Relawan FK Unair Jadi Ksatria Pemberantas Hoax Vaksinasi di Kepulauan Madura
loading...
A
A
A
SURABAYA - Setelah satu bulan mengarungi lautan menyisir kepulauan Sumenep, Madura, Rumah Sakit Terapung Ksatria Airlangga (RSTKA) berlabuh kembali ke Surabaya, 4 Oktober 2021 lalu.
Perjalanan kapal milik keluarga besar Unair ini, membawa misi pemberantasan hoax tentang vaksinasi yang masih tumbuh subur di masyarakat . Misi ini dinamai MARCO-19 ( Madura Sadar COVID-19).
Makin spesial karena misi ini digawangi oleh dokter-dokter baru lulusan Fakultas Kedokteran Unair yang dilantik Juli 2021 lalu. Ada 8 dokter baru lulusan FK UNAIR yang menjalankan misi ini. Mereka masuk dalam Tim Penelitian dan Persuasi.
Baca juga: Bantu Percepat Kesejahteraan Masyarakat, Ketua DPD RI Sambut Baik KEK Gresik
Selain menjalankan misi pemberantasan hoax, mereka juga sekaligus melakukan penelitian tentang persepsi masyarakat di kepulauan Madura mengenai vaksinasi COVID-19. Tak tanggung-tanggung, 7 bakal penelitian lahir dari sini.
Dokter Sherly Yolanda, Ketua Tim Penelitian dan Persuasi menuturkan, misi ini bermula ketika para dokter lulusan FK UNAIR ini melakukan Webinar Awam seputar COVID-19. Saat itu, ia menjadi salah satu pemateri yang memaparkan tentang hoax COVID-19 yang beredar di masyarakat beserta cara menangkisnya.
“Rupanya, Direktur RSTKA, dr. Agus Harianto, Sp.B, mengikuti webinar kami. Beliau tertarik dan menantang kami bagaimana jika kami terjun memberantas hoax langsung di masyarakat,” tuturnya.
Baca juga: Jalankan Misi Marco-19, RS Terapung Ksatria Airlangga Sukses Arungi 12 Kepulauan Madura
Dari situ, akhirnya delapan dokter itulah yang menyanggupi tantagan pemberantasan hoax. Namun rupanya misi ini tak semudah dari apa yang mereka paparkan dalam forum yang notabene, pesertanya adalah orang-orang yang melek teknologi.
Di pedalaman, hoax tentang Vaksinasi COVID-19 mengakar dan dipercayai oleh masyarakat. Terutama di Kepualauan Sumenep. Ini juga yang menyebabkan cakupan vaksinasi di berada di urutan terendah dari kabupaten lain di Jatim, yakni di Angka 12, 33 persen.
“Banyak hoax yang dipercaya masyarakat. Bahkan mereka seakan menunjukan buktinya. Seperti setelah vaksin bisa meninggal. Bahkan ada hoax yang mengatakan tangan bisa luka borokan setelah vaksin,” ujarnya.
Baca juga: Misteri Wisma Tumapel, Bangunan Angker Tempat Penginapan Petinggi Belanda
Dokter Pandit Bagus Tri Saputra selaku wakil menambahkan, pihaknya melakukan pendekatan persuasif dalam meluruskan isu hoax ini. Dalam mengedukasi masyarakat. Tidak langsung memberi tahu apalagi menyalahkan.
“Pendekatan kami adalah dengan lebih banyak mendengar. Seperti apa persepsi mereka. Baru di sela-sela itu dengan cara yang halus, kami memberi tahu bahwa yang mereka yakini tidak benar dan vaksin ini aman,” tambahnya.
Upaya yang dilakukan pun luar biasa. Bahkan timnya juga mendatangi sumber pembawa berita hoax langsung.
“Upaya kami juga berhasil tak lepas karena kami melibatkan lintas sector. Mulai dari perangkat desa, TNI, POLRI, dan yang paling penting dan berpengaruh, tokoh agama dan tokoh masyarakat di sana,” imbuhnya.
Tak tanggung-tanggung, lewat misi ini, RSTKA telah berhasil membantu Pemrov Jatim dalam melakukan percepatan vaksinasi. Setidaknya 3000 dosis vaksinasi telah berhasil disuntikkan kepada masyarakat.
“Lokasi vaksinasi pun jauh berbeda dari lokasi vaksinasi di Surabaya, kami vaksinasi di dermaga, tepi pantai, rumah warga,” tambahnya.
Bantu Lahirkan Bayi Kembar yang Bernama Ksatria dan Airlangga.
Selain dokter baru yang bertugas dalam misi penelitian dan edukasi, dokter spesialis serta 6 mahasiswa PPDS dari Departemen Obgyn, Anestesi dan Bedah juga terlibat dalam perjalanan ini. Mereka melaksanakan tugas pelayanan medis. Seperti yang biasa dilakukan di RSTKA.
Sebanyak 17 tindakan bedah mayor dan 44 tindakan bedah minor telah dilaksanakan dalam misi ini. Melayani screening kepada 7 ibu hamil serta melaksanakan 4 tindakan sesar yang melahirkan lima bayi, satu diantaranya melahirkan bayi kembar yang diberi nama Ksatria dan Airlangga.
Dapat Apresiasi dari Dekan
Dekan FK UNAIR, Prof Dr. dr. Budi Santoso, Sp. OG (K) mengapresiasi dedikasi para dokter ini. Karenanya, Rabu (13/0) dekan menyambut kepulangan mereka di Ruang Sidang A FK UNAIR. Prosesi penyambutan juga dihadiri oleh ketua Ikatan Alumni FK UNAIR, dr. Nizar Yamanie Sp.S (K), Direktur RSTKA, serta Wakil Dekan 1 FK UNAIR, Dr. Ahmad Chusnu Romdhoni, Sp. THT-KL (K), FICS.
“Kami melihat apa yang adik-adik lakukan ini luar biasa. Setelah lulus sembari menunggu internship, adik-adik ini melakukan salah satu Tri Dharma Perguruan Tinggi, dengan melakukan edukasi ke masyarakat sekaligus membantu Pemprov Jatim dalam percepatan vaksinasi,” tambahnya.
Sebagai bentuk apresiasi, dekan memberikan sertifikat. Apresiasi juga diberikan dalam bentuk uang dengan nominal satu juta rupiah kepada 8 dokter baru. Serta 1,5 juta rupiah kepada 6 dokter PPDS.
“Alhamdulillah ini nanti masing-masing akan ditambahi juga senilai 1 juta rupiah kepada ketua IKA FK UNAIR,” tambahnya.
Apresiasi ini diberikan secara simbolis kepada para dokter yang hadir dalam penyambutan ini. Selain Dokter Sherly dan Dokter Pandit, turut hadir Dokter Faradila Budi Saputri, Dokter Sandhilino Bagus Pratama dan Dokter Siti Nurul Jannah.
Selain itu juga hadir Dokter Erlyta Zulfaizah, Dokter Neisya intan Cahyaningtyas Agung Putri dan Dokter Kadek Dhanya Chandita.
Dari perwakilan PPDS, turut hadir Dokter Yohanis Timang, PPDS Obgin dan Dokter Pirhot L.M.Y Siahaan, dokter PPDS Anestesi.
Perjalanan kapal milik keluarga besar Unair ini, membawa misi pemberantasan hoax tentang vaksinasi yang masih tumbuh subur di masyarakat . Misi ini dinamai MARCO-19 ( Madura Sadar COVID-19).
Makin spesial karena misi ini digawangi oleh dokter-dokter baru lulusan Fakultas Kedokteran Unair yang dilantik Juli 2021 lalu. Ada 8 dokter baru lulusan FK UNAIR yang menjalankan misi ini. Mereka masuk dalam Tim Penelitian dan Persuasi.
Baca juga: Bantu Percepat Kesejahteraan Masyarakat, Ketua DPD RI Sambut Baik KEK Gresik
Selain menjalankan misi pemberantasan hoax, mereka juga sekaligus melakukan penelitian tentang persepsi masyarakat di kepulauan Madura mengenai vaksinasi COVID-19. Tak tanggung-tanggung, 7 bakal penelitian lahir dari sini.
Dokter Sherly Yolanda, Ketua Tim Penelitian dan Persuasi menuturkan, misi ini bermula ketika para dokter lulusan FK UNAIR ini melakukan Webinar Awam seputar COVID-19. Saat itu, ia menjadi salah satu pemateri yang memaparkan tentang hoax COVID-19 yang beredar di masyarakat beserta cara menangkisnya.
“Rupanya, Direktur RSTKA, dr. Agus Harianto, Sp.B, mengikuti webinar kami. Beliau tertarik dan menantang kami bagaimana jika kami terjun memberantas hoax langsung di masyarakat,” tuturnya.
Baca juga: Jalankan Misi Marco-19, RS Terapung Ksatria Airlangga Sukses Arungi 12 Kepulauan Madura
Dari situ, akhirnya delapan dokter itulah yang menyanggupi tantagan pemberantasan hoax. Namun rupanya misi ini tak semudah dari apa yang mereka paparkan dalam forum yang notabene, pesertanya adalah orang-orang yang melek teknologi.
Di pedalaman, hoax tentang Vaksinasi COVID-19 mengakar dan dipercayai oleh masyarakat. Terutama di Kepualauan Sumenep. Ini juga yang menyebabkan cakupan vaksinasi di berada di urutan terendah dari kabupaten lain di Jatim, yakni di Angka 12, 33 persen.
“Banyak hoax yang dipercaya masyarakat. Bahkan mereka seakan menunjukan buktinya. Seperti setelah vaksin bisa meninggal. Bahkan ada hoax yang mengatakan tangan bisa luka borokan setelah vaksin,” ujarnya.
Baca juga: Misteri Wisma Tumapel, Bangunan Angker Tempat Penginapan Petinggi Belanda
Dokter Pandit Bagus Tri Saputra selaku wakil menambahkan, pihaknya melakukan pendekatan persuasif dalam meluruskan isu hoax ini. Dalam mengedukasi masyarakat. Tidak langsung memberi tahu apalagi menyalahkan.
“Pendekatan kami adalah dengan lebih banyak mendengar. Seperti apa persepsi mereka. Baru di sela-sela itu dengan cara yang halus, kami memberi tahu bahwa yang mereka yakini tidak benar dan vaksin ini aman,” tambahnya.
Upaya yang dilakukan pun luar biasa. Bahkan timnya juga mendatangi sumber pembawa berita hoax langsung.
“Upaya kami juga berhasil tak lepas karena kami melibatkan lintas sector. Mulai dari perangkat desa, TNI, POLRI, dan yang paling penting dan berpengaruh, tokoh agama dan tokoh masyarakat di sana,” imbuhnya.
Tak tanggung-tanggung, lewat misi ini, RSTKA telah berhasil membantu Pemrov Jatim dalam melakukan percepatan vaksinasi. Setidaknya 3000 dosis vaksinasi telah berhasil disuntikkan kepada masyarakat.
“Lokasi vaksinasi pun jauh berbeda dari lokasi vaksinasi di Surabaya, kami vaksinasi di dermaga, tepi pantai, rumah warga,” tambahnya.
Bantu Lahirkan Bayi Kembar yang Bernama Ksatria dan Airlangga.
Selain dokter baru yang bertugas dalam misi penelitian dan edukasi, dokter spesialis serta 6 mahasiswa PPDS dari Departemen Obgyn, Anestesi dan Bedah juga terlibat dalam perjalanan ini. Mereka melaksanakan tugas pelayanan medis. Seperti yang biasa dilakukan di RSTKA.
Sebanyak 17 tindakan bedah mayor dan 44 tindakan bedah minor telah dilaksanakan dalam misi ini. Melayani screening kepada 7 ibu hamil serta melaksanakan 4 tindakan sesar yang melahirkan lima bayi, satu diantaranya melahirkan bayi kembar yang diberi nama Ksatria dan Airlangga.
Dapat Apresiasi dari Dekan
Dekan FK UNAIR, Prof Dr. dr. Budi Santoso, Sp. OG (K) mengapresiasi dedikasi para dokter ini. Karenanya, Rabu (13/0) dekan menyambut kepulangan mereka di Ruang Sidang A FK UNAIR. Prosesi penyambutan juga dihadiri oleh ketua Ikatan Alumni FK UNAIR, dr. Nizar Yamanie Sp.S (K), Direktur RSTKA, serta Wakil Dekan 1 FK UNAIR, Dr. Ahmad Chusnu Romdhoni, Sp. THT-KL (K), FICS.
“Kami melihat apa yang adik-adik lakukan ini luar biasa. Setelah lulus sembari menunggu internship, adik-adik ini melakukan salah satu Tri Dharma Perguruan Tinggi, dengan melakukan edukasi ke masyarakat sekaligus membantu Pemprov Jatim dalam percepatan vaksinasi,” tambahnya.
Sebagai bentuk apresiasi, dekan memberikan sertifikat. Apresiasi juga diberikan dalam bentuk uang dengan nominal satu juta rupiah kepada 8 dokter baru. Serta 1,5 juta rupiah kepada 6 dokter PPDS.
“Alhamdulillah ini nanti masing-masing akan ditambahi juga senilai 1 juta rupiah kepada ketua IKA FK UNAIR,” tambahnya.
Apresiasi ini diberikan secara simbolis kepada para dokter yang hadir dalam penyambutan ini. Selain Dokter Sherly dan Dokter Pandit, turut hadir Dokter Faradila Budi Saputri, Dokter Sandhilino Bagus Pratama dan Dokter Siti Nurul Jannah.
Selain itu juga hadir Dokter Erlyta Zulfaizah, Dokter Neisya intan Cahyaningtyas Agung Putri dan Dokter Kadek Dhanya Chandita.
Dari perwakilan PPDS, turut hadir Dokter Yohanis Timang, PPDS Obgin dan Dokter Pirhot L.M.Y Siahaan, dokter PPDS Anestesi.
(msd)