Kekerasan Terhadap Anak Usia Dini Masih Saja Terjadi Selama Pandemi
loading...
A
A
A
SURABAYA - Kekerasan pada anak usia dini terus saja terjadi, termasuk di tengah pandemi COVID-19. Dinas Pengendalian Penduduk, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP5A) bersama Bunda Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Kota Surabaya menggelar sosialisasi deteksi dini pencegahan dan penanganan kekerasan terhadap perempuan dan anak di masa pandemi COVID-19, Selasa (12/10/2021).
Bunda PAUD Kota Surabaya, Rini Indriyani menuturkan, pandemi COVID-19 memiliki dampak yang sangat luar biasa kepada anak-anak. Sebab, anak-anak disibukkan dengan pembelajaran secara daring yang membuat mereka semakin leluasa memanfaatkan gadget.
Baca juga: Belajar Jangan Hanya di Kelas, Wagub Jatim Dorong Inovasi Baru Sistem Pembelajaran
“Sekarang ini pada masa pandemi cukup berpengaruh terutama pada anak-anak. Bagaimana kebiasaan memakai gadget dan tidak jauh dari media sosial (medsos) sudah menjadi kebiasaan sehari-hari. Salah satu pengaruh negatifnya adalah dari medsos, memicu munculnya pembullyan, karena kekerasan pada anak tidak hanya secara fisik, tetapi juga secara mental,” ujar Rini.
Ia melanjutkan, kekerasan mental yang terjadi, biasanya dilakukan tanpa disadari oleh anak-anak. Alhasil anak-anak tersebut mulai terbiasa melakukan hal itu secara berulang-ulang.
“Tanpa disadari oleh anak-anak tersebut bisa membuat anak-anak melakukan pembullyan di media sosial, parahnya pembullyan yang mungkin mereka tidak tahu, lalu ikut-ikutan sehingga menjadi kebanggan, nah itu yang perlu kita antisipasi dan kita deteksi,” jelasnya.
Menurutnya, para Bunda Paud harus mempunyai kekuatan yang luar biasa dengan kepedulian dan empatinya untuk memberikan pendampingan dan pengetahuan kepada anak-anak sejak usia dini.
“Karena itu kekerasan dini pada anak itu harus kita hentikan dan harus kita antisipasi. Saya rasa disinilah tugas kita sebagai Bunda Paud bisa memberikan pendampingan dan pengetahuan. Kemudian bagaimana kita harus bisa menyampaikan hal itu kepada anak-anak dengan cara komunikasi yang mudah dipahami,” ungkapnya.
Sebenarnya, katanya, bahwa permasalahan kekerasan mental pada anak bisa berlanjut hingga anak tersebut tumbuh dewasa. Maka peran orang tua juga dirasa cukup penting untuk tumbung kembang anak.
“Sebab ini akan sangat berpengaruh dengan kehidupan mereka kelak. Jika dari kecil mereka mendapatkan pembullyan atau kekerasan secara mental, maka akan mempengaruhi sikap dan kebiasaan ketika mereka sudah dewasa. Kita sebagai orang tua yang harus memberikan ilmu, cara mendidik itu sangat berpengaruh hingga mereka dewasa. Mudah-mudahan orang tua yang ada di Surabaya bisa mengerti, bahwa mendidik anak sangat penting,” jelasnya.
Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt) Kepala DP5A Surabaya Antiek Sugiharti memastikan, bahwa kegiatan sosialisasi deteksi dini pencegahan dan penanganan kekerasan pada anak di masa pandemi COVID-19 dengan target Bunda Paud yang berada di 154 kelurahan di Kota Surabaya.
“Bunda Paud yang berinteraksi dengan anak-anak, sehingga kami akan bekali, kami berikan triknya, supaya ibu bisa mendeteksi sejak dini apakah anak didiknya di lingkungan tersebut menjadi korban atau pelaku kekerasan,” ujar Antiek.
Ia menambahkan, kegiatan ini adalah kegiatan dari dana alokasi khusus Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Anak Republik Indonesia, dari Kegiatan Kekerasan Perempuan dan Anak, Khususnya Korban Tindak Pidana Perdagangan Orang.
Selain itu, Antiek juga memaparkan bahwa, di masa pandemi angka kekerasan pada anak meningkat dan angka permintaan atau rekomendasi pernikahan dini juga ikut meningkat
“Latar belakang inilah yang mendasari kegiatan kami, saat ini adalah bagaimana cara mendidik anak, bagaimana hak dan kewajiban pada anak. Kami berharap Bunda Paud sebagai pembimbing dan pendamping perjalanan anak-anak di usia dini, sehingga kalau sudah mendapatkan bekal atau pengetahuan anak-anak ini dengan cara yang tepat dan benar, Insyaallah anak-anak ini akan menjadi lebih baik,” katanya.
Bunda PAUD Kota Surabaya, Rini Indriyani menuturkan, pandemi COVID-19 memiliki dampak yang sangat luar biasa kepada anak-anak. Sebab, anak-anak disibukkan dengan pembelajaran secara daring yang membuat mereka semakin leluasa memanfaatkan gadget.
Baca juga: Belajar Jangan Hanya di Kelas, Wagub Jatim Dorong Inovasi Baru Sistem Pembelajaran
“Sekarang ini pada masa pandemi cukup berpengaruh terutama pada anak-anak. Bagaimana kebiasaan memakai gadget dan tidak jauh dari media sosial (medsos) sudah menjadi kebiasaan sehari-hari. Salah satu pengaruh negatifnya adalah dari medsos, memicu munculnya pembullyan, karena kekerasan pada anak tidak hanya secara fisik, tetapi juga secara mental,” ujar Rini.
Ia melanjutkan, kekerasan mental yang terjadi, biasanya dilakukan tanpa disadari oleh anak-anak. Alhasil anak-anak tersebut mulai terbiasa melakukan hal itu secara berulang-ulang.
“Tanpa disadari oleh anak-anak tersebut bisa membuat anak-anak melakukan pembullyan di media sosial, parahnya pembullyan yang mungkin mereka tidak tahu, lalu ikut-ikutan sehingga menjadi kebanggan, nah itu yang perlu kita antisipasi dan kita deteksi,” jelasnya.
Menurutnya, para Bunda Paud harus mempunyai kekuatan yang luar biasa dengan kepedulian dan empatinya untuk memberikan pendampingan dan pengetahuan kepada anak-anak sejak usia dini.
“Karena itu kekerasan dini pada anak itu harus kita hentikan dan harus kita antisipasi. Saya rasa disinilah tugas kita sebagai Bunda Paud bisa memberikan pendampingan dan pengetahuan. Kemudian bagaimana kita harus bisa menyampaikan hal itu kepada anak-anak dengan cara komunikasi yang mudah dipahami,” ungkapnya.
Sebenarnya, katanya, bahwa permasalahan kekerasan mental pada anak bisa berlanjut hingga anak tersebut tumbuh dewasa. Maka peran orang tua juga dirasa cukup penting untuk tumbung kembang anak.
“Sebab ini akan sangat berpengaruh dengan kehidupan mereka kelak. Jika dari kecil mereka mendapatkan pembullyan atau kekerasan secara mental, maka akan mempengaruhi sikap dan kebiasaan ketika mereka sudah dewasa. Kita sebagai orang tua yang harus memberikan ilmu, cara mendidik itu sangat berpengaruh hingga mereka dewasa. Mudah-mudahan orang tua yang ada di Surabaya bisa mengerti, bahwa mendidik anak sangat penting,” jelasnya.
Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt) Kepala DP5A Surabaya Antiek Sugiharti memastikan, bahwa kegiatan sosialisasi deteksi dini pencegahan dan penanganan kekerasan pada anak di masa pandemi COVID-19 dengan target Bunda Paud yang berada di 154 kelurahan di Kota Surabaya.
“Bunda Paud yang berinteraksi dengan anak-anak, sehingga kami akan bekali, kami berikan triknya, supaya ibu bisa mendeteksi sejak dini apakah anak didiknya di lingkungan tersebut menjadi korban atau pelaku kekerasan,” ujar Antiek.
Ia menambahkan, kegiatan ini adalah kegiatan dari dana alokasi khusus Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Anak Republik Indonesia, dari Kegiatan Kekerasan Perempuan dan Anak, Khususnya Korban Tindak Pidana Perdagangan Orang.
Selain itu, Antiek juga memaparkan bahwa, di masa pandemi angka kekerasan pada anak meningkat dan angka permintaan atau rekomendasi pernikahan dini juga ikut meningkat
“Latar belakang inilah yang mendasari kegiatan kami, saat ini adalah bagaimana cara mendidik anak, bagaimana hak dan kewajiban pada anak. Kami berharap Bunda Paud sebagai pembimbing dan pendamping perjalanan anak-anak di usia dini, sehingga kalau sudah mendapatkan bekal atau pengetahuan anak-anak ini dengan cara yang tepat dan benar, Insyaallah anak-anak ini akan menjadi lebih baik,” katanya.
(msd)