadapkan persoalan ketika buyer meminta produk dalam jumlah yang besar.

"Umumnya UMKM bermasalah pada ketersediaan bahan baku, misal menyediakan daun purun untuk memenuhi permintaan anyaman, sehingga mereka sulit untuk menjaga kuantitas dan kualitas," ujar Hari.

Terlepas dari beragam persoalan itu, lanjut Hari, sebenarnya UMKM sudah layak menjajal pasar global, karena selama pandemi ini sebagian besar sudah mengaplikasikan digital marketing dan digital payment.

"Dari catatan BI, dari 295 ribu merchant di Sumsel terdapat 90 persen pelaku UMKM yang sudah menerapkan digitalisasi. Saat ini BI sedang menjalin kerja sama dengan perusahaan perantara (aggregator) untuk membuka akses pasar pelaku UMKM ke luar negeri. Inilah salah satu solusinya," ucapnya.
(don)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1151 seconds (0.1#10.140)